SMK Kesehatan Blitar Berkomunikasi dengan Bahasa Jawa Krama Inggil

Author:editorTembi / Date:29-10-2014 / Mereka menggunakan bahasa Jawa krama inggil ketika bertemu dengan orang Jawa lain. Hal ini mereka terapkan ketika berkunjung ke Tembi Rumah Budaya yang boleh jadi telah mereka yakini sebagai semacam titik atau kantong kebudayan yang ada di Yogyakarta.

Pemandu menerangkan kegiatan harian di depan Museum Tembi Rumah Budaya, difoto: Kamis, 16 Oktober 2014, foto: a.sartono
Pemandu menerangkan kegiatan harian di depan Museum Tembi Rumah Budaya

Tidak hanya sekolah jurusan seni budaya atau pariwisata saja yang berkunjung di Tembi, tidak juga hanya sekolah umum, bahkan juga sekolah kesehatan. Hal ini dilakukan oleh SMK Kesehatan Blitar, Jawa Timur pada hari Kamis, 16 Oktober 2014. Barangkali kunjungan SMK Kesehatan Blitar ini agak terbilang aneh. Aneh karena orang sering bingung mempertautkan antara urusan kesehatan dan kebudayaan. Orang sering beranggapan bahwa kesehatan tidak ada hubungannya dengan kebudayaan. Nanti dulu.

Hidup untuk sehat sebenarnya juga merupakan bagian dari proses pengolahan atau aktivitas cipta, rasa, dan karsa manusia. Ia muncul dari akal budi juga. Bagaimana ketika pada awal peradaban manusia mencoba untuk mengolah bahan mentah menjadi makanan agar bisa dimakan, nyaman di perut, dan tidak menimbulkan gangguan pencernaan serta kesehatan. Bagaimana ketika pada awal peradaban orang mencoba aneka tanaman untuk dijadikan obat, menambah kekuatan, dan sebagainya. Bagaimana orang menciptakan alat pelindung tubuh agar terhindar dari hujan, angin, dingin, dan panas. Semua itu berkait dan bertaut antara urusan kebudayaan dan kesehatan.

Berfoto bersama di depan gazebo depan Bale Inap Kriyan, difoto: Kamis, 16 Oktober 2014, foto: a.sartono
Berfoto bersama di depan gazebo depan Bale Inap Kriyan

Satu hal yang juga tampaknya telah menjadi semacam kebiasaan di lingkungan SMK Kesehatan Blitar ialah bahwa mereka menggunakan bahasa Jawa krama inggil ketika bertemu dengan orang Jawa lain. Hal ini mereka terapkan ketika berkunjung ke  Tembi Rumah Budaya yang boleh jadi telah mereka yakini sebagai semacam titik atau kantong kebudayan yang ada di Yogyakarta. Artinya, di kantong ini mesti paham soal bahasa Jawa krama inggil.

“Pak menapa keris menika wonten isinipun ?” (Pak apakah keris ini ada isinya ?) tanya salah satu siswa kepada Tembi.

“Temtu kemawon wonten. Isinipun nggih wilahan keris.” (Tentu saja ada. Isinya ya bilah keris).

Berfoto bersama di depan Bali Inap Ngadirojo, difoto: Kamis, 16 Oktober 2014, foto: a.sartono
Berfoto bersama di depan Bale Inap Ngadirojo

“Mboten niku maksud kula. Niku lho Pak. Wonten isinipun bangsanipun roh alus menapa gaib-gaib, ngaten.” (Bukan itu maksud saya. Ada isinya sebangsa roh halus atau gaib-gaib, begitu).

Di sinilah Tembi mulai bercerita panjang lebar mengenai keris. Mengenai vibrasi logam. Mengenai pemindahan energi, dan sebagainya.

Bagaimanapun apa yang dilakukan oleh SMK Kesehatan Blitar ini bagi Tembi membawa kebanggaan tersendiri. Bangga karena anak-anak setingkat SMA dari Blitar, Jawa Timur, ini tanpa ragu-ragu langsung menggunakan bahasa Jawa krama inggil untuk berkomunikasi dengan Tembi. Ternyata anak-anak muda dari Blitar justru senang menggunakan bahasa Jawa yang penuh unggah-ungguh dan tataran tatakrama ini.

Pamitan di akhir kunjungan, difoto: Kamis, 16 Oktober 2014, foto: a.sartono
Pamitan di akhir kunjungan

Itu artinya mereka punya perhatian besar pada alat komunikasi yang berasal dari bahasa ibu mereka di mana bahasa ibu (Jawa) apalagi krama dan krama inggil mulai jarang digunakan oleh anak-muda muda generasi sekarang. Kemauan mereka untuk menggunakan hal itu akan menjadi pintu masuk bagi mereka untuk dapat lebih memahami khasanah budaya mereka sendiri yang secara berkelanjutan sebenarnya telah membentuk identitsa mereka. Jati diri mereka.

Naskah dan foto: A. Sartono

Kunjungan

Latest News

  • 05-11-14

    Kisah Arca-arca Peru

    Dengan membaca buku ini, kita akan mengetahui lebih jauh tentang arca-arca perunggu koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.... more »
  • 05-11-14

    Perbincangan Cerpen

    Diskusi yang digelar lesehan di depan panggung pertunjukan PKKH UGM ini menghadirkan pembahas Gunawan Maryanto (sastrawan) dan Arif Kurniar Rakhman (... more »
  • 04-11-14

    Kirab Pelangi Budaya

    Kirab budaya yeng merupakan event tahunan bagi Kabupaten Sleman kembali digelar, Minggu, 26 Oktober 2014. Kirab yang dimulai pukul 10.00 WIB ini... more »
  • 04-11-14

    Rasa Pekat Gudeg Yu

    Gudeg Yu Narni memang memiliki cita rasa yang memadai dengan kepopulerannya. Mungkin karena rasa gudegnya yang tergolong pekat, atau dalam istilah... more »
  • 03-11-14

    Sastra Dari Yang Tel

    Ada 29 nama sastrawan yang karyanya dimuat dalam antologi ini antara lain Umar Kayam, Rendra, Bakdi Sumanto, Linus Suryadi AG, Kirjomulyo,... more »
  • 03-11-14

    Dalam Semangat Sumpa

    Ikrar ini diucapkan oleh seluruh hadirin yang datang menyaksikan pegelaran musik yang dihadirkan oleh Komunitas Keroncong Bentara di Bentara Budaya... more »
  • 03-11-14

    Busana Keprajuritan

    Para pangeran ini berfoto bersama dengan mengenakan pakaian keprajuritan (baju resmi prajurit). Oleh karena mereka adalah pangeran, maka tentu saja... more »
  • 01-11-14

    Koleksi Buku Perpust

    Perpustakaan Tembi terbuka untuk umum. Berikut ini sebagian koleksi yang ada di perpustakaan Tembi... more »
  • 01-11-14

    Monita Tahelea Tenga

    Pada album ini, lagu-lagunya dibuat oleh Monita sendiri dan teman-teman di The Nightingales. Dia berharap bisa menyelesaikan albumnya pada Januari... more »
  • 01-11-14

    Watak Orang Berdasar

    Orang Rabu Pon, 5 November 2014, kalender Jawa tanggal 12, bulan Sura, tahun 1948 Ehe, punya jumlah weton 7 + 7 = 14. Watak: rendah hati, serba bisa... more »