Tembi

Bale-dokumentasi-aneka-rupa»ALAT MEMBATIK: WAJAN, ANGLO, DAN TEPAS BATIK (9)

03 Feb 2009 10:50:00

Ensiklopedi

ALAT MEMBATIK: WAJAN, ANGLO, DAN TEPAS
BATIK (9)

Bagi seorang pembatik tradisional, peralatan yang biasa dipakai untuk membatik, selain alat canthing, gawangan, dan dhingklik adalah alat wajan, anglo, dan tepas. Ketiganya hampir pasti juga hadir, ketika seorang pembatik tradisional melakukan kegiatan membatik tulis. Ketiga alat tersebut juga termasuk peralatan tradisional membatik dan masih diproduksi oleh masyarakat di sekitar pembatik.

Wajan, seringkali dipakai oleh ibu rumah tangga untuk memasak atau menggoreng. Peralatan ini juga termasuk peralatan dapur yang cukup penting keberadaannya. Namun untuk membatik tradisional, wajan yang diperlukan adalah wajan berukuran kecil dengan diameter sekitar 10—15 cm. Bahan yang sering dipakai adalah besi baja atau aluminium, karena keduanya termasuk logam penghantar panas yang baik. Wajan inilah yang dipakai oleh perajin batik untuk memasak bahan batik yang berupa malam atau lilin. Lalu wajan biasanya diletakkan di atas alat anglo yang sudah diberi arang yang telah jadi bara api. Wajan akan memanas, sehingga malam atau lilin yang diletakkan di dalam wajan akan meleleh dan mencair. Cairan inilah yang nantinya diambil dengan alat canthing kemudian ditorehkan pada bahan kain yang akan dibatik.

Alat lain yang termasuk satu set dengan wajan adalah anglo. Karena wajan yang dipakai untuk membatik berukuran kecil, maka anglo yang dipakai pun juga harus berukuran kecil, menyesuaikan dengan ukuran wajan. Ukuran anglo juga bermacam-macam. Ukuran besar biasa untuk memasak di dapur atau sering pula dipakai oleh para pedagang makanan. Anglo ukuran kecil, selain dipakai untuk alat membatik, zaman dulu sering dipakai pula dalam upacara kematian, yakni membakar kemenyan saat jenazah diberangkatkan ke makam. Kadang-kadang pula dipakai untuk mainan anak perempuan zaman dulu. Anglo biasanya dibuat dari tanah liat, kemudian dibakar agar lebih kuat dan awet. Biasanya anglo dibuat berbentuk silinder, dengan bagian atas agak cekung, berfungsi untuk meletakkan arang. Pada bagian cekungan tadi diberi lubang-lubang. Sementara di sisi samping satu bagian dilubangi untuk jalan udara. Dari lubang inilah, udara masuk menuju lubang-lubang kecil di atasnya,sehingga arang akan terus menyala. Anglo berukuran kecil sering dipakai karena mudah dipindahkan ke tempat lain sesuai dengan yang diinginkan oleh para perajin batik. Para perajin batik rumahan, kadang-kadang mencari tempat membatik berpindah-pindah. Maka alat-alat yang dipakai pun harus mudah dipindahkan.

Satu lagi alat untuk membatik yang masih dikatakan satu set dengan wajan dan anglo adalah tepas. Alat tepas ini berfungsi untuk menghadirkan udara di sekitar anglo yang sudah diberi arang agar api arang terus membara sehingga tidak padam. Tepas sering dibuat dari iratan bambu jenis apus yang sudah dianyam membentuk tepas. Kemudian untuk pegangan tepas biasanya dibuat dari rotan atau bilahan bambu. Tepas juga sering dipakai oleh ibu rumah tangga untuk memasak. Maka alat ini juga termasuk peralatan dapur pada zaman dulu. Bahkan di zaman sekarang masih banyak dijumpai di masyarakat, khususnya para penjual sate, pedagang asongan di kereta api, atau di rumah-rumah sakit. Pada zaman sekarang, bahan tepas sudah lebih bervariasi, bahkan ada yang dibuat dari jenis plastik.

Ketiga alat membatik yang dihadirkan pada edisi kali ini juga masih bisa dijumpai di beberapa museum yang memiliki peralatan membatik tradisional, seperti Museum Batik Yogyakarta, Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta, Museum Rumah Budaya Tembi, dan museum-museum lainnya. Sehingga para pecinta batik pun bisa melihat dan mengamati peralatan tradisional yang dipakai dalam kegiatan membatik itu dengan leluasa.

Teks dan foto : Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta