David Nurbianto, Menjadi Komika Tak Harus Cerdas

02 Nov 2015

Menjadi juara pertama ajang Stand Up Comedy season empat yang diadakan Kompas TV membuat nama David Nurbianto semakin melambung. Selain semakin tenar, kesibukan dia pun bertambah, namun ia tak setuju jika orang mengatakan menjadi stand up comedian harus cerdas. David yang lulusan SMA membuktikan mampu menjadi pelawak tunggal dan menjadi juara.

Harus tampil di depan penonton membawakan materi yang lucu menjadi tantangan terberat David saat menjadi pelawak tunggal atau yang populer disebut stand up comedy. Pria berdarah Betawi ini pun mati-matian mencari bahan untuk dibawakan di atas panggung. Tampil seorang diri, tak jarang keringat dingin mengucur dari tubuhnya.

Menjadi peserta stand up comedy Indonesia yang diadakah Kompas TV memang memberikan berbagai pembelajaran bagi pemilik nama lengkap David Nurbianto ini. Berbagai ilmu ia dapatkan, mulai dari proses menulis, public speaking, editing materi tulisan sendiri dan lainnya. Sampai akhirnya ia menemukan ‘persona' tersendiri, kalau istilah dalam stand up comedy, ciri khas atau image yang ingin ditampilkan dari seorang David.

Pria kelahiran Jakarta, 13 Desember 1989 ini sekarang dikenal sebagai komika (sebutan pelawak tunggal) Betawi yang dalam setiap lawakannya ia selalu membawa sisi budaya Betawi. “Gw berangkat dari gw pribadi sebagai pemuda Betawi pinggiran, yang tanah sama warisannya udah abis, gak kuliah, jadi tukang ojek, motor masih kredit, macem-macemnya, mungkin ini tragedi dalam hidup gw, tapi gimana caranya bisa gw angkat sebagai lelucon, nah kliknya udah dapet,” papar David.

Satu lagi yang selalu menjadi bahan lelucon David, yaitu ia selalu menceritakan kisah neneknya atau nyai-nya hingga sang nenek ikut-ikutan terkenal karena David. Karena itulah saat menjadi pemenang Stand Up Comedy Season 4, David yang berhasil membawa pulang uang Rp 50 juta langsung memberangkatkan neneknya umrah.

Saat ini, David sedang disibukkan dengan agenda stand up comedy-nya. Baru selesai tur 20 kota bersama komika lain, David juga sedang mempersiapkan diri untuk film layar lebar pertamanya. Film yang diproduksi Kompas TV ini akan mengangkat cerita di balik layar seorang komika, mulai dari audisi sampai sukses. Ia juga turut serta dalam pementasan Teater Abang None yang berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta pada 24-25 Oktober lalu.

“Jujur kemarin dalam pementasan teater saya baru pertama kali, saya ditelepon langsung sama Mpok Maudy, si Zaenab yang saya idolakan dari kecil. Dia meminta saya main dan langsung saya iyakan. Saya menjadi pembawa benang merah dalam cerita, seperti dalang lah. Banyak pelajaran yang saya dapat dari pementasan teater ini, meski cukup berat tapi saya senang sekali,” ujarnya saat ditemui Tembi beberapa waktu lalu.

David mengatakan Stand Up Comedy di Indonesia berkembang cukup pesat. Seni komedi yang diambil dari Barat ini semakin dikenal masyarakat. Meski ada anggapan menjadi seorang komika itu harus cerdas, David berani bilang itu hanya kata-kata yang terlalu buru-buru ditafsirkan penonton.

“Stand up comedy cuma berbeda aja dengan yang lain, kenapa dibilang cerdas, mungkin karena prosesnya, bagaimana proses kreatif kami membuat materi, karena kita comedian tunggal yang tak bisa spontan atau tek-tok dengan pelawak lain, semua kendali ada di tangan kita, kalau materi nggak lucu, kita harus punya plan lain, bagaimana mengendalikan panggung dan pesan yang kita sampaikan ‘kena’ ke penonton, mungkin proses itunya yang cukup sulit,” ujar David.

Natalia S
Foto: Rosiana

David Nurbianto, Menjadi Stand Up Comedian Tak Harus Cerdas David Nurbianto, Menjadi Stand Up Comedian Tak Harus Cerdas PROFIL

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 05-01-16

    Kegetiran di Balik F

    Adalah Diego Zapatero, orang dari Spanyol yang hobinya memotret. Dalam dua tahun terakhir ini ia berada di Indonesia, dan menetap di Yogyakarta. Di... more »
  • 05-01-16

    Getas Banjaran Raksa

    Getas Banjaran atau Getah Banjaran adalah sosok yang mempunyai ujud aneh dan tidak lazim. Bagaimana tidak aneh? Badannya raksasa tetapi kepalanya... more »
  • 05-01-16

    Album Foto Masa Pera

    Buku ini berisi foto-foto (beserta keterangannya) tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama pada masa Agresi... more »
  • 04-01-16

    Penghargaan Anugerah

    Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Dinas Kebudayaan DIY memberikan penghargaan Anugerah Budaya 2015 kepada 14 pelaku budaya DIY yang... more »
  • 04-01-16

    Mengenal dan Memaham

    Judul : Inventarisasi Komunitas Adat Tengger Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur Penulis : J. Nicolaas Warouw, dkk... more »
  • 04-01-16

    Penyair Membaca Puis

    Puisi dan seni lukis dipertemukan dalam acara pembukaan pameran seni rupa karya Jupri Abdullah, Senin malam, 14 Desember 2015 di Tembi Rumah Budaya,... more »
  • 04-01-16

    Rabu Kliwon Ini Hari

    Perhitungan ini berdasarkan perhitungan primbon Panca Suda. Panca = lima, suda = dikurangi. Lima dikurangi satu sama dengan empat. Ada empat... more »
  • 23-12-15

    Buku Tentang Kepahla

    Babad Trunajaya-Surapati merupakan salah satu buku lawas di Perpustakaan Tembi Rumah Budaya yang mengisahkan tentang kepahlawanan Trunajaya dan... more »
  • 23-12-15

    Sing Bisa Momong, Mo

    Dalam kehidupan sehari-hari tiga hal ini sangat diperlukan untuk pedoman hidup agar manusia menjadi lebih bijaksana dan arif dalam pengertian lahir... more »
  • 22-12-15

    Karya Seni dalam Kem

    Pameran ini sudah berlangsung sejak 12 Desember 2015, dan akan berakhir pada 31 Desember 2015. Gapura, kependekan dari Gabungan Perupa Yogyakarta,... more »