Goyang Dombreng di Bentara Budaya Yogya

24 May 2016 Pada masa lalu, jenis permainan ayunan, misalnya dari kayu, banyak diproduksi, meskipin sekarang tak lagi mudah ditemukan. Berangkat dari permainan yang bergerak tersebut, para perupa Yogya mengeksplorasi permainan ayunan itu dalam karya seni rupa, yang disebut sebagai seni rupa gerak.

Semua karya rupa, yang dipamerkan mulai 20-30 Mei 2016 di Bentara Budaya, Jalan Suroto 2, Kotabaru, Yogyakarta harus memiliki unsur gerak. Setidaknya, karya bisa digerakkan atau mengayun. Tajuk dari pameran ini ‘Goyang Dombreng’, karena memang seni rupa gerak ini, dalam konteks permainan gerak dikenal dengan istilah goyang dombreng.

Di tangan para perupa, permainan gerak itu tidak lagi tampil sebagai permainan, melainkan telah berubah menjadi karya seni rupa. Formulanya tidak keluar dari permainan, tetapi penampilannya lebih kuat pada bobot seninya ketimbang permainannya. Maka, bisa dikatakan, seni rupa gerak tidak hanya mereproduksi permainan, melainkan menciptakan permainan dalam bentuk seni rupa.

Agustina Tri Wahyuningsih misalnya, menyajikan satu karya yang diberi judul ‘On Swing Banana Conversation’. Visual dari karya ini berupa ayunan, laiknya ayunan yang bisa ditemukan di taman-taman, atau di sekolah TK, hanya saja, bentuk dari ayunan ini berupa buah pisang, dan dua orang duduk di sudut yang berbeda untuk memainkan ayunan.

Karya Agustina ini, sungguh suatu karya seni rupa (gerak), bukan sekadar permainan sebagaimana umumnya permainan. Dari karyanya ini, kita bisa melihat, bahwa eksplorasi dari permainan menemukan formula lain dalam bentuk karya seni rupa.

Lain lagi dengan Hermanu, menyajikan karya berjudul ‘Tahta dan Wanita’, yang dalam visualnya ada boneka, kursi, jam dan lainnya, yang tampaknya untuk menujukkan apa yang dia maksud sebagai tahta dan wanita itu. Karya Hermanu ini bukan permainan ayunan, tetapi karya seni rupa yang mengambil spirit ayunan.

Seni rupa gerak dalam tajuk ‘Goyang Dombreng’ ini memang tidak meninggalkan  gerak. Unsur gerak atau ayunan menjadi faktor penting dalam membuat karya, dan hal itu tidak mudah. Salah seorang perupa yang ikut pameran ini dan menampilkan karya berjudul ‘Limbuk”, Subandi Giyanto mengaku menemukan kesulitan menentukan gerak yang imbang dalam karyanya. Sebab kalau tidak imbang, karyanya akan mudah jatuh.

‘Yang paling sulit dalam membuat karya ini adalah bagaimana membuat gerak yang imbang,” kata Subandi Giyanto.

Para perupa yang tampil dalam ‘Goyang Dombreng’ ialah, Adi Gunawan, Agustina Tri Wahyudi, Ali Gopal, Ambar Pranasmara, Budiyanto Trisno, Didi Kapal, Hedi Hariyanto, Hermanu, Khusna Hardiyanto, Lindu Prasekti, Mochammad Fajar, Pramono Pinunggul, Sekar Jatiningrum, Subandi Giyanto dan Yuswantoro Adi.

Meski karya yang dipamerkan bentuknya unik dan lucu, tetapi ini bukan karya permainan, melainkan karya seni rupa yang mengeksplorasi permainan. Hasilnya bukan bentuk permainan, melainkan karya seni rupa gerak, yang mengambil inspirasi ayunan atau jenis mainan gerak lainnya.

Ons Untoro

On Swing Banana Conversation seni rupa gerak karya Agustina Tri Wahyuningsih dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro Tahta dan Wanita seni rupa gerak karya Hermanu dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 28-05-16

    Jainem dan Annisa He

    Jainem adalah nama tokoh dalam kisah cerpen karya Ardi Susanti, berjudul ‘Jainem’ yang terkumpul dalam antologi cerpen ‘Pulang Ke Kotamu’. Annisa... more »
  • 28-05-16

    Lagu Puisi dari Sell

    Selli Kodong, seorang siswi SMA yang baru lulus dan sedang proses mendaftar di perguruan tinggi, memetik gitar sambil mengalunkan dua lagu puisi... more »
  • 28-05-16

    Festival Musik Tembi

    Lokakarya bertajuk “Gaul Bareng Ronggeng Deli: Tradisi Hybrid dari Selat Malaka” membuka penyelenggaraan Festival Musik Tembi 2016 hari kedua.... more »
  • 28-05-16

    Kamis Pon Pekan Ini

    Pranatamangsa: sampai dengan 21 Juni 2016 masih terhitung mangsa Karolas atau musim Keduabelas yang disebut Saddha, umurnya 41 hari. Saat panen... more »
  • 27-05-16

    Macapatan Malam Rabu

    Putaran ke-147 macapatan malam Rabu Pon di Tembi Rumah Budaya pada 17 Mei 2016, masih setia menggelar tikar untuk ‘njagani’ para pecinta macapat yang... more »
  • 27-05-16

    Dangdut Elektonik da

    Sampai saat ini musik dangdut masih menjadi musik yang disukai masyarakat kelas bawah. Konon karena liriknya yang sangat dekat dengan situasi dan... more »
  • 26-05-16

    Nyai Surti Dalam Sas

    Nyai Surti, salah satu judul cerpen dalam antologi cerpen ‘Pulang Ke Kotamu’ karya Ristia Herdiana digarap dalam bentuk drama oleh Kelompok Belajar... more »
  • 26-05-16

    Penampilan Keluarga

    Foto yang dibuat pada tahun 1867 ini memperlihatkan Bupati Kudus, Raden Mas Tumenggung (RMT) Candranegara yang dikenal juga dengan nama... more »
  • 25-05-16

    ‘Pulang Ke Kotamu’ M

    Rasanya, ini merupakan pilihan kostum yang menarik, khas perempuan Jawa yang rindu kampung halaman. Para penulis cerpen, yang diterbitkan dalam... more »
  • 25-05-16

    Festival Musik Tembi

    “Kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah airku Indonesia”, dengan lantang dan pemuh percaya diri komunitas Music For Everyone... more »