Jaringan Museum

Mengenang Jejak Perjuangan Diponegoro

Mengenang Jejak Perjuangan Diponegoro

Tembok jebol atau berlubang di dinding pagar sebelah barat kompleks Museum Diponegoro Tegalrejo Yogyakarta merupakan salah satu saksi bisu perjuangan Pangeran Diponegoro kepada Belanda yang masih bisa dilihat oleh pengunjung museum hingga saat ini. Tembok itu diyakini dijebol oleh Pangeran Diponegoro dengan �tenaga dalam� saat meloloskan diri ketika hendak ditangkap oleh Belanda. Pangeran Diponegoro merasa prihatin terhadap rakyat yang ditindas oleh Belanda karena berbagai pajak yang dibebankan kepada rakyatnya. Oleh karena itu, ia mencoba untuk melawan penjajah yang bercokol di bumi nusantara. Namun, perlawanan itu dianggap oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai pembangkangan dan pemberontakan. Akhirnya terjadilah Perang Diponegoro melawan Pemerintah Hindia Belanda yang lebih terkenal dengan nama Perang Jawa atau dalam bahasa Belanda disebut �Java Oorlog� berlangsung tahun 1825-1830 Masehi.

Selain tembok jebol yang masih bisa disaksikan sebagai koleksi unggulan di Museum Sasana Wiratama Pangeran Diponegoro Tegalrejo Yogyakarta, pengunjung masih bisa melihat beberapa koleksi lain berupa peralatan perang gerilya prajuritnya, misalnya: bandil, keris, panah, tombak, dan lainnya. Juga ada koleksi �padasan� tempat air wudlu yang pernah digunakan oleh Pangeran Diponegoro yang bernama kecil Raden Ontowiryo. Selain itu bisa disaksikan �komboran� tempat makan dan minum kuda kesayangan Pangeran Diponegoro, beberapa buah yoni, dan lainnya. Pendopo besar juga masih berdiri megah, sebagai pengganti rumah �lawas� bekas peninggalan Pangeran Diponegoro dan eyangnya yang sekarang sudah tidak ada lagi.

Mengenang Jejak Perjuangan Diponegoro

Koleksi-koleksi itu bisa dilihat bebas oleh pengunjung, termasuk oleh para pengelola museum anggota Barahmus DIY yang kebetulan sedang mengadakan senam bersama di museum setempat pada Jumat (21/9) lalu. Bagaimana pun juga, para pengelola museum, belum semuanya mengenal lebih dekat dengan koleksi-koleksi di Museum Pangeran Diponegoro. Untuk itu, agar mereka bisa mengapresiasi koleksi Museum Diponegoro dan bisa menyebarluaskan ke masyarakat lainnya, tentu berkunjung langsung adalah langkah yang tepat. Selain, tentu dengan kunjungan dan senam bersama itu, juga bertujuan untuk lebih mengakrabkan di antara pengelola museum. Itulah tujuan diadakan senam bersama warga Barahmus DIY.

Kebetulan bulan September lalu, Museum Diponegoro sebagai tuan rumah penyelenggaraan senam bersama anggota Barahmus. Sebelum mengunjungi koleksi museum, para anggota Barahmus melakukan senam aerobik terlebih dahulu sebagai kegiatan utama dan rutin dilakukan setiap bulan sekali. Senam aerobik, pemanasan, dan pelemasan memakan waktu sekitar 30 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan silaturahmi sambil menikmati hidangan yang disediakan oleh tuan rumah dan mendengarkan sajian musik. Banyak di antara peserta senam yang kemudian melakukan kunjungan museum dengan melihat-lihat koleksi yang ada di Museum Diponegoro.

Mengenang Jejak Perjuangan Diponegoro

Selain itu, biasanya dalam kegiatan senam bersama diisi dengan menyampaikan berbagai informasi penting seputar museum, seperti kegiatan Festival Museum, sarasehan, workshop, lelayu, pindah tugas/pensiun, atau lainnya. Maka tidak ayal, jika agenda senam bersama ini selalu banyak diikuti oleh pengelola museum dari berbagai museum anggota Barahmus, yang hingga saat ini telah beranggotakan 32 museum yang berada di DIY. Lebih dari 100 peserta setiap kali senam bersama digelar. Mereka bukan hanya karyawan museum, tetapi banyak di antara mereka para kepala museum dan pengurus harian Barahmus, mulai dari Ketua Umum hingga anggota seksi. Peserta juga datang dari relasi museum, seperti pegawai dari dinas terkait atau undangan lainnya.

Senam Bersama anggota Barahmus senyatanya agenda untuk mengakrabkan insan permuseuman, khususnya yang berada di DIY dan juga pemerhati di bidang permuseuman. Jika ingin bergabung, silakan, senam bersama di bulan Oktober ini dilaksanakan di Museum Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta, Jumat (19/10) dam di Museum Bahari Yogyakarta, Jumat (30/11).

Mengenang Jejak Perjuangan Diponegoro

Ke museum yuk ..!

Suwandi