Gelar Buku Karawitan 2015 di Taman Budaya Yogyakarta

Author:editorTembi / Date:18-04-2015 / Naskah-naskah kuno ini sebagian besar tersimpan di berbagai museum, termasuk di dalam Keraton Yogyakarta. Hal ini menjadi salah satu perhatian dari pemerintah Yogyakarta. Pemerintah Yogyakarta melalui UPTD Taman Budaya Yogyakarta mencoba untuk menggali gending termaksud dan mensosialisasikan hasilnya kepada khalayak.

Para pesinden tengah beraksi dalam acara Gelar Buku Karawitan 2015 di Taman Budaya Yogyakarta, difoto: Minggu malam, 12 April 2015, foto: a.sartono
Para pesinden tengah beraksi dalam acara Gelar Buku Karawitan 2015 
di Taman Budaya Yogyakarta

Hingga saat ini ada begitu banyak kekayaan budaya yang belum terungkap atau belum tergali lebih dalam yang salah satunya terekam dalam naskah-naskah kuno. Naskah-naskah kuno ini sebagian besar tersimpan di berbagai museum, termasuk di dalam Keraton Yogyakarta. Hal ini menjadi salah satu perhatian dari pemerintah Yogyakarta. Pemerintah Yogyakarta melalui UPTD Taman Budaya Yogyakarta mencoba untuk menggali gending termaksud dan mensosialisasikan hasilnya kepada khalayak. Hal itu secara resmi dilaksanakan dalam acara Gelar Buku Karawitan 2015. Acara tersebut dilaksanakan di Gedung Sositet Taman Budaya Yogyakarta pada Minggu, 12 April 2015.

Acara diawali dengan pembukaan, sambutan Kepala Taman Budaya, Drs. Dyah Tetuko Suryandaru, peresmian peluncuran buku Gendhing-gendhing Karawitan Gaya Yogyakarta Wiled Berdangga Laras Pelog Hasil Alih Aksara Naskah Kuno oleh Kepala Taman Budaya, presentasi Gendhing Lana laras slendro patet nem kendhangan Candra jangkep sadhawahipun, katindakaken soran. Disusul Gendhing Maraseba laras pelog patet nem kendhangan Semang, mawi gembyakan, kalajengaken ladrang Madu Sekar. Gending yang ketiga adalah Gendhing Ceng Barong laras slendro patet sanga, kendangan Barong sakepak, kalajengaken ladrang Kumandhang laras slendro patet sanga. Presentasi gending-gending dari alih aksara naskah kuno ini diakhiri dengan Gendhing Pacul Gowang laras pelog patet barang kendangan Sarayuda, jangkep sadhawahipun, kalajengaken Ketawang Cantoka.

Penonton tengah menikmati aneka gending dalam acara Para pakar karawitan, budayawan, dan pengelola Taman Budaya bersalam-salaman sesuai pentas di Taman Budaya Yogyakarta, difoto; Minggu malam, 12 April 2015, foto: a.sartono
Penonton tengah menikmati aneka gending dalam acara 
Gelar Buku Karawitan 2015 di Taman Budaya Yogyakarta

Gendhing Lana sendiri merupakan salah satu gendhing hasil alih aksara dari buku Gendhing Wiragunan. Alih aksara ini kemudian dicetak oleh Taman Budaya Yogyakarta menjadi buku yang berjudul Wiled Berdangga Laras Pelog. Gending ini pada kesempatan tersebut disajikan dengan garap soran, seperti halnya gending soran pada umumnya Ciri tabuhan soran gaya Yogyakarta antara lain demung imbal, saron pancer, slenthem nggemaki (ngenyut), peking Miraga serta menggunakan bonang panembung.

Gending kedua yang disajikan adalah Gendhing Maraseba laras pelog patet nem kendhangan Semang, mawi gembyakan, kalajengaken ladrang Madu Sekar. Gending ini termasuk jenis gending ageng yang memiliki garap secara khusus atau sering disebut sebagai gending pamijen. Keunikan garapnya terdapat pada bagian dawah, yakni dua kenong menggunakan gembyakan Semang sedangkan satu kenong menggunakan gembyakan Saratuda karena bagian dawah hanya terdapat tiga kenongan. Selain itu digunakan pula garap lagu campuran antara larasan barang dan larasan bem. Begitu juga untuk ladrang Madu Sekar. Sedangkan garapan gerong menyesuaikan alur lagu balungan gending.

