Rumah Dokumentasi
Budaya
MAKNA SENTHONG BAGI MASYARAKAT JAWA
(Bagian 1)
Hampir
dapat dipastikan bahwa setiap bangunan masyarakat Jawa tempo dulu
dilengkapi dengan senthong. Karena senthong mempunyai peranan
penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Namun dalam perkembangannya
saat ini, khususnya di perkotaan sudah sangat jarang ditemukan
masyarakat yang memiliki rumah model lama yang di dalamnya ada
bagian senthong. Jika ada pun itu hampir dipastikan merupakan
peninggalan leluhur sebelumnya. Sangat jarang masyarakat kini yang
membangun rumah tradisional yang dilengkapi dengan senthong. Begitu
pula dengan masyarakat yang ada di pedesaan, sekarang sudah sangat
jarang membangun rumah tradisional seperti bentuk joglo, limasan,
kampung, atau lainnya. Hal ini lebih dikarenakan banyak hal seperti
mahal dan sulitnya bahan bangunan, kepraktisan, gaya, dan tuntutan
zaman perkembangannya.
enthong menurut pengertian
bahasa Indonesia identik dengan bilik atau kamar yang merupakan
bagian dari rumah induk. Dapat dipastikan rumah tradisional Jawa
tempo dulu dilengkapi dengan senthong. Letak senthong berada di
bangunan induk dan mengambil posisi di bagian belakang. Sementara
itu di bagian luar atau sekitarnya ada bangunan-bangunan lain yang
lumrah disebut pendhapa, pringgitan, gandhok, pawon, dan sebagainya.
Pintu
masuk ke senthong biasanya dibuat lebih pendek atau rendah artinya
ketika orang akan masuk ke senthong pasti akan merunduk dan
membungkuk. Hal itu berlaku untuk senthong kiwa, tengah, dan tengen.
Hal ini memberikan makna bahwa setiap penghuni yang akan memasuki
senthong --sebagai area yang sangat disakralkan�harus berhati-hati,
sopan, hormat, dan waspada. Senthong bukan sebagai tempat umum dan
biasanya tidak sembarang penghuni dengan seenaknya keluar masuk area
ini. Sudah lumrah pula bahwa senthong-senthong ini biasanya dibuat
sangat rapat, artinya belum tentu ada jendela-jendela yang menghiasi
masing-masing ruangan. Jika ada pun belum tentu dibuka setiap saat.
Karena konsep rumah adat Jawa sebenarnya tidak mengenal jendela.
Senthong dibagi menjadi tiga
bagian, yakni senthong tengen (bilik kanan), senthong tengah atau
pasren, dan senthong kiwa (bilik kiri). Masing-masing mempunyai
fungsi sendiri-sendiri. Senthong tengen biasa dipakai oleh
penghuningnya sebagai tempat tidur bagi bapak ibu kepala rumah
tangga atau pemilik rumah. Maka senthong tengen biasa dilengkapi
dengan tempat tidur dan perabot pelengkap lainnya, seperti kecohan,
kastok, dan lain sebagainya. Sementara senthong tengah lebih
berfungsi sebagai ruangan meditasi dan berdoa, sementara senthong
kiwa lebih berfungsi sebagai ruang penampung bahan-bahan pokok dan
utama seperti padi, beras, dan palawija lainnya (kacang, kedelai,
jagung).
Bapak ibu atau suami istri
dalam sebuah rumah tangga masyarakat Jawa tentu ingin memiliki
ruangan yang sangat privasi, artinya kerahasiaan mereka berdua
selalu ingin dijaga. Dan biasanya mereka mengambil senthong tengen
sebagai ruang privasi. Hal ini sangat wajar, karena sebagai induk
rumah tangga, mereka berhak untuk mewariskan garis keturunannya.
Sementara ketika mereka mempunyai anak, maka anak-anak mereka akan
ditempatkan pada ruangan-ruangan lain di luar senthong tengen.
Begitu pula dengan anggota keluarga lain, seperti kakek nenek,
paklik bulik (paman bibi), pakdhe budhe (saudara ayah ibu lebih tua),
atau kakak adik, biasanya mengambil tempat untuk beristirahat di
ruangan lain, seperti di ruangan tengah, ruang gandhok, bahkan ada
yang rela mengambil ruangan di bagian pawon.
(Bersambung)
Naskah dan foto: Suwandi
Suryakusuma/Yayasan Tembi |