Syam Chandra, Penyair Pengusaha Bakmi

Author:editorTembi / Date:28-01-2015 / Dua ekor ayam dia siapkan, untuk secara bergantian dia lempar ke tengah penonton. Di saat penonton berebut ayam, dia terus membacakan puisi karyanya.

Syam Chandra penyair sekaligus pengusaha bakmi, foto: dok Tembi
Syam Chandra

Penyair dan puisi dua hal yang tak bisa dipisahkan. Karena penyair adalah pencipta puisi. Tetapi penyair dan bakmi dua hal yang berbeda, meski bisa ‘menyatu’ dalam diri penyair. Adalah Syam Chandra, yang dikenal sebagai penyair di Yogya, tetapi sehari-harinya seorang wiraswastawan, dan oleh teman-temannya disebut sebagai pengusaha bakmi.

“Saya memang khusus membuat bakmi untuk mie ayam,” kata Syam Chandra.

Sebagai penyair, Syam memang seringkali membacakan puisi di beberapa tempat, tidak hanya di Yogya, tetapi juga di Solo, Purworejo, Ponorogo dan lainnya. Di  Tembi Rumah Budaya, dia sudah membaca puisi beberapa kali. Tentu, puisi karyanya sendiri yang dia bacakan.

Dia sudah menekuni usaha bakmi lebih dari 10 tahun. Kini dia tidak langsung membuatnya sendiri, melainkan ada tenaga yang mengerjakannya. Sebut saja posisi dia sebagai pemilik usaha. Dia juga tidak membuka warung mie ayam, tapi memiliki mitra penjual mie ayam yang mengambil mie dari tempatnya.

“Setiap hari hanya menghasilkan sekitar tiga kuintal mie,” kata Syam.

Saat ia membacakan puisi, selalu ada yang menarik dari penampilan Syam. Selain atraktif, seringkali ketika tampil ia melemparkan uang ke penonton. Uang yang dilempar pecahan Rp 20.000 atau Rp 50.000.

“Biasanya saya sudah anggarkan untuk performance pembacaan puisi sehingga tidak terlalu mengganggu keuangan harian,” kata Syam Chandra.

Memang tidak setiap membaca puisi ia menebar uang. Dia tidak melakukan kebiasaan itu saat pembacaan dikemas dalam bentuk pertunjukan, seperti saat ia tampil di  Tembi Rumah Budaya. Dalam pertunjukan itu ia tampil memegang cambuk.

Syam Chandra, yang kini berusia 48 tahun, tak pernah lepas dari rokok dan kopi. Bahkan, jika sehari tidak minum kopi seperti ada sesuatu yang hilang, ada sesuatu yang belum genap dalam hidupnya. Maka, ketika dalam perjalanan pulang dari Purworejo sehabis membaca puisi, Syam merasa perlu mampir di warung untuk minum kopi.

“Kalau dalam sehari tidak minum kopi dan merokok, badan saya seperti terasa lemas,” kata Syam.

Syam Chandra membacakan puisi di beberapa tempat di Yogya maupun di kota-kota lain, foto: dok Tembi
Syam Chandra membaca puisi di Pendapa Tembi Rumah Budaya

Ketika membaca puisi di Taman Budaya Yogyakarta beberapa waktu lalu, Syam tampil agak lain. Dia tidak melempar uang ke tengah penonton, melainkan melempar ayam. Dua ekor ayam dia siapkan, untuk secara bergantian dia lempar ke tengah penonton. Di saat penonton berebut ayam, dia terus membacakan puisi karyanya.

Sebagai penyair Syam Chandra sudah cukup lama aktif menulis puisi dan memiliki aktivitas di bidang sastra. Sejak pertengahan 1980-an, dia bergaul dengan sejumlah penyair Yogya, apalagi ketika menjelang akhir 1980-an di Yogya ada acara pengadilan puisi, Syam tak ketinggalan ikut ambil bagian dalam kegiatan itu.

Di Yogya sastra tidak pernah mati, Syam tahu akan hal itu. Karena itu, untuk ikut menjaga agar sastra terus hidup dan berkembang, Syam tak berhenti menulis puisi, tetapi tetap menjaga agar hidupnya tidak malah yang mati. Maka, usaha membuat mie, kiranya adalah solusi bagi Syam, sekaligus menggabungkan puisi dan bakmi dalam kehidupannya.

Temen nan yuk ..!

Ons Untoro 
Foto: Dokumentasi Tembi

Teman

Latest News

  • 30-01-15

    Denmas Bekel 30 Janu

    more »
  • 30-01-15

    Perang Pasifik yang

    P.K. Ojong dengan bahasa yang menarik dan terperinci menulis jalannya peperangan di setiap medan pertempuran. Bahkan pembaca seakan-akan dibawa ikut... more »
  • 30-01-15

    STAT Memulai Kelas B

    Sanggar Tari Anak Tembi (STAT) didirikan pada awal tahun 2010. Setiap kelas berlangsung selama 1 semester. Jadi sampai akhir tahun lalu, STAT sudah... more »
  • 30-01-15

    Memes Luncurkan Albu

    Konsisten meramaikan dunia musik Tanah Air selama 20 tahun, Memes merilis albumnya yang ke-9 bertajuk “Lief Java”. Dalam album ini karya-karya dari... more »
  • 29-01-15

    Kampung Dondongan ya

    Di Kampung Dondongan ini pulalah Ringin Sepuh, yakni pohon beringin yang dipercaya ditanam oleh Sunan Kalijaga, tumbuh dengan baik. Pohon Ringin... more »
  • 29-01-15

    Pembuat Warangka Ker

    Masyarakat Jawa menamakan pembuat warangka dengan sebutan mranggi. Sementara pembuat keris disebut empu. Jadi ada perbedaan antara pembuat keris... more »
  • 29-01-15

    Antologi Puisi Paran

    Penyair yang pernah berinteraksi dengan Bantul, merupakan salah satu syarat untuk bisa ikut dalam antologi puisi ini. Berinteraksi dalam arti, bahwa... more »
  • 28-01-15

    Syam Chandra, Penyai

    Dua ekor ayam dia siapkan, untuk secara bergantian dia lempar ke tengah penonton. Di saat penonton berebut ayam, dia terus membacakan puisi karyanya... more »
  • 28-01-15

    Mempelajari Tatabaha

    Tampilan buku lawas ini memang khas buku zaman dahulu, yakni menggunakan kertas merang, yang terkesan kusam. Namun, buku koleksi Perpustakaan Tembi... more »
  • 28-01-15

    Sing Unggul Dipanggu

    Pepatah ini menggambarkan tentang sifat orang yang tidak punya pendirian kecuali berpikir atau berpendirian hanya untuk mencari enak, aman, untung,... more »