Lezatnya Sate Buntel dan Tongseng Godril

Author:editorTembi / Date:23-07-2014 / Daging kambingnya memang dicincang atau digiling terlebih dahulu. Setelah itu dibuntel (dibungkus) dengan lemak perut kambing. Saat dibakar lemaknya meresap ke dalam daging. Karenanya menyantap sate buntel paling afdol pada saat masih panas atau hangat agar aroma gurih lemaknya terasa.

Sate Godril, Godean, sate buntel, tongseng, bu Bambang, foto: Barata
Sate buntel persegi empat yang lezat

Tampilan satu buntel yang satu ini memang beda. Disajikan dalam potongan segi empat seperti steak. Bukan deretan daging yang ditusuk sebagaimana lazimnya sate buntel. Warnanya coklat kehitaman dengan daging yang cukup tebal, digenangi kecap, dan dilengkapi potongan kol, timun dan bawang merah.

Tampilannya memang mengundang selera. Yang ternyata selaras dengan rasanya. Aroma gurihnya terasa lembut. Rasa dagingnya menyeluruh. Tidak ada aroma prengus sama sekali. Dan karena berasal dari daging cincang, sudah pasti sangat empuk.

Daging kambingnya memang dicincang atau digiling terlebih dahulu. Setelah itu dibuntel (dibungkus) dengan lemak perut kambing. Saat dibakar lemaknya meresap ke dalam daging. Karenanya menyantap sate buntel paling afdol pada saat masih panas atau hangat agar aroma gurih lemaknya terasa.

Inilah sate buntel ala warung sate Godril. Meski pemiliknya orang Bantul namun rasa sate buntelnya tidak kalah dari sate buntel Solo, daerah asal kuliner ini. Menurut bu Bambang (58 tahun), pemiliknya, daging kambing sate buntel di warungnya sama sekali tanpa koyor. Karena kalau masih ada koyornya, saat dagingnya dibakar, buntelnya tidak bisa membungkus daging dengan maksimal. Risikonya memang banyak bagian yang dibuang sehingga yang tertinggal hanya daging utuh. “Karena tanpa koyor, dagingnya jadi kepel,” ujarnya.

Daging yang dipilih, kata bu Bambang, adalah ‘sampil’ atau pangkal paha, dan ‘ulur’ atau bagian punggung agak belakang. Biasanya diambil dari kambing berusia satu tahun. Untuk urusan daging kambing, bu Bambang cukup ketat. Ia menjajaki berbagai pemasok tapi akhirnya hanya memilih satu pemasok tetap dari Bantul karena kualitas dagingnya bagus.

Menurut bu Bambang, saat membuat sate buntel, daging kambing ini digiling, lalu dibumbui dengan bawang putih, bawang merah dan kemiri. Setelah itu baru dibungkus lemak, kemudian dibakar setengah matang. Terakhir, diberi kecap lalu dibakar lagi sampai matang.

Sate Godril, Godean, sate buntel, tongseng, bu Bambang, foto: Barata
Tongseng berkuah pekat yang memikat

Dengan kepiawaian mengolah daging kambing yang didapat dari mbahnya, dipadu dengan modifikasi sate buntel ala bu Bambang yang lezat, tidak heran jika sate buntel Godril cukup kondang.

Sayangnya tidak setiap hari menu sate buntel ini tersedia. Menurut bu Bambang, kendalanya ada di bahan baku. Pasokan lemak buntel yang memenuhi syarat sulit didapatkan. Lemak buntel tidak bisa digunakan jika sangat tipis atau sangat tebal. Dari empat ekor kambing, hanya didapat 6-7 ons buntel. “Dari 4,5 kilogram lemak buntel paling hanya jadi 50 sate buntel,” jelasnya.

Selain sate buntel,  Tembi juga mencoba tongseng. Ini memang menu yang wajib disantap. Ramuannya seperti tongseng pada umumnya, yakni potongan daging kambing di dalam kuah gule, yang diberi bawang, kubis, tomat dan kecap, serta rajangan cabe rawit. Kuahnya pekat. Rasanya sungguh mantap karena rasa bumbu gulenya cukup mencolok, bercampur santan yang gurih. Perpaduan rasa gurih, manis dan sedikit pedas yang pas. Seperti buntel, aroma dagingnya tidak prengus.

Tidak heran jika tongseng Godril menjadi salah satu menu andalan warung ini sejak dekade 1950-an. Pada era itu warung Godril hanya menyediakan sate, tongseng dan gule, belum ada sate buntel.

Bu Bambang berkisah, warung yang awalnya belum bernama ini dirintis oleh mbah Karto. Mulanya berlokasi di kawasan Madukismo, Kasihan, Bantul. Tepatnya, kalau sekarang, di depan Gedung Madu Chandya. Uniknya, setiap tahun warung ini hanya buka sekitar enam bulan selama musim giling tebu.

Sate Godril, Godean, sate buntel, tongseng, bu Bambang, foto: Barata
Bu Bambang, pencetus sate buntel ala Godril

Pada musim menggiling tebu, mbah Karto rajin menanggap ledek dari Banyumas. Lagu favoritnya adalah Godril, lagu yang memang kondang pada pentas ledek, di samping Rujak Jeruk dan Kutut Manggung. Itu sebabnya mbah Karto juga dikenal dengan nama mbah Godril. Secara alamiah, warungnya yang semula tak bernama kemudian dikenal umum sebagai warung mbah Godril.

