Gladhen Tembang Macapat (23) Tembang Maskumambang

03 Feb 2015 Tembang Maskumambang yang dipakai untuk gladhen kali ini termasuk tembang yang mempunyai struktur paling sederhana dan paling pendek dibanding dengan jenis lagu tembang macapat yang lain. Syair dalam satu bait atau satu ‘pada’ tembang Maskumambang berjumlah empat baris atau ‘gatra’

Tembang Maskumambang yang dipakai untuk gladhen kali ini termasuk tembang yang mempunyai struktur paling sederhana dan paling pendek dibanding dengan jenis lagu tembang macapat yang lain. Syair dalam satu bait atau satu ‘pada’ tembang Maskumambang berjumlah empat baris atau ‘gatra.’ Masing-masing 'gatra' mempunyai jumlah suku kata atau ‘guru wilangan’ yang bervariasi, yaitu;

Gatra 1, terdiri dari 12 suku kata atau ‘guru wilangan’ dengan akhiran vocal i atau ‘guru lagu wulu’ 
Gatra 2, terdiri dari 6 suku kata atau ‘guru wilangan’ dengan akhiran vocal a atau ‘guru lagu nglegena’ 
Gatra 3, terdiri dari 8 suku kata atau ‘guru wilangan’ dengan akhiran vocal i atau ‘guru lagu wulu’ 
Gatra 4, terdiri dari 8 suku kata atau ‘guru wilangan’ dengan akhiran vocal a atau ‘guru lagu nglegena’

Tembang Maskumambang seperti yang sudah dirinci di atas dengan diberi notasi lagu ‘Maskumambang Kembang Tiba’ dipakai sebagai materi untuk belajar pada gladhen atau latihan tembang macapat edisi ke 23 kali ini. Syair tembang mengambil dari Kitab Centhini bab atau ‘pupuh’ 301 ‘pada’ 1 sampai dengan ‘pada’ 11, yang sudah dibaca pada acara Macapatan Malem Rebo Pon putaran 134, di pendapa  Tembi Rumah Budaya 13 Januari 2015 lalu, seperti berikut ini;

Serat Centhini PUPUH 301.

2. Pitung pangkat pyambak-pyambak siksanèki 
inggih tundha sapta 
pangkatipun ngandhap nginggil 
sapangkatnya lêlampahan

3. Sangangatus warsa ngandhap lawan nginggil 
pangkat kang kapisan 
naraka-jahanam Nabi 
pangkat kalih namanira

4. Nraka-salkar tri nraka-kusamah nami 
pangkat ping sakawan 
nraka-sangir namanèki 
pangkat gangsal nraka-satar

5. Pangkat ping nêm nraka-jakim namanèki 
pangkat kaping sapta 
nraka-awiyah mungkasi 
naraka-jakim punika

6. Ingkang dipun acaosi mring jakim Gusti 
sang Pirngon ing kuna 
lan sawadya balanèki 
dene ta naraka-satar

7. Saosane sadaya titiyang kapir 
manggon nraka-satar 
wondening naraka sangir 
eblis ingkang cinawisan

8. Sawadyane nggènnira ngirup-ngirupi 
sakèhing manungsa 
kaajak manjing mring sangir 
jalma kang manut ing setan

9. Mila eblis sru nggêgodha maring jalmi 
ingajak ginonjak 
umanjing maring yomani 
kinarya dhasar nèng ngandhap

10. De pyambake punika wontên ing nginggil 
jalma ingkang samya 
korup panggodhaning eblis 
manggon ing ngandhap priyangga

11. Pramilane ing ngagêsang dipuneling 
dènyitna waspada 
ywa ngantos pêpeka malih 
sêmbrana sayêkti tiwas

Secara garis besar, sebelas ‘pada’ tersebut berisi kesaksian ‘pathak’ tengkorak kepala Raja Ngesam mengenai keadaan di neraka yang disampaikan kepada Nabi Ngisa. Ada tujuh tingkat neraka yang masing masing tingkat dihuni oleh golongan tertentu. Tingkat keempat namanya naraka Sangir dan dihuni oleh iblis. Manusia yang semasa hidupnya berada dalam pengaruh iblis akan masuk neraka Sangir di bagian paling bawah dan menjadi dasar pijakan para iblis. Semakin banyak manusia yang masuk ke neraka ini, maka posisi iblis semakin terangkat ke atas sehingga panasnya api neraka berkurang. Oleh karenanya si iblis gencar mencari pengikut manusia sebanyak-banyaknya.

Keterangan
Notasi tembang yang ditulis di atas memakai nada gamelan Jawa (nada Pentatonik). Biasanya instrument gamelan yang untuk ninthing atau membidik nada adalah Gender Barung.

Jika tidak ada gamelan, dapat menggunakan gitar atau piano (nada Diatonik) dengan padanan nada sebagai berikut:

Pentatonik Diatonik
Pelog Pathet enem Piano/Gitar
1 (ji) = 3 (mi)
2 (ro) = 4 (fa)
3 (lu) = 5 (sol)
5 (ma) = 7 (si)
6 (nem) = 1 (do)

Herjaka HS

  • dulu untuk mengirim komentar

Artikel Terbaru

  • 16-09-16

    Notaris Pertama Warg

    Di masa penjajahan Belanda atas Nusantara masyarakat pribumi hanya menjadi budak. Semua pekerjaan kasar dilakukan oleh pribumi, sementara orang-orang... more »
  • 15-09-16

    Kemiskinan Ala Kadar

    Apa yang membedakan Garin Nugroho dari kebanyakan sutradara di industri film Indonesia? Film terbaru Garin, Setan Jawa, adalah jawaban yang paling... more »
  • 14-09-16

    Sega Obonk Berpadu d

    Kreasi atau cipta karya kuliner terus dilakukan Warung Dahar (WD) Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya. Untuk bulan September ini WD Pulo Segaran... more »
  • 31-08-16

    Rujukan untuk Mengen

    Judul            : Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Penulis        ... more »
  • 30-08-16

    “Paket Kemerdekaan”

    Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more »
  • 30-08-16

    Wilayah Praja Mangku

    Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal setelah dibangunnya Kompleks Pemakaman Keluarga Suharto, Presiden RI ke-2... more »
  • 29-08-16

    Monolog dan Gerak Pu

    Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more »
  • 29-08-16

    Buku Pelajaran Sejar

    Judul            : Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis  ... more »
  • 29-08-16

    Kawasan Panggung Kra

    Panggung Krapyak adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul... more »
  • 27-08-16

    Bayi Kelahiran Mangs

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more »