Pameran Kriya Besar di Jogja Gallery

27 Aug 2016 Tanggal 22-28 Agustus 2016 secara khusus Jogja Gallery, di Jl Pekapalan 1, Alun-alun Utara Yogyakarta  menyelenggarakan pameran besar kriya dengan tajuk Undagi. Pameran yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan seniman kriya ini menampilkan 105 karya dari 97 orang seniman kriya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

Pameran besar ini diselenggarakan sebagai bentuk syukur atas kemerdekaan Republik Indonesia yang pada tahun 2016 ini memasuki HUT ke-71. Pameran Undagi diresmikan oleh Direktur Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Endang Caturwati, SST, MS.

Kota Yogyakarta sengaja dipilih untuk penyelenggaraan pameran ini karena Yogyakarta adalah rumah bagi pelaku-pelaku kriya profesional yang di dalamnya ada seniman kriya, kolektor, pemilik galeri, apresiator, kritikus seni, dan sebagainya.  Melalui pameran ini Kemendikbud mendukung perkembangan seni dan budaya yang ada di Indonesia bagi pendidikan karakter bangsa Indonesia. Dengan pameran ini pula Endang berharap akan terjadi transfer ilmu pengetahuan di bidang seni kriya dari seniman kepada masyarakat luas.

Kegiatan ini juga akan menjadi ajang atau media edukasi bagi pelajar dan publik akan kekayaan seni rupa Indonesia khususnya di biang kriya. Dari pameran semacam ini diharapkan akan muncul seniman-seniman muda dengan gagasan yang lebih kreatif dan inovatif. Dengan demikian pula diharapkan regenerasi dari seniman senior yang telah lebih dulu terkenal. Menurut Endang pula program ini akan dijadikan program unggulan yang terus dilakukan secara berkesinambungan. 

Timbul Raharjo selaku kurator dalam pameran ini menyampaikan bahwa undagi dalam perspektif kontemporer dapat diterjemahkan sebagai kemampuan, keahlian yang dimiliki kriyawan dalam mengolah media menjadi karya kriya yang unik, adiluhung, dan berkarakter. Menurut Timbul pula, pemilihan tema tersebut mewakili kondisi kriyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kemampuan ini mencerminkan undagi untuk mewujudkan barang yang bernilai guna, bernilai seni, sakral, dan profan. 

Istilah undagi sendiri sebenarnya diambil dari bahasa Bali yang berarti seseorang/sekelompok/segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu misalnya pembuatan gerabah, anyaman, perhiasan, batu, dan lain sebagainya. Dalam bahasa Bali istilah undagi sebenarnya lebih menunjuk pada sebutan bagi arsitek tradisional Bali yang membekali dirinya tidak hanya dengan ilmu rancang bangun, namun juga harus mempelajari dan memahami seni, budaya, adat, dan agama.

Hal tersebut wajib dikuasai seorang undagi agar dalam proses perancangan dan penciptaan karya bangunan selaras dan sejalan dengan dengan konsep Tri Hita Karana (tiga penyebab terjadinya kebahagiaan) yang merupakan perwujudan dari tiga relasi, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam semesta, dan hubungan manusia dengan manusia lain.

Naskah dan foto:a.sartono

Mesin Ferrari, Variabel Dimension Teknik Sambung Kayu, 2016, karya Hiro Prabantoro, difoto: Selasa, 23 Agustus 2016, foto: a.sartono Karno Tanding, 60 x 230 cm, Kayu, Pahat Relief, 2016, karya H. Lajiman, difoto: Selasa, 23 Agustus 2016, foto: a.sartono Rama dan Sinta, 50 x 50 x 70 cm, Keramik, 2016, karya Walijoko, difoto: Selasa, 23 Agustus 2016, foto: a.sartono Kerajinan Kertas, 29 x 24 cm, Medium Kertas dengan Teknik Melipat, Menggulung, dan Menempel, 2016, karya Jeki Yandar, difoto: Selasa, 23 Agustus 2016, foto: a.sartono Bangku Buaya, 100 x 120 cm, Kayu Jati, 2016, karya Mukadi, difoto: Selasa, 23 Agustus 2016, foto: a.sartono Tampilan profil perwajahan galeri di Jogja Gallery dalam Pameran Undagi, difoto: Selasa, 23 Agustus 2016, foto: a.sartono SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 31-08-16

    Rujukan untuk Mengen

    Judul            : Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Penulis        ... more »
  • 30-08-16

    “Paket Kemerdekaan”

    Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more »
  • 30-08-16

    Wilayah Praja Mangku

    Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal setelah dibangunnya Kompleks Pemakaman Keluarga Suharto, Presiden RI ke-2... more »
  • 29-08-16

    Monolog dan Gerak Pu

    Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more »
  • 29-08-16

    Buku Pelajaran Sejar

    Judul            : Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis  ... more »
  • 29-08-16

    Kawasan Panggung Kra

    Panggung Krapyak adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul... more »
  • 27-08-16

    Bayi Kelahiran Mangs

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more »
  • 27-08-16

    Topeng, Tradisi yang

    Topeng, merupakan salah satu koleksi di Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Ada sekitar 15 topeng kuno yang dikumpulkan oleh Bapak Drs P Swantoro,... more »
  • 27-08-16

    Pameran Kriya Besar

    Tanggal 22-28 Agustus 2016 secara khusus Jogja Gallery, di Jl Pekapalan 1, Alun-alun Utara Yogyakarta  menyelenggarakan pameran besar kriya... more »
  • 26-08-16

    Teater Gandrik Penta

    Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more »