Pelajaran Budaya untuk Balita

Author:editorTembi / Date:29-09-2014 / Kunjungan anak-anak di Tembi Rumah Budaya, kiranya merupakan cara mengenalkan produk kebudayaan sejak dini.

Anak-anak dalam kunjungan ke Tembi Rumah Budaya bermain piaono dengan suka ria, foto: Ons Untoro
Anak-anak bermain piano

Suasana riuh anak-anak dari TKIT dan Playgorup Primagama Jalan Godean, Yogyakarta mewarnai area  Tembi Rumah Budaya. Ada yang lari-lari dan ada yang bergandengan. Mereka melakukan kunjungan ke  Tembi Rumah Budaya, Rabu pagi 24 September 2014, seperti mendapatkan suasana yang lain. Teriakan khas dari anak-anak menambah suasana semakin ramai.

Beberapa orang anak mendahului berjalan sendiri melepaskan dari barisan, sehingga membuat gurunya menjadi sedikit repot dan meminta untuk kembali pada barisan, dan anak-anak yang lain mengkuiti teman lainnya memisahkan dari barisan untuk melihat-lihat area  Tembi.

Seolah suasana menjadi gaduh. Tapi justru menyenangkan. Riuh rendah dari suara anak-anak dan teriakan dari guru untuk supaya tidak jauh-jauh dari rombongan menandakan betapa tidak mudah mengurusi anak-anak, apalagi jumlahnya cukup banyak, sekitar 95 orang, betapa memerlukan kesabaran tersendiri.

Duduk lesehan di atas karpet, anak-anak terlihat tertib, tetapi suara riuh tidak bisa ditinggalkan. Beberapa orang saling berceloteh sesuka sendiri, sehingga suasana tambah ramai sekaligus menyenangkan. Ada anak-anak yang lari-lari, dan memasuki gordin yang menutupi kaca, seolah seperti sedang bermain petak umpet dengan teman mainnya.

Salah seorang gurunya bertanya pada anak-anak: “Kita sedang ada dimana?”

“Tembiiiiiiii,” jawaban mereka serentak dan terasa lucu.

Seorang pemandu dari  Tembi Rumah Budaya, Suwandi, memasuki ruangan, anak-anak masih ramai, seperti tidak mengindahkan kehadiran pemandu. Sambil berjalan tangan Suwandi di angkat ke atas dan digerakan sambil mulutnya mengeluarkan suara:’ Ngeeeeeng......ngeeeeeng...

“Ada yang tahu ini suara apa?” tanya Suwandi 
“Pesawaaaaaat” jawab anak-anak seretak. 
“Kalau bunyi ambulan bagaimana?” tanya Suwandi 
“Nguing........Nguing..... Nguing.......” seru anak-anak serentak.

Begitulah anak-anak, dalam suasana ceria diajak mengenali produk-produk budaya yang ada di  Tembi Rumah Budaya. Memasuki ruang pamer, yang kebentulan sudah memajang karya seni lukis, dan sebagian besar menyajikan lukisan sapi. Anak-anak segera mengenali dan sambil berseru: “woe..woe..sapi,” sembari mendekati lukisan.

“Awas jangan dipegang,” teriak gurunya mengingatkan.

Ketika di ruang museum, anak-anak mendekati pusaka-pusaka yang ada di dalam lemari, dan melihat wayang kulit yang dipajang. Ada beberapa anak berdiri di depan senthong tengah sambil memperhatikan loro blonyo. Ada yang memegangi tombak, memegangi topeng dan sebagainya.

Suwandi, pemadu dari Tembi mengajak bermain dengan anak-anak yang lagi kunjungan ke Tembi Rumah Budaya, foto: Ons Untoro
Suwandi sedang mengajak bermain

Di ruang koleksi yang lain, anak-anak melihat koleksi sepeda onthel dan yang menarik, anak-anak memegangi piano. Secara bergerombol anak-anak berdiri di depan piano, dan ketika salah seorang anak menekan tuts piano, yang lain juga menekannya, sehingga keluar suara tidak karuan dari piano.

Kunjungan anak-anak di  Tembi Rumah Budaya, kiranya merupakan cara mengenalkan produk kebudayaan sejak dini. Karena manusia lahir selalu sudah ada kebudayaan yang menyertai. Tak ada manusia dilahirkan di ruang kosong kebudayaan.

Dan  Tembi Rumah Budaya, membuka untuk anak-anak, termasuk balita mulai dikenalkan pada kebudayaan.

Naskah dan foto: Ons Untoro

Kunjungan

Latest News

  • 24-12-14

    Rumah Kebangsaan. Da

    KRT Jayadipura adalah salah satu tokoh gerakan kebangsaan. Karena itu, tidak heran apabila dalem Jayadipuran sering dipakai untuk pertemuan atau... more »
  • 24-12-14

    Cuplikan dari Festiv

    Kirab atau pawai ini merupakan awal atau pembukaan Festival Seni Budaya Klasik yang diselenggarakan oleh Pura Paku Alaman pada tanggal 17-20 Desember... more »
  • 23-12-14

    Gladhen Tembang Maca

    Pada Gladhen 22 ini tembang yang dipakai untuk belajar adalah tembang Asmarandana yang dilagukan dengan notasi Slobok. Sedangkan teks tembang,... more »
  • 23-12-14

    Pembacaan Puisi untu

    Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga... more »
  • 23-12-14

    Pameran Tunggal Visu

    Bulan Desember 2014 ini Ong ditantang untuk berpameran tunggal oleh Bentara Budaya Yogyakarta, yang sempat membuat dirinya ragu-ragu, antara meng-iya... more »
  • 22-12-14

    Ini Buku Akutansi Za

    Perpustakaan Tembi, yang terbuka untuk umum, menyimpan buku kuno ini yang berisi tentang pengantar ilmu dagang. Istilah sekarang akuntansi. Buku... more »
  • 22-12-14

    “Kecubung Pengasihan

    Perkumpulan Seni Nusantara Baca (PSBN) menggarap cerpen karya Danarto itu menjadi sebuah pertujukan, yang memadukan antara musik, alunan dan... more »
  • 22-12-14

    Tangis Gandrik dalam

    Lakon Tangis yang merupakan naskah karya almarhum Heru Kesawa Murti yang berjudul Tangis, memang menyuguhkan kritik sosial tentang pusaran tipu-tipu... more »
  • 20-12-14

    Denmas Bekel 20 Dese

    more »
  • 20-12-14

    Sothil, Teman Setia

    Sothil sendiri dalam proses menggoreng berfungsi untuk membolak-balik lauk yang digoreng agak matangnya merata dan tentu saja agar tidak gosong.... more »