Bincang Kopi dan Baca Puisi di Karta Pustaka

Author:kombi / Date:12-09-2013 / Tag: Berita budaya / Berita Budaya

Bincang Kopi dan Baca Puisi di Karta Pustaka

Selain jenis Arabika dan Robusta ternyata ada jenis kopi lain lagi, yakni Ekselata. Hanya saja Ekselata tidak menjadi populer karena Ekselata memiliki rasa lebih hambar daripada kedua jenis kopi lain.

Anggi Minarni, Direktris Yayasan Karta Pustaka Yogyakarta tengah menyampaikan gagasannya berkait dengan dunia kopi, difoto: Jumat, 6 September 2013, foto: a.sartono
Anggi Minarni, direktris Yayasan Karta Pustaka

Pada Jumat, 6 September 2013 Karta Pustaka menutup rangkaian seremonial open house-nya. Penutupan itu ditandai dengan acara Ngopi dan Baca Puisi. Ngopi menjadi pilihan acara ini dengan suatu alasan bahwa komoditas kopi di Indonesia (Nusantara) sedemikian luar biasa. Kopi dari Indonesia menjadi komoditas yang banyak diincar bangsa asing dan sangat laku di pasar dunia. Akan tetapi kita sebagai warga bangsa Indonesia jsutru sering abai terhadapnya.

Kita sering merasa bahwa kekayaan luar biasa yang bernama kopi itu adalah sesuatu yang biasa saja. Padahal hal ini di mata dunia internasional sedemikian luar biasa. Kita perlu punya kesadaran yang memadai untuk semakin mengerti dan menghargai kekayaan kita sendiri. Demikian seperti diungkap oleh Anggi Minarni selaku Direktris Karta Pustaka yang beralamat di Suryodiningratan, Yogyakarta. Kesadaran semacam itu tampaknya perlu terus dibangkitkan dan dipelihara agar kita semakin memiliki penghargaan dan kepedulian terhadap kekayaan bangsa sendiri.

Membanjirnya segala macam barang impor ke Indonesia juga menjadi keprihatinan tersendiri dalam acara ini. Bahkan produk impor tersebut banyak sekali yang bahan bakunya berasal dari Indonesia, termasuk kopi. Ini sungguh mengenaskan sekaligus menggelikan. Belum lagi impor seperti garam, gula, kedelai, sapi, dan lain-lain yang sesungguhnya kita sendiri mampu untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri dan dalam banyak sisi hasilnya juga melimpah.

Acara Ngopi dan Baca Puisi dikemas dalam format acara yang santai, cair, tidak begitu formal, namun tertib dan penuh kehangatan. Obrolan tentang kopi menjadi semakin menarik dengan hadirnya beberapa orang pecandu kopi dan yang mempelajari seluk-beluk perkopian. Salah seorang ahli kopi adalah Ferry, pemilik kedai kopi Legend Coffee di kawasan Kotabaru, Yogyakarta.

Ferry tengah memperagakan teknik memilih dan menyedu kopi yang baik, difoto: Jumat, 6 September 2013, foto: a.sartono
Ferry tengah memperagakan teknik memilih dan menyeduh kopi
yang baik kepada peserta Bincang Kopi dan Puisi di Karta Pustaka

Ferry mengatakan bahwa selain jenis Arabika dan Robusta ternyata ada jenis kopi lain lagi, yakni Ekselata. Hanya saja Ekselata tidak menjadi populer karena Ekselata memiliki rasa lebih hambar daripada kedua jenis kopi lain. Ferry juga memberikan contoh bagaimana menyeduh kopi yang baik, bagaimana mengonsumsi kopi yang baik. Jenis kopi apa saja yang berasa lebih asam dibanding kopi lain. Bagaimana pula menyangrai kopi yang baik sesuai dengan selera. Sebaiknya seberapa banyak orang mesti mengonsumsi kopi dalam waktu 24 jam.