Drs. Dyah Tetuko Suryandaru, Kepala Taman Budaya tengah memberikan sambutan dalam acara Gelar Buku Karawitan 2015 di Taman Budaya Yogyakarta, difoto: Minggu malam, 12 April 2015, foto: a.sartono
Drs. Dyah Tetuko Suryandaru, Kepala Taman Budaya

Selain dua gending di atas, disajikan pula Gendhing Ceng Barong laras slendro patet sanga, kendangan Barong Sakepak, kalajengaken ladrang Kumandhang laras slendro patet sanga. Gending ini merupakan gending pamijen karena menggunakan kendangan Barong Sakepak yang sebenarnya ukurannya sama dengan kendangan Candra. Dilihat dari susunan balungannya gending ini termasuk gending soran, namun pada penyajian kali ini diinterpretasikan menjadi garap lirihan. Sedangkan pada ladrang Kumandhang memiliki lagu yang berbeda dengan ladrang Kumandhang pelog barang yang umum diperdengarkan di tengah masyarakat.

Sajian terakhir dalam acara tersebut adalah Gendhing Pacul Gowang laras pelog patet barang kendhangan Sarayuda, jangkep sadhawahipun, kalajengaken ketawan Cantoka. Gending ini memiliki bentuk dan garap yang berbeda dengan gending Pacul Gowang lainnya. Sebagai catatan, gending ini di tengah masyarakat umumnya berbentuk ladrang dan memiliki garap khusus (pamijen), namun dalam penyajian kali ini digarap dalam kaidah-kaidah yang terdapat dalam bentuk Sarayuda. Dalam penggarapannya tidak dilakukan suwuk, tetapi diteruskan Ketawang Cantoka yang menggunakan umpak dalam garap sesegan dan bedhugan serta menggunakan gerongan.

Tampilan para penggerong dan pesinden di Taman Budaya dalam acara Gelar Buku Karawitan 2015 di Taman Budaya Yogyakarta, difoto; Minggu malam, 12 April 2015, foto: a.sartono
Tampilan para penggerong dan pesinden di Taman Budaya 
dalam acara Gelar Buku Karawitan 2015 di 
Taman Budaya Yogyakarta

Gending-gending hasil ciptaan para pakar karawitan di atas kelihatan rumit. Baik dari komposisi notasi dan cara menabuhnya, ketukan atau hitungan biramanya, pun juga dalam menyesuaikan imbal, perpindahan notasi dan laras, gerongan, dan tembang yang ganti-berganti antara empat orang sinden dengan cengkok yang juga berbeda-beda. Kemampuan mempresentasikan garap gending tersebut memberikan kenikmatan luar biasa pada indra pendengaran dan rasa di kedalaman hati.

Naskah dan foto: a. sartono

Berita budaya

Latest News

  • 22-04-15

    Lisa Depe Sadar Suka

    Depe pernah menjadi 12 finalis Indonesian Idol session 3. Ia juga pernah menjadi penyanyi drama musikal Laskar Pelangi yang diproduksi oleh Miles... more »
  • 22-04-15

    Buku Karya Soemitro

    Ini buku karya seorang pemuda - yang ketika menulis buku ini berumur sekitar 25 tahun - yang kelak menjadi salah satu arsitek pembangunan Indonesia,... more »
  • 22-04-15

    Panci, Alat Dapur da

    Salah satu alat dapur tradisional masyarakat Jawa yang terbuat dari logam adalah panci atau manci. Sudah lama panci dari logam (khususnya dari... more »
  • 21-04-15

    Narayana Kresna (9):

    Atas nasihat Kresna yang ditulis dalam kitab Bhagawatgita itu akhirnya Arjuna bangkit keberaniannya, dan sanggup tampil ke medan perang, melawan para... more »
  • 21-04-15

    “Kuldesak Tambora” M

    Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 dicatat sebagai salah satu peristiwa alam yang terhebat dalam sejarah dunia yang menyebabkan sekitar 91 ribu... more »
  • 21-04-15

    Kyai Sandi Cikal Bak

    Kyai Sandi merupakan keturunan dari Kyai Lemah Telasih yang bermukim di Panggang, Gunung Kidul. Tidak jelas, siapa sesungguhnya Kyai Lemah Telasih... more »
  • 20-04-15

    Kereta Kanjeng Kyai

    Kereta ini dinamakan Kanjeng Kyai Garudhayeksa karena memiliki hiasan atau ornamen di beberapa bagiannya (terutama sudut atap) yang menyerupai garuda... more »
  • 20-04-15

    Denmas Bekel 20 Apri

    more »
  • 20-04-15

    Judika Spesialis La

    Judika tampil dalam konser bertajuk ‘Love Of My Life’ di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Konser yang membawakan lagu-lagu milik band rock asal... more »
  • 18-04-15

    Anak Yang Lahir Tang

    Di dalam kalender Jawa, selain hari serta pasaran, setiap tanggal mempunyai watak sendiri-sendiri. Tanggal 6 bulan Rejeb adalah ‘dina kebo’ baik... more »