Museum Penting tapi Sering Dilupakan

28 Jun 2014Dengan melihat museum, pengunjung dapat terkesan betapa hebatnya orang pada zaman dahulu yang dengan kreativitas dan daya inovasi dapat menciptakan arsitektur yang mengagumkan. “Museum adalah sejarah orang-orang yang berhasil,” kata Ismail Cawidu.

Seminar museum, 17 Juni 2014, Yogyakarta, foto: Barata
Para pembicara seminar, dari kiri ke kanan, Dr Basuki Agus Suparno, 
Prayudi PhD, moderator, dan Ismail Cawidu MSi

Museum seringkali diabaikan dan dilupakan karena citra museum yang terbangun memang tidak menarik. Museum identik dengan suasana seram dan pengap. Bahkan menjadi obyek acara horor ‘dunia lain’ di televisi. Istilah “dimuseumkan” untuk jabatan “buangan” juga sering dipakai sehari-hari.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi dan Informatika Drs Ismail Cawidu MSi pada seminar nasional ‘Museum, Penting Tapi Dilupakan’, Selasa, 17 Juni 2014 di Sahid Rich Hotel, Yogya. Ismail menambahkan bahwa faktor lainnya berasal dari museum itu sendiri yang statis, tanpa pengembangan dan tanpa inovasi. Berbeda dengan museum di luar negeri seperti di Eropa yang menjadi obyek wisata favorit.

Padahal, menurut Ismail, fungsi museum sangat penting, antara lain sebagai pusat dokumentasi, pusat penyaluran ilmu pengetahuan, pusat pengenalan budaya bangsa, cermin sejarah kemanusiaan, sarana mengagumi ciptaan manusia dan Tuhan, media pendidikan, dan obyek wisata. Peran museum sebagai fungsi edukasi dan budaya kian penting karena pendidikan tidak boleh terlepas dari budaya sebagai akar bangsa.

Dengan melihat museum, lanjut Ismail, pengunjung dapat terkesan betapa hebatnya orang pada zaman dahulu yang dengan kreativitas dan daya inovasi dapat menciptakan arsitektur yang mengagumkan. “Museum adalah sejarah orang-orang yang berhasil,” tandasnya.

Seminar museum, 17 Juni 2014, Yogyakarta, foto: Barata
Prayudi menyampaikan materi mengenai strategi komunikasi mem-branding museum

Agar museum lebih banyak dikunjungi, dosen ilmu komunikasi UPN Veteran Yogyakarta Prayudi MA PhD, menyarankan museum diintegrasikan dengan dunia pariwisata dan industri kreatif. Ia mencontohkan museum-museum di luar negeri yang menjadi daya tarik wisata. Turis harus mengantri untuk masuk ke museum meski membayar cukup mahal.

Kekurangan museum di Indonesia pada umumnya, menurut Prayudi, adalah masih lemahnya brand communication. Brand adalah persepsi publik terhadap apa yang dilakukan dan dipresentasikan museum. Untuk itu perlu dilakukan brand activation dimana terjadi interaksi antara publik dengan brand sehingga publik bisa memahami brand lebih baik dan menerimanya sebagai bagian dari hidup mereka. Kata kuncinya adalah engage (keterlibatan) dan experience (pengalaman).

Prayudi menyarankan agar museum menciptakan interaksi dengan publik, baik melalui live event, pameran, festival, dan sebagainya. Ia mencontohkan sejumlah museum di Australia yang pernah dikunjunginya. Di Melbourne Museum pengunjung dapat mencari info sebanyak-banyaknya mengenai dinosaurus melalui komputer touch screen. Museum juga menyediakan lahan pasir dimana anak-anak dapat beraksi mencari “kerangka dinosaurus”.

Sedangkan di Sovereign Hill, Victoria, terdapat sebuah living museum yang merepresentasikan masa ‘gold rush’. Pengunjung dapat mencari emas dengan peralatan yang dulu lazim dipakai. Terdapat pula bangunan koboi dan toko ‘jadul’ yang menjual peralatan mencari emas. Tidak hanya itu, pengunjung dapat menyaksikan orang-orang hilir mudik mengenakan kostum koboi beserta kereta kudanya.

