Djogdja Tempo
Doeloe
KEBIASAAN "DHIDHIS" ORANG JAWA TAHUN 1897
Barangkali
anak-anak Jawa zaman sekarang tidak lagi mengenal makna kata �dhidhis�.
Dhidhis adalah aktivitas yang dilakukan orang untuk mencari kutu di
kepala. Dhidhis umumnya dapat dilakukan seorang diri atau dengan
bantuan orang lain. Dhidhis yang dilakukan dengan bantuan orang lain
lebih populer disebut �petan�.
Dhidhis maupun petan umumnya
dilakukan oleh orang-orang Jawa (mungkin juga oleh suku lain) di
masa lalu. Hal ini terjadi karena orang-orang Jawa di masa lalu
secara tradisi biasa memelihara rambut agar tetap panjang. Di
samping itu pada masa lalu obat-obatan untuk membersihkan rambut
relatif belum banyak. Sekalipun ada sifatnya masih sangat
tradisional serta kemujarabannya juga relatif kurang teruji. Pada
kondisi seperti itulah apa yang dinamakan sebagai kutu rambut
berkembang biak. Hal demikian akan saling menular. Kutu dari rambut
ibu akan dengan mudah melompat ke rambut anak. Kutu dari rambut anak
akan dengan mudah melompat ke rambut ayah. Kutu dari rambut ayah
akan dengan mudah melompat ke rambut teman kerja atau tetangganya.
Demikian seterusnya.
Kutu-kutu rambut ini pada
gilirannya akan menimbulkan rasa gatal di kulit kepala. Bahkan
ketika kutu-kutu tersebut tidak menggigit, namun berjalan-jalan di
antara belukar rambut di kepala juga akan menimbulkan rasa risih.
Hal ini membuat orang yang berkutu tidak nyaman. Akan dengan refleks
tangan-tangan mereka menggaruk kepalanya. Mencoba menangkap penyebab
rasa risih atau gatalnya itu. Jari-jari mereka akan dengan otomatis
menggaruk dan menyusup di sela-sela rambut. Hal demikian ini dapat
dikatakan dengan istilah dhidhis. Kegiatan dhidhis ini bisa saja
menghasilkan �tangkapan� pada kutu rambut. Bisa saja kutu tersebut
tertangkap dengan cara terselip di kuku jari. Mungkin juga bisa
ditangkap dan dijumput dari akar rambut tanpa perlu melihatnya
karena ujung-ujung jari sudah mampu merasakan dan �melihat�
gremet-gremet kutu.
Begitulah ketika shampoo
belum ditemukan. Begitulah ketika orang masih gemar memelihara
rambut panjang namun minim obat pembersih rambut. Belum banyak obat
kutu. Kutu merajalela dan hinggap serta berbiak di rambut siapa saja.
Akibatnya dhidhis atau petan menjadi semacam aktivitas yang
mengasyikkan. Bahkan orang yang dhidhis atau petan sering kemudian
terasa ngantuk karena kepala uang kerap diusap atau dielus
menimbulkan rasa ngantuk. Rasa liyer-liyer.
Gambaran orang dhidhis atau
petan mungkin tidak lagi kita temukan di zaman sekarang. Untuk itu
gambar di samping mungkin bisa membuka ingatan kita akan hal yang
pernah ada dan bahkan mungkin umum di masa lalu. Silakan menikmati.
a.sartono
L. Th. Mayer, 1897, Een
Blik in Het Javaansche Volksleven, Leiden: Boekhandel en Drukkerij. |