Krishna Miharja, Penyair Yang Guru Matematika

Author:editorTembi / Date:19-03-2015 / Penyair kan tidak harus tampil lusuh, seperti orang lain pada umumnya, penyair perlu tampil bersih, meski tidak harus mewah. Karena sebagai penyair yang lebih penting karyanya, bukan penampilannya yang lusuh.

Krishna Miharja ketika tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, foto: dok Tembi
Krishna Miharja

Penyair ini, Krishna Miharja, sudah lama bergulat dengan sastra, terutama puisi dan geguritan. Sejak awal tahun 1980-an Krishna telah aktif di wilayah sastra dan bergaul dengan para sastrawan seangkatannya. Dia tinggal di daerah, yang dulu terasa jauh, yakni Pirakbulus, di Kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta.

Tahun 1980-an nama dusun ini hampir-hampir tak dikenali, dan area Godean seolah seperti di ‘ujung dunia’, yang jauh untuk ditempuh. Krishna sampai sekarang masih tinggal di dusun yang sama, dan kini desa itu tak lagi terasa jauh, bahkan Godean telah menjadi wilayah yang mulai padat dan jalan utama di jalan Godean sudah mulai macet.

“Saya masih tinggal di dusun yang dulu dianggap sepi dan jauh,” ujar Krishna sembari tertawa.

Setiap kali Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan  Tembi Rumah Budayadigelar, Krishna hampir tak pernah absen. Dari Pirakbulus dia menuju Tembi untuk bergabung dengan penyair lainnya untuk menikmati Sastra Bulan Purnama.

“Kalau tidak ada kegiatan, saya selalu hadir di acara Sastra Bulan Purnama,” ujar Krishna Miharja sambil menikmati wedang secang yang disediakan di Pendapa  Tembi Rumah Budaya.

Krishna sudah beberapa kali membaca puisi di Sastra Bulan Purnanma, bahkan termasuk me-launching antologi puisi karyanya. Yang menarik, selain menulis puisi, dia juga menulis geguritan, puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa. Jadi, Krishna menulis karya sastra dalam dua dua bahasa: Indonesia dan Jawa.

Sehari-hari Krishna dikenal sebagai guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 15, Yogya. Jadi, mata pelajaran yang diajarkan tidak berkaitan langsung dengan aktivitasnya di bidang sastra. Sudah 30 tahun lebih dia bergulat antara aktivitas kesastraan dan pelajaran matematika. Keduanya tidak saling mengganggu, bahkan saling mendukung.

Krishna sekarang sudah memiliki cucu, jadi sudah dipanggil simbah (kakek). Usianya belum terlalu tua, baru 55 tahun, karena itu dia belum pensiun dari pegawai negeri. Sebagai penyair dia tidak terlihat seperti seniman, yang tampil alakadarnya, meski penampilannya sederhana, tetapi performancesebagai guru jauh lebih kuat ketimbang sebagai penyair.

“Penyair kan tidak harus tampil lusuh, seperti orang lain pada umumnya, penyair perlu tampil bersih, meski tidak harus mewah. Karena sebagai penyair yang lebih penting karyanya, bukan penampilannya yang lusuh,” kata Krishna.

Sebagai penyair Krsishna Miharja telah menulis banyak puisi dan dimuat di sejumlah media cetak, dan ada bebrapa antologi puisi yang sudah diterbitkan, baik puisi yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun ditulis dalam bahasa Jawa. Antologi cerkak, cerita cekak, cerita pendek yang ditulis dalam bahasa Jawa juga sudah diterbitkan.

Krishna juga pernah mendapat beberapa penghargaan di bidang sastra, misalnya Penghargaan Pendidikan Bidang Sastra dari Menteri Pendidikan Nasional (2003), Penghargaan Sastra Pendidik dari Pusat Bahasa Kemendikbud (2011) dan Penghargaan Rancage Sastra Jawa dari Yayasan Rancage (2013).

Dalam kehidupan keseharian, Krishna seperti tak bisa lepas dari dua rumus, yakni rumus matemetika untuk murid sekolahnya dan rumus sastra untuk dirinya dalam berkarya. Dua rumus itu menyertai dan tidak saling mengganggu. Sebagai guru dia terus jalan, sebagai penyair tak berhenti berkarya.

Temen nan yuk ..!

Ons Untoro

Temen

Latest News

  • 23-03-15

    Begini Caranya Memba

    Kompleks Candi Prambanan kembali mengalami kerusakan berat akibat gempa bumi bulan Mei 2006. Kerusakannya cukup bervariasi namun secara keseluruhan... more »
  • 23-03-15

    Aneka Corong Bernyan

    Pameran tersebut tidak saja memamerkan koleksi benda kuno, namun benda-benda kuno tersebut juga mendapat sentuhan lain dari para perupa. Tidak aneh... more »
  • 23-03-15

    Majalah Pria Esquire

    Sejak tahun 2007 majalah pria Esquire memberikan ruang kepada para cerpenis untuk menyumbangkan karya-karya mereka. Dua buah buku yang berisi... more »
  • 20-03-15

    Narayana (7): Menjad

    Kresna menjadi pertapa bernama Bagawan Kesawasidi, bertempat di pertapaan Kutharunggu. Sang Bagawan dihadap oeh Anoman, Resi Maenaka, Yaksendra dan... more »
  • 20-03-15

    Akar Timur Pameran D

    Akar Timur merupakan komunitas perupa yang berasal dari Jawa Timur: Surabaya, Sidoarjo, Pasuruhan, Banyuwangi dan seterusnya. Tetapi mereka tidak... more »
  • 20-03-15

    Slamet Widodo dan Ri

    Dua orang yang berkolaborasi ini memiliki latar belakang yang berbeda. Slamet Widodo adalah seorang pebisnis properti namun memiliki minat pada... more »
  • 19-03-15

    Swing Jazz Boss Tamp

    Membalut lagu yang kental dengan tradisi Jawa dengan musik Jazz, itu yang disuguhkan Swing Boss Jazz bersama penyanyi Sruti Respati. Dengan langgam... more »
  • 19-03-15

    Kyai Putih Cojoyo Pe

    Nama Kyai Putih sebenarnya merupakan nama julukan atau sebutan kehormatan. Sedangkan nama aslinya adalah Kyai Cojoyo atau Kyai Setyojoyo. Ia dijuluki... more »
  • 19-03-15

    Krishna Miharja, Pen

    Penyair kan tidak harus tampil lusuh, seperti orang lain pada umumnya, penyair perlu tampil bersih, meski tidak harus mewah. Karena sebagai penyair... more »
  • 18-03-15

    Dwi Sasono Kenalkan

    Aktor Indonesia, Dwi Sasono ingin anak-anaknya mengenal cerita wayang sejak kecil, sehingga ia menceritakan wayang saat malam sebelum anak-anak tidur... more »