Seminar museum, 17 Juni 2014, Yogyakarta, foto: Barata
Contoh brosur Living museum Sovereign Hill di Australia, 
open air museum yang merepresentasikan 
zaman ‘gold rush’

Prayudi juga menyarankan agar museum bekerja sama dengan travel agent seperti dipraktekkan di luar negeri sehingga selalu mendapatkan turis dan pengunjung. Museum juga perlu memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan semacamnya. Apalagi museum di Yogya memiliki badan organisasi seperti Barahmus. “Barasmus bisa mem-branding para anggotanya,” kata Prayudi.

Pembicara lain, dosen ilmu komunikasi UPN Veteran Yogyakarta Dr Basuki Agus Suparno, MSi, berbicara tentang museum dan arkeologi komunikasi. Yang dimaksud arkeologi komunikasi, kata Basuki, adalah teks yang mencerminkan zamannya, baik melalui kata, image, simbol maupun desain. Semua ini bisa ditemukan di perpustakaan, museum dan monumen.

Menurut Basuki, kita ditinggali jejak-jejak komunikasi dalam berbagai bentuk. Setiap zaman memiliki artefak-artefak komunikasi yang tidak dibandingkan. Di sinilah pentingnya museum sebagai media komunikasi yang mereprentasikan episode zaman.

Ke museum yuk ..!

Naskah dan foto: Barata

Artikel Terbaru

>
  • 09-06-15

    FMT 2015: Pertunjuka

    Hanyaterra, kelompok kolektif musik keramik dari Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tampil memukau dalam Festival Musik Tembi (FMT) 2015,... more »
  • 09-06-15

    FMT 2015: Proses Men

    Berdasarkan penilaian pengamat musik dan audiens, diputuskan lima terpilih yang masuk dalam album kompilasi MTB 2015 adalah Kemlaka, Kelu, Ruas Bambu... more »
  • 09-06-15

    #SaveMusicIndonesia

    Gerakan ini sebagai salah satu apresiasi terhadap musik, musisi, dan industri musik Indonesia. Pembajakan, minimnya musik anak, perizinan pemutaran... more »
  • 08-06-15

    Mereka Juga Meramaik

    Para pembaca puisi ini kebanyakan sudah berulang kali datang menghadiri Sastra Bulan Purnama (SBP), sehingga memang sudah mengenal acara ini. Namun... more »
  • 08-06-15

    Sandy Thema Pamerkan

    Merek perhiasan lokal, Pistos dengan desainernya Sandy Thema mempersembahkan koleksi perhiasan terbarunya ‘Archipelago’. Terinspirasi dari kekayaan... more »
  • 08-06-15

    FMT 2015: Menuju Mus

    Sampai saat ini tidak atau belum ada yang dinamakan “musik Indonesia.” Jika mau menyebut musik Indonesia, maka kita harus menyebut sekian banyak... more »
  • 06-06-15

    Sukses Karier Orang

    Orang yang lahir pada Senin Pon dan Rabu Kliwon, tempat kejayaan (sukses) dalam meniti karier pekerjaannya berada di arah Barat dari tempat... more »
  • 06-06-15

    Sebuah Upaya Menghad

    Rekaman jejak perlawanan pemuda pelajar Indonesia melawan penjajah, dapat dilihat dalam pameran temporer yang digelar oleh Museum Perjuangan... more »
  • 06-06-15

    Tiga Penyair Berambu

    Ketiga penyair ini mengenalkan antologi puisi yang baru diterbitkan. Slamet Riyadi Sabrawi meluncurkan antologi puisi berjudul ‘Ujung Beliung’. Dedet... more »
  • 06-06-15

    Suduk Gunting Tatu L

    Pepatah atau peribahasa suduk gunting tatu loro secara luas dapat dimaknai sebagai orang yang menderita kesusahan/kesedihan berganda/rangkap. Keadaan... more »
> Tembi Rumah Sejarah dan Budaya , Hak Cipta Dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Tembi adalah Portal Berita Budaya Indonesia