Para Penegak Hukum Membaca Puisi

03 Oct 2015

Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, yang diselenggarakan Selasa, 29 September 2015 tidak hanya menampilkan para penyair, yang puisinya tergabung dalam antologi puisi “Jalan Remang Kesaksian”, tetapi juga menampilkan para penegak hukum dan tokoh masyarakat lainnya.

Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, yang diselenggarakan Selasa, 29 September 2015 tidak hanya menampilkan para penyair, yang puisinya tergabung dalam antologi puisi “Jalan Remang Kesaksian”, tetapi juga menampilkan para penegak hukum dan tokoh masyarakat lainnya. Mereka diminta membaca puisi, karena semua puisi bertema saksi dan korban, kerjasama antara Komunitas Sastra Bulan Purnama Tembi Rumah Budaya dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Dari Polresta Bantul mengirimkan AKP Rita Suwadi, Kastbinmas (Kepala Staf Pembinaan Masyarakat) membacakan puisi berjudul ‘Rumah Baru’. Mengenakan seragam polisi Rita membaca baris-baris puisi dengan bersahaja.

“Maaf, saya tidak terbiasa membaca puisi, sehingga kalau nanti tidak seperti yang diharapkan dalam membaca puisi, mohon dimaafkan,” kata Rita Suwadi sebelum membaca puisi.

Mungkin sudah terbiasa berhubungan dengan publik, Rita terlihat tenang tampil di panggung, meskipun baru pertama kali tampil membacakan puisi di hadapan banyak orang, yang diantaranya adalah para penyair yang puisinya dibacakan.

Pembaca yang lain seorang jaksa, dari Kejaksaan Negeri Bantul, dan menjabat sebagai Kepala Seksi Pidana Umum (Kasi Pidum), Cipi Perdana, SH..MH. Cipi, demikian panggilannya, membaca puisi berjudul ‘Di Sebuah Ruang Sidang’ karya Dedet Seytiadi, penyair dari Magelang.

“Saya biasanya membaca tuntutan, tetapi kali ini saya diminta membaca puisi, tapi temanya berkaitan dengan aktivitas saya sebagai jaksa,” kata Cipi Perdana.

Rupanya, keseharian dia membacaca dakwaan dalam persidangan bisa mempengaruhi dalam membaca puisi di panggung. Terasa sekali kalau Cipi menghayati puisi yang dibacakan, mungkin karena berkisah mengenai proses persidangan, sehingga kerja keseharian dia sebagai jaksa dan sudah terbiasa membaca dakwaan memberi andil dalam membaca karya sastra puisi.

Hal yang sama juga dialami Rina Listyawati, seorang Hakim Adhoc Tipikor Yogya. Karena terbbiasa membaca di ruang sidang, bahkan memarahi terdakwa, atau mungkin saksi atau malah jaksa dan pengacara, Rina, demikian panggilannya membaca puisi berjudul ‘Hari Ini Aku Bersaksi’ karya Iman Budhi Santosa’.

“Saya ini terbiasa menanyai saksi, malah malam ini diminta bersaksi melalui puisi,” kata Rina Lisrtyawati yang direspon hadirin dengan tawa.

Seorang mantan Kepala Kejakasaan Negeri Yogya, Kardi, SH namanya, tampil membaca puisi dengan judul ‘Amplop Nyonya’ karya Slamet Riyadi. Kardi membaca puisi dengan suara lantang, sehingga membuat penonton terhenyak dan tertawa, apalagi dia menyebutkan, bahwa suara keras tidak akan mengganggu, karena kita membaca di ruang terbuka dan di tengah sawah. Lagi-lagi penonton tertawa lepas.

Tidak ketinggalan, Sihono, Ketua PWI Yogya, ikut tampil membaca puisi berjudul ‘Jalan Gelap’, yang menyajikan kisah kematian Udin, yang sampai hari ini kasusnya tidak pernah selesai.

Sastra Bulan Purnama edisi ke-48 kali ini diwarnai para penegak hukum dan para tokoh lain membaca puisi, termasuk para penyair dari beberapa kota, seperti Tegal, Surabaya, Bekasi, Cilacap, Magelang, Purworejo, Solo, Temanggung, Tulungagung dan beberapa kota lain, termasuk penyair dari Yogyakarta.

Ons Untoro 
Foto: Sartono

AKP Rita Suwadi, Kepala Staf Pembinaan Masyarakat mewakili Polres Bantul membaca puisi dalam acara Sastra Bulan Purbnama di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono Cipi Perdana, Kepala Seksi Pidana Umum, mewakili Kajari Bantul membaca puisi dalam acara Sastra Bulan Purnama di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono Rina Listyawati, Hakim Adhoc Tipikor Yogya, membaca puisi dalam acara Sastra Bulan Purnama di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 06-10-15

    Didik Nini Thowok Be

    Ia adalah perias yang piawai, ia juga bisa melukis, ia manajer yang baik, ia juga seorang pengajar di berbagai institusi, komedian, pantomimer,... more »
  • 06-10-15

    Kali Ketiga Highfiel

    Seperti dua kali kunjungan sebelumnya, mereka kali ini juga melakukan kegiatan budaya, dengan tujuan agar mereka mengenal budaya lokal Nusantara... more »
  • 05-10-15

    Batik Kudus di Hari

    Setelah peluncuran labelnya ‘Bali Java’ desainer Denny WIrawan membuat aneka kreasi Batik Kudus. Dalam rangka Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2... more »
  • 05-10-15

    Demi Kemerdekaan RI,

    Candu juga pernah digunakan pemerintah Republik Indonesia sebagai dana perjuangan. Faktor yang mendorong adalah kondisi sosial, ekonomi dan keuangan... more »
  • 03-10-15

    Para Penegak Hukum M

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, yang diselenggarakan Selasa, 29 September 2015 tidak hanya menampilkan para penyair, yang puisinya tergabung dalam... more »
  • 03-10-15

    Rabu Pon Hari Baik d

    Jika Anda tidak mau celaka, jangan menuju ke arah di mana sang naga berada, karena ia akan mencelakai Anda. Apalagi jika ‘naga dina’ bersamaan... more »
  • 03-10-15

    Rumah Kreasi Indones

    JPN Center merupakan lembaga pendidikan nonformal dalam bidang Art & Culture Edutainment. Tujuan lembaga ini untuk membangun masyarakat bermental... more »
  • 02-10-15

    Ketua LPSK Pidato Ke

    Dalam melakukan sosialisasi, kata Semendawai, LPSK pernah menggunakan kesenian wayang kulit. Dari kesenian ini, kita memberi muatan pada pergelaran... more »
  • 02-10-15

    Para Komponis Muda B

    Pada lokakarya yang diselenggarakan di museum Tembi Rumah Budaya, Sabtu, 26 September 2015, KKM 6,5 Composers Collective mengundang komponis tamu... more »
  • 02-10-15

    Aja Mung Mikir Wudel

    Pepatah ini mengimbau agar manusia yang hidup di dunia ini tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri atau egois. Pepatah atau peribahasa Jawa “... more »