Riwayat KH Ahmad Dahlan Mengisi Museum Yogyakarta

Author:editorTembi / Date:14-03-2014 / Tag: Riwayat, KH Ahmad Dahlan, Museum, yogyakarta / Karena KH Ahmad Dahlan sangat berjasa bagi bangsa Indonesia dan sekaligus seorang tokoh yang ikut dalam pergerakan nasional, maka kisah pribadinya dan organisasinya diabadikan di berbagai museum sejarah perjuangan bangsa yang ada di Indonesia maupun di DIY.

KH Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Pendiri Muhammadiyah, sumber foto: www.kolom-biografi.blogspot.com
Sekolah Muhammadiyah di Kotagede Yogyakarta,
foto: www.kolom-biografi.blogspot.com

KH Ahmad Dahlan adalah salah satu putra asli Yogyakarta yang mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah RI pada tahun 1961, dengan Surat Keputusan Presiden No 657. Ia adalah pahlawan nasional ke-3 dari daerah DI Yogyakarta, setelah Ki Hadjar Dewantara atau Suwardi Suryaningrat (1959) dan Suryopranoto (1959). Kedua yang disebut terakhir adalah tokoh penting yang berasal dari trah Dinasti Mataram Islam, khususnya dari Kadipaten Puro Pakualaman Yogyakarta.

KH Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Pendiri Muhammadiyah, sumber foto: Suwandi/Tembi
Relief berdirinya Organisasi Muhammadiyah
di Museum Perjuangan Yogyakarta

KH Ahmad Dahlan dengan nama kecil Muhammad Darwisy memperoleh gelar pahlawan nasional karena jasanya mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912 dan sekaligus pelopor kebangkitan umat Islam di Indonesia. Organisasi tersebut berusaha keras mereformasi (tajdid) atau upaya mengadakan pembaharuan pengamalan kehidupan Islam di Indonesia, yang ingin dikembalikan kepada kemurnian sumber aslinya (Al Quran dan As-Sunnah). Sementara organisasi Muhammadiyah ini sendiri bergerak di bidang sosial, dakwah agama, pendidikan, dan kebangkitan kaum wanita (Aisyiyah).

Namun demikian, sebenarnya baru dua tahun berikutnya, tepatnya pada 22 Agustus 1914, Muhammadiyah diakui sebagai organisasi yang berbadan hukum oleh pemerintah Belanda kala itu dengan surat ketetapan Gouvernement Besluit No 81. Awal mulanya wilayah gerak Muhammadiyah yang diperbolehkan pemerintah Belanda baru meliputi wilayah Yogyakarta. Untuk wilayah luar Yogyakarta, pada waktu itu memakai nama lain, seperti Nurul Islam (Pekalongan), Almunir (Makassar), Alhidayah (Garut), dan Sidik Amanah Tabligh Fathonah atau SATF (Solo).

KH Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Pendiri Muhammadiyah, sumber foto: Suwandi/Tembi
Patung KH Ahmad Dahlan koleksi
Museum Perjuangan Yogyakarta

Lalu, pendirian cabang Muhammadiyah baru dikabulkan oleh pemerintah Belanda pada 16 Agustus 1920 dengan diterbitkannya Besluit No 40. Setahun berikutnya, pada tanggal 2 September 1921, pengajuan cabang Muhammadiyah di seluruh Nusantara baru disetujui pemerintahan yang sama dengan dikeluarkannya Besluit No 3.

Pada perkembangan dewasa ini, wilayah Muhammadiyah sudah menyebar ke Nusantara dan termasuk salah satu organisasi masyarakat yang terbesar, di samping Nahdlatul Ulama (NU). Demikian pula cakupan kegiatan juga sudah sangat kompleks, mulai dari pendidikan SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan, dan sebagainya. Saat ini, kantor pusat Muhammadiyah berada di Yogyakarta.

KH Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Pendiri Muhammadiyah, sumber foto: Suwandi/Tembi
Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta Tahun 1912, minirama
Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Itulah sebabnya, karena KH Ahmad Dahlan sangat berjasa bagi bangsa Indonesia dan sekaligus seorang tokoh yang ikut dalam pergerakan nasional, maka kisah pribadinya dan organisasinya diabadikan di berbagai museum sejarah perjuangan bangsa yang ada di Indonesia maupun di DIY. Dua kesejarahannya di antaranya diabadikan di Museum Benteng Vredeburg dan Museum Perjuangan, dalam bentuk relief, patung, buku, dan minirama visual (diorama).

Ke museum yuk ..!

Naskah & foto:Suwandi

Jaringan Museum

Latest News

  • 07-08-14

    Denmas Bekel 7 Agust

    more »
  • 07-08-14

    Bakda Kupat Kampung

    Bakda Kupat merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Nusantara, khususnya Jawa. Khusus untuk Kampung Pandeyan, Bakda Kupat dimeriahkan... more »
  • 07-08-14

    Mengenang Linus: Sol

    Bakdi Sumanto melihat bahwa Linus awalnya sebagai seorang penyair liris yang kuat. Puisi-puisi yang ditulis pada awal dia mulai menapaki jagat... more »
  • 07-08-14

    Perang Kera dan Raks

    Gerak tari kera (wanara) dan raksasa (buto) menjadi tontonan utama, terutama saat perkelahian di antara mereka. Lakon yang dibawakan memang... more »
  • 06-08-14

    Apakah Mereka Mata-m

    Judul : Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942)  Penulis : Meta Sekar Puji Astuti  Penerbit : Ombak,... more »
  • 06-08-14

    Kaya Pitik Trondhol

    Pepatahan ini sesungguhnya mengiaskan akan kondisi seseorang yang sudah hidup sengsara tetapi masih harus menanggung kesengsaraan lainnya. Papatah... more »
  • 06-08-14

    Perkutut Manggung un

    Hadir dalam acara ini beberapa teman Linus Suryadi seperti Ashadi Siregar, Bakdi Sumato, Fauzi Rizal, Sutirman Eka Ardhana, Butet Kertaredjasa, Indra... more »
  • 05-08-14

    Banyusumurup Sentra

    Ada yang menduga bahwa empu keris mulai menempati wilayah ini sejak zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Dugaan ini didasarkan pada alasan... more »
  • 05-08-14

    Orang Wuku Wuye Muda

    Perwatakan dan sikap Wuku Wuye adalah sesuai dengan penggambaran watak dari Batara Kuwera yaitu: pandai bicara, membuat senang orang lain, lebih... more »
  • 05-08-14

    Apri Susanto Sedang

    Apri adalah peserta program Artis Residen (Artist in Residence) Tembi Rumah Budaya yang ke-14. Saat ini ia sedang menyiapkan pameran tunggalnya, yang... more »