Nuansa Zaman Revolusi di Benteng Fair 2014

Author:editorTembi / Date:11-07-2014 / Banyak pengunjung yang tertarik dengan rekaan suasana perang revolusi 45 yang disajikan di halaman depan guest house Museum Benteng itu. Apalagi di tempat itu juga disediakan banyak pakaian bernuansa perang revolusi.

Benteng Fair 20-24 Juni 2014, sumber foto: Suwandi/Tembi
Pengunjung berpose dengan senjata dan topi perang

Ada suasana yang berbeda di Museum Benteng Vredeburg pada acara Vredeburg Fair 2014 yang diselenggarakan 20-24 Juni lalu. Di halaman belakang museum itu, tepatnya di depan “guest house” ada suasana seperti yang terjadi tahun 1945, yaitu suasana perang revolusi. Di halaman guest house tersebut dipajang sebuah mobil Jeep tua yang dilengkapi dengan asesori perang, seperti tumpukan karung goni, gulungan kawat berduri penghalang, dan personil yang memakai pakaian prajurit tahun 1945.

Banyak pengunjung yang tertarik dengan rekaan suasana perang revolusi 45 yang disajikan di halaman depan guest house Museum Benteng itu. Apalagi di tempat itu juga disediakan banyak pakaian bernuansa perang revolusi. Siapa pun boleh memakai pakaian pejuang untuk kostum berfoto. Ada pengunjung yang bergaya sambil memegang senapan dan bertopi baja. Ada pula pengunjung berpose di samping atau bahkan naik mobil Jeep untuk difoto.

Benteng Fair 20-24 Juni 2014, sumber foto: Suwandi/Tembi
Berfoto di Mobil Jeep

Suasana perang di era 1945-an tersebut digelar oleh Djokjakarta 1945, sebuah komunitas yang mencoba menghadirkan kembali ingatan akan masa revolusi. Apalagi Yogyakarta dan Museum Benteng Vredeburg termasuk sebagai kota revolusi dan museum sejarah perjuangan bangsa. Hadirnya komunitas tersebut mengingatkan kembali masyarakat dan pengunjung Benteng Fair 2014 akan nilai-nilai sejarah perjuangan di masa lalu. Betapa heroiknya para pahlawan membela nusa bangsa tanpa pamrih dan iming-iming kekuasaan dan pangkat.

Benteng Fair 20-24 Juni 2014, sumber foto: Suwandi/Tembi
Pengunjung berbincang dengan peserta berkostum pejuang

Selain komunitas Djokjakarta 1945, komunitas-komunitas lainnya juga menggelar Yogya masa lalu, seperti Babad Bandayuda dan Komunitas Sepeda Tua Pojok. Keduanya membawa koleksi bernuansa tempo dulu, seperti kostum tentara dan peralatan hingga sepeda buntut dan sepeda kumbang. Banyak pengunjung yang tertarik dengan stand-stand tersebut.

Benteng Fair 20-24 Juni 2014, sumber foto: Suwandi/Tembi
Komunitas Babad Bandayuda menyuguhkan senjata dan pakaian zaman revolusi

Itulah kisah lain di acara Benteng Fair 2014 di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta di akhir Juni lalu, yang bukan hanya menampilkan stand-stand museum di Nusantara yang diuntai dalam “Pelangi Museum Nusantara”, tetapi juga menghadirkan komunitas-komunitas bernuansa perjuangan. 

Ke museum yuk ..!

Naskah dan foto: Suwandi

Jaringan Museum

Latest News

  • 11-09-14

    Symphonic Tales Of I

    Album ini menjadi unik karena lagu-lagu daerah tersebut dimainkan bersama Orchester der Kuturen Germany dan vokal dari Tompi. Tercatat ada 10 buah... more »
  • 11-09-14

    Fombi bersama Duo Ba

    Duo Bajo kembali berbagi obrolan musikal melalui idiom musik Nusantara melalui medley lagu daerah. Mereka sangat pandai membungkus lagu suwe ora jamu... more »
  • 11-09-14

    Kali Ini Spesial Par

    Tumisan ini juga sehat mengingat jipang atau labu siam memiliki khasiat menyehatkan jantung dan pembuluh darah, menetralkan racun dalam darah,... more »
  • 10-09-14

    Malam ini di Tembi M

    Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan Tembi Rumah Budayasudah memasuki usia 3 tahun atau edisi 36. Pada edisi ini, yang akan diselenggarakan... more »
  • 10-09-14

    Grobag Beralih Fungs

    Setidaknya di DIY, sudah ada 2 kabupaten yang mempromosikan grobag sebagai alat promosi pariwisata, dengan menggelar festival grobag, yaitu Kabupaten... more »
  • 10-09-14

    Wisata Karyawan Temb

    Bergembira bersama di luar kompleks Tembi bersama seluruh karyawan dan keluarga tentu merupakan kesempatan yang langka. Untuk itu, kesempatan semacam... more »
  • 10-09-14

    Perang Kolonial Bela

    Judul : Perang Kolonial Belanda di Aceh. The Dutch Colonial War in Acheh  Penulis : Teuku Ibrahim Alfian, dkk (editor)  Penerbit :... more »
  • 09-09-14

    Davin Mahatma, Dalan

    Davin begitu bersemangat menggeluti dunia pewayangan. Ia bahkan cukup paham membedakan tokoh wayang satu dengan yang lainnya. Cukup paham juga... more »
  • 09-09-14

    Dionisius Lintang Um

    Dion, begitu panggilan akrabnya, telah terbiasa menjadi tour guide sehingga telah hafal dengan obyek wisata yang dikunjungi para wisatawan, khususnya... more »
  • 08-09-14

    Dua Perempuan “Trave

    Dua ‘travel writer’ Claudia Kaunang dan Trinity membagi kisah. Banyak orang pengin mengikuti jejak ”pekerjaannya” yang seolah menyenangkan. “Segala... more »