Ada begitu banyak yang disampaikan Ferry berkenaan dengan dunia kopi. Ia juga menyarankan sebaiknya kita mudah terpikat iklan kopi yang dikemas dengan kantung sachet yang dalam dunia penggemar kopi disebut sebagai kopi sobek. Sebab kopi jenis ini biasanya bukan merupakan kopi asli. Artinya, ada zat-zat tertentu yang ditambahkan ke dalamnya. Hal ini jika dikonsumsi dalam tempo yang lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Ia juga menyatakan bahwa penggemar kopi yang baik umumnya juga bukan perokok. Sebab aroma rokok pada intinya dapat membuyarkan keharuman aroma kopi ketika kita meneguknya.

Panjang lebar Ferry mengulas tentang kopi, dan hal itu cukup menyita perhatian orang yang hadir dalam acara itu. Obrolan soal kopi ini juga disampaikan oleh Erson Padapiran yang bercerita soal keistimewaan kopi Toraja. Di sela-sela perbincangan itu dihadirkan pula acara baca puisi. Salah satu pembaca puisi tersebut adalah Slamet Riyadi Sabrawi, yang notabene adalah penggemar kopi kawakan. Ada pula Krisbudiman yang juga penggemar kopi, Ons Untoro, Ida Fitri, Alim Bachtiar, Herlina Tin, Lieke, dan Sicilia.

Naskah & foto:A. Sartono

Berita budaya Source Link: Jakarta

Latest News

  • 26-07-14

    Lukisan Kaca dari Em

    Pameran seni lukis kaca ini, yang berlangsung dari 11 Juli sampai 11 Agustus, baru pertama kali diselenggarakan di ruang pamer Tembi Rumah Budaya.... more »
  • 26-07-14

    Hari Keberuntungan O

    Kelebihan orang Wuku Maktal adalah sentosa budinya, setia pendiriannya. Namun, ia mudah kecewa jika pekerjaannya dianggap kurang benar oleh orang-... more »
  • 26-07-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Berikut ini contoh penerapan kata pada tataran bahasa Jawa saat ini, dengan keterangan: n = singkatan dari bahasa ngoko, na = bahasa ngoko halus, k... more »
  • 26-07-14

    Benarkah di Bantul P

    Mereka sempat menduga itu merupakan kerangka kuda atau sapi. Namun demi melihat struktur tulang lehernya yang kelihatan jenjang, mereka punya pikiran... more »
  • 26-07-14

    Ada Rumah Limasan Te

    Pameran foto ini menampilkan keindahan dan kekhasan aspek budaya, religi dan alam di Yogyakarta. Rencananya, foto yang dipajang akan diganti setiap... more »
  • 26-07-14

    Pelabuhan Sunda Kela

    Memang pada masa lalu Pelabuhan Sunda Kelapa yang dikenal dengan sebutan Bandar Empat Zaman memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia: zaman Hindhu... more »
  • 25-07-14

    Pesan Visual dari Ta

    Ada 7 judul karya dengan tema besar Papua Sehat yang diputar di Goethe Haus oleh Forum Lenteng. Film-film tersebut mendokumentasikan masalah... more »
  • 25-07-14

    Main Kartu Sambil Be

    Permainan kartu modifikasi ini dinamai Tatepat, singkatan dari Karuta Tembang Macapat. Karuta adalah permainan kartu di Jepang yang mengilhami... more »
  • 25-07-14

    Mengajak Anak Muda M

    Acara tersebut bukan hanya diisi dengan tembang macapat dan lantunan geguritan, namun juga pelatihan bagi generasi muda untuk bisa membuat tembang... more »
  • 25-07-14

    Buka Bersama Seniman

    Faruk HT, selaku Kepala PKKH UGM mengajak para seniman dan budayawan kembali ke UGM. Karena pada masa tahun 1970-an sampai 1980-an, ketika Purna... more »