Lukman Hakim Khusus Datang ke Tembi untuk Belajar Aksara Jawa

25 Sep 2014 Kim saat ini sedang mengikuti kursus privat aksara Jawa di Tembi Rumah Budaya. Ia memerdalam pengetahuan tentang aksara Jawa untuk bisa membuat kaligrafi Jawa yang akan dipadukan dengan kaligrafi Arab.

Hakim Peserta Kursus Aksara Jawa di Tembi, 19 September 2014, sumber foto: Amat/Tembi
Kim menunjukkan karya awal kaligrafi Jawa 
“aja dumeh” , foto: Suwandi

Seni Kaligrafi Jawa yang unik, itulah awal ketertarikan Lukman Hakim pada budaya Jawa, khususnya aksara Jawa. Pemuda kelahiran Bekasi 25 April 1981 yang disapa dengan panggilan Kim itu, saat ini sedang mengikuti kursus privat aksara Jawa di  Tembi Rumah Budaya. Ia memerdalam pengetahuan tentang aksara Jawa untuk bisa membuat kaligrafi Jawa yang akan dipadukan dengan kaligrafi Arab.

Awal mula ketertarikan dia pada seni kaligrafi diawali dari kaligrafi Arab. Ketika itu ia masih duduk di bangku SMA kelas I pada tahun 1996. Ia lantas mulai belajar kaligrafi Arab secara otodidak. Kemudian ia masuk ke Lembaga Kaligrafi Al Quran di Ciputat yang dipimpin oleh maestro kaligrafi Indonesia, Sirojuddin pada tahun 2002. Hingga akhirnya setahun lalu, ia mulai kembali melirik kaligrafi Jawa untuk menambah pengetahuan di bidang kaligrafi.

Kim terrtarik dengan seni kaligrafi Jawa, karena seni tersebut dianggapnya tidak banyak diminati oleh seniman kaligrafi sekarang ini. Jadi ini merupakan sebuah cara untuk melestarikan budaya Jawa. Selain itu, ia memandang bahwa sebenarnya kaligrafi Jawa itu mengandung pitutur, wejangan atau nasihat kearifan lokal yang pantas dilestarikan dan ditransformasikan kepada generasi muda, seperti halnya kaligrafi Arab (Khat), kaligrafi China (Shu Fa), atau lainnya. Pitutur, wejangan, atau nasihat berbahasa Jawa itu biasanya berupa parikan atau paribasan (peribahasa), seperti: “Becik ketitik ala ketara”, Sapa salah bakal seleh”, dan lain sebagainya.

Hakim Peserta Kursus Aksara Jawa di Tembi, 19 September 2014, sumber foto: Amat/Tembi
Kim mencoba menulis aksara Jawa, foto: Suwandi

Untuk memahani budaya Jawa yang berkaitan dengan peribahasa dan aksara Jawa dalam seni kaligrafi Jawa, mau tidak mau Kim harus mendalami ungkapan-ungkapan bahasa Jawa, pedoman penulisan aksara Jawa, serta pedoman tata bahasa Bahasa Jawa. Karena, tanpa mendalami ketiga hal tersebut, kiranya kaligrafi yang akan dibuatnya nanti terasa hampa dan tanpa makna. Itulah yang akhirnya mendorong Kim untuk kursus aksara dan budaya Jawa di  Tembi Rumah Budaya.

Ia memilih  Tembi Rumah Budaya untuk kursus bukan tanpa alasan. Setidaknya kegiatan-kegiatan di Tembi sangat mendukung kursusnya, seperti, ada kegiatan budaya Jawa (kursus tari, kursus macapat Jawa, pentas kesenian tradisional, dan lainnya), serta komunitasnya sangat mendukung, juga perpustakaannya memiliki banyak buku naskah Jawa. Jadi, kata Kim, suasana di Tembi dapat menambah semangat belajarnya, karena seperti “one stop shopping”.

Hakim Peserta Kursus Aksara Jawa di Tembi, 19 September 2014, sumber foto: Amat/Tembi
Kim sedang dibimbing membaca naskah Jawa, foto: Amat

Kursus privat aksara dan budaya Jawa ia lakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu semenjak Selasa 16 Seotember 2014). Ia berencana mengikuti kursus sampai bisa membaca naskah Jawa dan paham terhadap ungkapan-ungkapan Jawa sebagai dasar untuk membuat kaligrafi Jawa. Sebuah usaha yang patut diapresiasi, sebagai upaya melestarikan budaya lokal oleh generasi muda Indonesia, yang berabad-abad lalu, budaya lokal sangat getol dikaji oleh bangsa Belanda.

Temen nan yuk ..!

Suwandi
 

PROFIL

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 06-06-15

    Sukses Karier Orang

    Orang yang lahir pada Senin Pon dan Rabu Kliwon, tempat kejayaan (sukses) dalam meniti karier pekerjaannya berada di arah Barat dari tempat... more »
  • 06-06-15

    Sebuah Upaya Menghad

    Rekaman jejak perlawanan pemuda pelajar Indonesia melawan penjajah, dapat dilihat dalam pameran temporer yang digelar oleh Museum Perjuangan... more »
  • 06-06-15

    Tiga Penyair Berambu

    Ketiga penyair ini mengenalkan antologi puisi yang baru diterbitkan. Slamet Riyadi Sabrawi meluncurkan antologi puisi berjudul ‘Ujung Beliung’. Dedet... more »
  • 06-06-15

    Suduk Gunting Tatu L

    Pepatah atau peribahasa suduk gunting tatu loro secara luas dapat dimaknai sebagai orang yang menderita kesusahan/kesedihan berganda/rangkap. Keadaan... more »
  • 05-06-15

    Para Senior Baca Pui

    Pada acara ‘Kebangkitan Penyair Senior’ di rumah perupa Nasirun, di Kasongan, Kasihan, Bantul, baru-baru ini, yang tampil adalah para penyair yang... more »
  • 05-06-15

    Javanese Gamelan in

    Buku yang tergolong tipis ini, 23 halaman, berisi tentang keunikan perangkat musik Jawa, gamelan. Sang penulis, Prof. Dr. Mantle Hood membandingkan... more »
  • 04-06-15

    LPSK Ajak Penyair Bi

    Penjelasan yang dibingkai dalam sosialisasi LPSK ini dimaksudkan untuk memberi masukan kepada para penyair untuk menulis puisi dengan tema saksi dan... more »
  • 04-06-15

    Triawan Munaf Pilih

    Mau dibawa kemana ekonomi kreatif ini? Potensinya luar biasa. Mesti ada insentif supaya orang bisa berkarya, dan dibiayai. Jadi film itu yang harus... more »
  • 04-06-15

    Sarasvati dan Gran K

    Sebuah perjalanan yang diambil dari naskah Sunda kuno yang berusia 600 tahun disuguhkan dalam harmonisasi sastra dan musik. Band indie rock Prancis,... more »
  • 03-06-15

    Buku Teori Pendidika

    Di Perpustakaan Tembi Rumah Budaya, buku terbitan tahun 1913 ini terawat baik, karena Perpustakaan Tembi memang punya bagian khusus untuk mengoleksi... more »