PGTK KHalifah Datang dengan Pakaian Tradisional

Author:editorTembi / Date:29-04-2015 / Kedatangan mereka masih dalam rangka peringatan Hari Kartini sehingga sebagian dari mereka mengenakan pakaian tradisional dan pakaian yang menggambarkan cita-cita mereka.

Mengagumi dolanan anak-anak sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu, difoto: kamis, 23 April 2015, foto: a.sartono
Mengagumi dolanan anak-anak sambil mendengarkan 
penjelasan dari pemandu

Hari Kamis, 23 April 2015 sekitar 40 anak PGTK Khalifah Bantul bersama pendampingnya mengunjungi  Tembi Rumah Budaya. Mereka adalah anak-anak yang duduk di bangku sekolah play group dan TK. Kedatangan mereka masih dalam rangka peringatan Hari Kartini sehingga sebagian dari mereka mengenakan pakaian tradisional dan pakaian yang menggambarkan cita-cita mereka. Ada anak yang berpakaian pilot, dokter, perawat, tentara, polisi, dan sebagainya.

Penasaran dengan pemrograman membuat video game, difoto: kamis, 23 April 2015, foto: a.sartono
Penasaran dengan pemrograman membuat video game

Seperti biasa kedatangan mereka diterima di Pendapa Yudhanegaran. Setelah menerima penjelasan singkat mereka diajak berkeliling kompleks Tembi. Oleh karena mereka sungguh masih anak-anak dan semuanya berpakaian tidak seperti biasanya, perjalanan mereka pun menjadi lambat. Ada cukup banyak anak yang kurang merasa nyaman dengan sandal selop (canela). Ada anak yang setiap saat harus membenahi topi pilot dan topi jenderalnya. Kain (jarit) yang membebat tubuh bagian pinggang hingga mata kaki juga membuat mereka tidak bisa bergerak bebas.

Begitu memasuki museum mereka semua seperti dibawa ke suatu dunia yang sungguh asing di mata mereka. Ada kesan keterkejutan, keterpanaan, sekaligus keingintahuan yang tidak spontan terucapkan. Wayang yang ditampilkan di museum membuat mereka juga terlongong-longong.

Boneka wayang golek memikat perhatian anak-anak, difoto: kamis, 23 April 2015, foto: a.sartono
Boneka wayang golek memikat perhatian anak-anak

“Wayang ini terbuat dari apa adik-adik ?” tanya pemandu kepada mereka. Jawaban pun tidak segera didapat. Semua mata saling memandang. Pendampinglah yang menjawab pertanyaan tersebut.

Wayang golek yang dipajang membuat mereka juga senang. Boneka kayu yang membentuk figure-figur tokoh wayang dengan aneka tampilannya membuat mereka tertarik untuk mendekat dan mencoba memegang. Bagi mereka semua boneka wayang golek tersebut kelihatan lucu sekaligus aneh. Pada pos wayang golek ini mereka cukup lama berdiri untuk mengamati sambil berbincang atau bertanya jawab dengan sesama temannya.

“Ini bentuknya lucu.” 
“Nek sing iki medeni (kalau yang ini menakutkan).” 
“Kok ngene ya bentuke (kok begini ya bentuknya).” 
Demikian celetukan di antara mereka.

Kebetulan pula saat itu tengah berlangsung pameran segala macam produk dan kegiatan berkaitan dengan pendidikan dari SMK 2 Sewon. Oleh karena itulah anak-anak PGTK Khalifah Bantul juga berkesempatan melihat-lihat karya batik, aplikasi, lukisan, praktek batik, dan juga praktek membuat program video game. Pada praktek membuat video game ini anak-anak juga tertarik karena dunia itu tidak lagi asing bagi mereka yang lahir di era digital.

Belik Tembi menyebabkan anak-anak ini ingin nyebur ke dalamnya, difoto: kamis, 23 April 2015, foto: a.sartono
Belik Tembi menyebabkan anak-anak ini ingin nyebur ke dalamnya

Belik yang pada intinya adalah kolam untuk berendam dan bermain air di kompleks  Tembi Rumah Budaya juga menjadi salah satu magnet yang membuat mereka betah berlama-lama di tempat itu. Tampak bahwa mereka ingin bisa menikmati kejernihan dan kesejukan air Belik. Tangan mereka pun berusaha menjangkau air di Belik. Menciduknya dengan telapak tangan dan memercikkkannya.

Anak-anak dari kelas atau kelompok play group dan TK memang dapat dikatakan masih sangat polos. Dalam keadaan demikian mereka perlu mendapatkan pengetahuan dan pendidikan yang baik dan benar. Tidak hanya dalam soal teknologi, namun juga bidang-bidang sosial budaya yang akan membingkai kehidupan mereka kelak. Belajar budaya di  Tembi Rumah Budaya adalah salah satu langkah menuju pada hal tersebut. Dengan demikian, kelak mereka akan memahami sisi penting dan baiknya belajar kebudayaan.

Naskah dan foto: a. sartono

Kunjungan

Latest News

  • 02-05-15

    Kamila Andini: Film

    Membuat film pendek yang kisahnya diambil dari kehidupan pribadi temannya, Kamila Andini sukses merangkum cerita dengan baik. Kehidupan pribadinya... more »
  • 02-05-15

    Anak Yang Lahir Pada

    Tanggal 18 (Jawa) adalah ’dina Celeng’ hari itu Allah menciptakan Matahari dan bulan dan mempertemukan Nabi Yakub dan Nabi Yusup. Anak yang lahir... more »
  • 02-05-15

    Kiprah Paud Mekar Ga

    Mereka tidak didampingi oleh kedua orang tuanya. Hanya beberapa guru saja yang mendampingi mereka. Sengaja mereka dilepaskan untuk mencoba mandiri... more »
  • 30-04-15

    Pagelaran Busana “De

    Dewaraja menampilkan sebanyak 60 koleksi busana mayoritas untuk perempuan dalam bentuk high neck dress serta flowing coat dress dan sebagian kemeja... more »
  • 30-04-15

    Ini Buku Seni Suara

    Dibandingkan dengan buku keluaran baru, buku cetakan tahun 1956 dari Penerbit Yayasan Kanisius ini terkesan sungguh sederhana. Kertasnya warna coklat... more »
  • 29-04-15

    PGTK KHalifah Datang

    Kedatangan mereka masih dalam rangka peringatan Hari Kartini sehingga sebagian dari mereka mengenakan pakaian tradisional dan pakaian yang... more »
  • 29-04-15

    Membaca Jejak Chairi

    Dalam acara ini ditampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan pidato kebudayaan. Para penyair muda dan penyair senior bergabung menjadi satu... more »
  • 28-04-15

    Denmas Bekel 28 Apri

    more »
  • 28-04-15

    Anak-anak Tim-Tim di

    Metode yang digunakan Helena van Klinken untuk menyusun buku ini adalah dengan mewawancarai 90 sumber lisan. Berdasarkan hal ini penulis kemudian... more »
  • 27-04-15

    Kearifan Lokal yang

    Dengan membaca buku ini, Anda akan mengetahui berbagai kearifan lokal masyarakat Lombok, sebagai media pendidikan antikorupsi. Juga berbagai bentuk... more »