Siswa Sekolah Internasional Singapura Berlatih Gamelan

10 Nov 2014 Sebanyak 16 siswa Sekolah Internasional Singapura berkunjung ke Tembi Rumah Budaya. Tujuan utama mereka adalah bermain gamelan atau berlatih karawitan.

Memperhatikan instruksi pemandu untuk menabuh kempul, difoto: 01 November 2014, foto: a.sartono
Seorang siswa Sekolah internasional Singapura menyimak instruksi 
pemandu untuk menabuh kempul

Sabtu, 1 November 2014 pukul 15.00 WIB sebanyak 16 siswa Sekolah Internasional Singapura berkunjung ke  Tembi Rumah Budaya. Tujuan utama mereka adalah bermain gamelan atau berlatih karawitan. Mereka semua tidak bisa berbahasa Indonesia. Namun banyak di antara mereka yang bisa mengerti sekalipun tidak mampu mengucapkannya.

“Mengerti bahasa Indonesia ?” tanya pemandu kepada dua anak pemain kempul dan gong.

“Tak. Sikit-sikit.” Mereka menjawab dengan bahasa Malaysia. Namun ketika pemandu menjelaskan panjang lebar mengenai instrumen gamelan dan cara memainkannya dengan menggunakan bahasa Indonesia, mereka tidak mengerti. Beruntung tour leader mereka membantu menerjemahkan penjelasan itu dengan baik.

Siswa-siswi sekolah internasional Singapura Konsentrasi menabuh gamelan di Tembi, difoto: 01 November 2014, foto: a.sartono
Siswa-siswi Sekolah internasional Singapura Konsentrasi 
menabuh gamelan di Tembi

Dengan bahasa gado-gado pun pemandu berusaha menjelaskan semuanya itu. Harapannya mereka mengerti apa yang diterangkan oleh pemandu. Ternyata selang beberapa saat kemudian mereka bisa memainkan satu gending Manyar Sewu sekalipun masih belepotan di sana-sini.

Pengulangan terus dilakukan agar mereka hafal gending itu. Ternyata memang cukup berhasil. Mereka pun gembira, yag terpancar pada sorot mata mereka yang dibarengi dengan senyum.

“Difficult ?” tanya pemandu.

“Oh no, not difficult,” jawab salah satu siswa yang ditanyai pemandu.

Di bawah bimbingan sekian pemandu, akhirnya orkestra gamelan itu toh dapat berbunyi dengan baik dan cukup harmonis. Tiga gending atau lagu pun terkuasai, yakni Manyar Sewu, Menthok-menthok, dan Kotek. Meski lelah, mereka cukup menikmati. Pada sisi itulah mereka menjadi lebih bisa memahami, ternyata bermain gamelan tidaklah mudah, namun juga tidak sulit. Mereka menjadi lebih paham tentang salah satu jenis kesenian yang menjadi salah satu identitas kebudayaan Jawa (Indonesia).

Bergaya dulu di Senthong Tengah, Tembi Rumah Budaya, difoto: 01 November 2014, foto: a.sartono
Bergaya di Senthong Tengah
 

Usai bermain gamelan mereka pun berkeliling area  Tembi. Koleksi museum Tembi menjadi santapan mereka yang pertama. Senjata tradisional berupa keris dan tombak membuat mereka cukup keheranan. Demikian pun sistem pembagian ruang (kamar) rumah Jawa yang disebut senthong. Bagi mereka sistem pembagian ruang atau kamar dalam rumah Jawa itu terasa aneh sekaligus unik. Demikian juga tempat tidur yang kaya dengan ukiran bagi mereka juga kelihatan sangat unik, juga gebyok berukir yang menjadi sekat utama dalam pembagian ruang.

Topeng untuk menari dalam lakon Ramayana dan Panji sedikit banyak mereka kenali. Setidaknya kisah tentang Ramayana telah mereka kenali. Dolanan anak tradisional Jawa sebagian juga mereka kenali. Setidaknya dakon atau congklak dan lompat tali dengan tali karet mereka kenali pula.

Sepeda onthel kuno dan sepeda motor kuno cukup menyita perhatian mereka. Barangkali di negeri mereka barang ini termasuk barang langka. Demikian pula dengan kulkas kuno yang tidak menggunakan daya listrik maupun baterai (aki) membuat mereka tersenyum-senyum karena merasa aneh. Rumah-rumah tradisional Jawa berbentuk limasan (limansap) serta rumah tradisional Indramayu membuat mereka juga kagum. Pada sisi-sisi itulah mau tidak mau mereka harus mengakui betapa kaya dan beragamnya elemen-elemen kebudayaan yang ada di Jawa. Itu pun baru Jawa saja. Belum keseluruhan elemen kebudayaan Nusantara (Indonesia). Itu pun baru elemen-elemen kebudayaan bendawi belum lagi yang tak bendawi (intangible).

Menikmati lingkungan Bale Inap Tembi, difoto: 01 November 2014, foto: a.sartono
Menikmati lingkungan Bale Inap Tembi

Jika bangsa mancanegara saja demikian berminat kepada kebudayaan Nusantara, bagaimana dengan kita sendiri selaku salah satu suku bangsa yang tinggal di Nusantara ?

Naskah dan foto: a.sartono

EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 23-01-16

    Penuntun Manusia Men

    Judul    : Weddha Brata (Panuntun. Jilid II) Penulis    : Mas Sajimin Prawiraatmaja Penerbit    : TB... more »
  • 23-01-16

    Selasa Kliwon Hari B

    Perhitungan ini berdasarkan perhitungan primbon Panca Suda. Panca = lima, suda = dikurangi. Lima dikurangi satu sama dengan empat. Ada empat... more »
  • 23-01-16

    Jose Rizal Manua, Pe

    Jose panggilannya, dari nama lengkap Jose Rizal Manua, adalah nama yang cukup dikenal di kalangan teater dan sastra. Selain karena aktif di teater... more »
  • 22-01-16

    Gunungan Sebagai Pe

    Dinamakan gunungan karena bentuknya menggambarkan gunung. Gunungan disebut juga kayon, artinya pohon. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar... more »
  • 22-01-16

    Awalnya besi yang di

    Supriyadi yang rambutnya memutih, terus mengayunkan palu, memukul besi membara yang dicapit kuat. Percikan api melesat kesana kemari. Adu palu (... more »
  • 21-01-16

    SMAN 1 Sleman Singga

    Setelah rombongan SMA 1 Mejobo Kudus meninggalkan Tembi, Selasa, 12 Januari 2016, rombongan SMAN 1 Sleman yang berjumlah sekitar 190 siswa dan... more »
  • 21-01-16

    Berbagi Ilmu Tata Pa

    Masih ingat kesuksesan pementasan kolosal yang mengangkat kebudayaan Indonesia, “Matah Ati” yang kemudian dipentaskan di Singapura dan Kuala... more »
  • 20-01-16

    Potret Keindahan Ind

    Mencintai Tanah Air yang diperlukan bukan slogan dan celotehan tapi bagaimana mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat, begitu kira-kira hal... more »
  • 19-01-16

    Konser Perkusi, Aksi

    Suguhan aksi Kelompok Studi Perkusi (Kesper) berhasil menyita perhatian para penonton. Dengan menampilkan suguhan yang atraktif membuat  ... more »
  • 19-01-16

    Sistem Religi Bonoke

    Judul   : Sistem Religi Komunitas Adat Bonokeling, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas Penulis   : Bambang... more »