Warung mbah Godril terus berpindah lokasi. Pada 1978, masih di kawasan Madukismo, warung ini pindah ke Buk Bengkong. Lantas pada 1981, pindah tidak jauh ke Padokan, Kasihan, Bantul. Sebentar kemudian, pada 1982, pindah ke Jalan Taman Siswa, Kota Yogya. Dan akhirnya pada 1988 pindah ke Jalan Godean, Sleman, sampai sekarang.

Di Taman Siswa, warung sate mbah Godril dikelola oleh bu Bambang. Di sinilah ia merintis sate buntel ala Godril. Keluar dari “pakem” sate buntel yang ditusuk, dan membuat sate buntel persegi empat.

Di Taman Siswa pula awal regenerasi warung sate mbah Godril, langsung melompat dari generasi pertama ke generasi ketiga. Bu Bambang, yang bernama asli bu Heni adalah cucu kedua mbah Karto. Anak mbah Karto hanya seorang, sedangkan cucunya 11 orang, 5 orang di antaranya perempuan. Semuanya ikut mengelola warung keluarga ini, baik cucu perempuan maupun istri dari cucu laki-laki.

Saat ini ada lima warung sate Godril. Pertama, warung bu Bambang yang terletak di Jalan Godean Km 1, menghadap ke utara, di seberang Mirota Kampus, agak ke barat. Kedua, gerai Godril di FoodFezt, Pandega, Jl. Kaliurang Km 5,5 yang dikelola kakak bu Bambang. Ketiga, warung di Jl HOS Cokroaminoto no 36, di utara Pasar Klithikan. Keempat, warung di Jogonalan, Madukismo. Kelima, warung di samping Lapangan Dwi Windu, Bantul. Tiga warung terakhir ini dikelola adik-adik bu Bambang,

Sate Godril, Godean, sate buntel, tongseng, bu Bambang, foto: Barata
Warung sate Godril di jalan Godean

Buka pukul 10.00 – 21.00, dalam sehari warung milik bu Bambang menghabiskan 7-10 kilogram daging kambing. Pembelinya beragam. Malah ada pelanggannya yang setia mengunjungi warung ini sejak masih pacaran sampai punya cucu. Ada pula pelanggan dari Jakarta, yang dulu kepincut olahan bu Bambang saat menjadi juru masak kuliner sate di sebuah rumah makan di bilangan Bungur, Jakarta Pusat. Sejumlah selebriti juga menjadi pelanggan warung ini, seperti Yon Koeswoyo bersama rombongan Koes Plus-nya. Begitu juga seniman lawak seperti Marwoto, Yati Pesek, Timbul Srimulat (alm) beberapa kali pernah mampir ke warung ini.

Harga menu di warung Godril milik bu Bambang tergolong standar. Sate buntel Rp 22.000, sate daging Rp 21.000, tongseng daging Rp 21.000, dan gule Rp 18.000. Tersedia pula tengkleng goreng, sate ayam, sop tulang sapi, dan lainnya.

Makan yuk ..!

Naskah dan foto: Barata

Makan Yuk

Latest News

  • 20-09-14

    Denmas Bekel 20 Sept

    more »
  • 20-09-14

    Pesona Bahasa Nusant

    Judul : Pesona Bahasa Nusantara Menjelang Abad ke -21  Penyusun : Parakitri T. Simbolon  Penerbit : PMB-LIPI, KPG & The Ford... more »
  • 20-09-14

    Orang Jumat Pon Hati

    Gaya bicara orang Jumat Pon menyenangkan. Hatinya baik, tidak mempunyai nafsu jahat, kuat untuk menahan tidur, cepat mencapai sejahtera lahir batin,... more »
  • 19-09-14

    Kirab Ki Ageng Tungg

    Dapat dipastikan bahwa upacara tersebut dilaksanakan pada setiap habis masa panen rendhengan atau panen raya di akhir musim penghujan yang biasanya... more »
  • 19-09-14

    Malam Ini Landung Si

    Berbeda dengan pembacaan-pembacaan Diponegoro oleh Landung sebelumnya, kali ini episode yang diangkat adalah sejak lahir hingga kematian pangeran... more »
  • 19-09-14

    Sajian Lagu-lagu The

    Musik The Beatles dihadirkan berbeda oleh Anime String Orchestra dengan konduktor Haryo “Yose” Soejoto. Musik-musik The Beatles, yang digubah oleh... more »
  • 18-09-14

    Mengungkap Keprihati

    Ada cukup banyak keprihatinan berkaitan dengan kehidupan sastra Jawa yang sepertinya hidup segan mati tak mau. Kondisi demikian sesungguhnya juga... more »
  • 18-09-14

    Didiet Maulana Tetap

    Didiet tetap bekerja keras memertahankan konsistensinya dalam melestarikan kain tradisional. Ia punya harapan generasi muda semakin mengenal kekayaan... more »
  • 18-09-14

    Museum Tembi Menampi

    Pada penampilan Karnaval Museum yang digelar Kamis sore 4 September 2014, Museum Tembi fokus menampilkan koleksi yang berkaitan dengan dolanan kuda... more »
  • 17-09-14

    Parade Jus Sehat nan

    Selain menu makanan, untuk bulan September 2014 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi juga merilis menu minuman sehat segar. Ada pun jenis-jenis... more »