Puntadewa adalah Kebenaran itu Sendiri

Author:editorTembi / Date:25-11-2014 / Pada umumnya Puntadewa dianggap tokoh baik, berwatak suci, berbudi halus, sabar, berbelas kasih, setia, tidak mau mengecewakan orang lain, dan tulus ikhlas memberikan kepunyaannya kepada orang lain yang membutuhkan. Ia senantiasa berjalan tegak di atas kebenaran.

Puntadewa dalam bentuk wayang kulit buatan Kaligesing Purworejo, koleksi museum Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)

Puntadewa adalah anak sulung Prabu Pandu Dewanata, sang raja Astinapura, yang lahir dari Dewi Kunthi Talibrata. Dari ibu yang sama ia mempunyai dua adik laki-laki, yaitu Bimasena dan Harjuna. Sedangkan dari Dewi Madrim ibu yang lain, Puntadewa mempunyai saudara laki-laki kembar, bernama Pinten dan Tansen. Kelima anak laki-laki Pandu Dewanata lebih dikenal dengan sebutan Pandawa Lima. Selain berayah Pandudewanata, Puntadewa dikenal juga sebagai anak dewa pendarma, yang bernama Bathara Dharma.

Pada umumnya Puntadewa dianggap tokoh baik, berwatak suci, berbudi halus, sabar, berbelas kasih, setia, tidak mau mengecewakan orang lain, dan tulus ikhlas memberikan kepunyaannya kepada orang lain yang membutuhkan. Ia senantiasa berjalan tegak di atas kebenaran. Sehingga ia dapat disebut sebagai kebenaran itu sendiri. Karena perilaku yang teramat baik itulah, Puntadewa disebut sebagai manusia sempurna berdarah putih, atau manusia Ajatasatru, artinya manusia yang tidak mempunyai musuh.

Sebagai anak sulung, Puntadewa dipersiapkan menjadi raja. Namun sayang, Pandu Dewanata wafat ketika kelima anak-anaknya masih kecil, sehingga untuk sementara Negara Astinapura dititipkan kepada kakak Pandu yang bernama Destarasta, dengan janji bahwa nanti setelah Pandawa dewasa Kerajaan Astinapura akan diserahkan kepada Puntadewa.

Namun janji tersebut tidak pernah ditepati. Buktinya, setelah Puntadewa dan keempat adiknya dewasa, para Kurawa yang didalangi Patih Sengkuni mencoba membunuh mereka dengan cara menjebak dalam sebuah rumah dan membakarnya hidup-hidup. Peristiwa tersebut dikenal dengan sebutan “Bale Sigala-gala.”

Setelah tragedi berlalu, diantara puing-puing reruntuhan, didapatkan enam jenazah yang hangus terbakar, dan itu diyakini bahwa mereka adalah Kunthi, Puntadewa dan keempat adiknya. Dengan demikian tahta Hastina sudah aman dari pewarisnya. Maka segeralah Duryudana, anak sulung Prabu Destarastra naik tahta menjadi raja Hastinapura.

Beberapa tahun kemudian, ada berita bahwa Puntadewa, Kunthi dan keempat adiknya masih hidup dan bahkan saat itu mereka sedang merayakan perkawinan Puntadewa dengan Dewi Drupadi di Negara Pancala. Agar para Pandawa tidak merebut tahta Hastina, Destarastra menyarankan kepada Duryudana untuk memanggil mereka dan memberikan tanah kepada Puntadewa sebagai pengganti bumi Hastina. Tanah tersebut berupa hutan yang bernama Wanamarta. Walaupun merasa diperlakukan tidak adil, dengan ikhlas Puntadewa dan keempat adiknya melakukan pekerjaan besar, yaitu babad Alas Wanamarta.

Dikisahkan bahwa Alas Wanamarta sesungguhnya merupakan sebuah keraton “lelembut”yang sangat indah bernama Indraprasta, Prabu Yudistira, adalah nama rajanya. Ia mempunyai empat adik laki-laki bernama Dandunwacana, Dananjaya dan saudara kembar Nakula, Sadewa. Di dalam wayang kulit Purwa, Prabu Yudistira dan keempat adik laki-lakinya bentuknya sulit dibedakan dengan Pandawa Lima. Prabu Yudistira seperti Puntadewa, Dandunwacana hampir sama dengan Bimasena, Dananjaya mirip Harjuna, sedangkan Nakula Sadewa tidak jauh berbeda dengan Pinten dan Tansen.

Ketika Puntadewa, adik-adiknya dan didukung para kawula berkumpul di hutan untuk memulai membabat Hutan Wanamarta, Prabu Yudistira dan adik-adiknya merasa terusik. Mereka marah dan ingin menggagalkan babad Alas Wanamarta. Namun niat itu diketahui oleh Harjuna, karena ia mempunyai pusaka ‘Lenga Jayeng Katon’ yang jika dioleskan di mata dapat melihat para makhluk halus. Maka terjadilah peperangan antara Pandawa dan para penguasa Kerajaan Indraprasta.

Pada akhirnya, Prabu Yudistira dapat ditundukkan. Kerajaan Indraprasta diserahkan kepada Puntadewa. Jiwa Prabu Yudistira masuk ke dalam jiwa Puntadewa, diikuti oleh jiwa Dandunwacana bersatu dengan Bimasena, Dananjaya bersatu dengan Harjuna, si kembar Nakula dan Sadewa menyatu dengan si kembar Pinten dan Tansen.

Setelah peristiwa itu, keajaiban terjadi. Alas lebat Wanamarta berubah menjadi keraton megah dan indah, dengan nama Indraprasta. Puntadewa diangkat menjadi raja dengan gelar Prabu Yudistira. Demikian juga Bimasena disebut juga Dandunwacana, Harjuna disebut Dananjaya, dan Pinten, Tansen disebut juga Nakula, Sadewa.

Sebagai ucapan syukur atas keberhasilan mendirikan Keraton Indraprasta yang besar dan sangat indah, jauh melebihi Negara Hastinapura, Prabu Yudistira mengadakan upacara sesaji yang dinamakan Sesaji Raja Suya. Pada upacara tersebut, Prabu Yudistira mengundang raja-raja dari seribu negara, termasuk Raja Hastina Prabu Duryudana. Pada upacara sesaji Raja Suya, nampaklah kebesaran Prabu Yudistira yang dielu-elukan raja dari seribu negara dan juga kemegahan dan keindahan negara Indraprasta.

Herjaka HS

Ensiklopedi Figur Wayang

Latest News

  • 09-12-14

    Denmas Bekel 9 Desem

    more »
  • 09-12-14

    Sultan Agung Hanyakr

    Sultan Agung Hanyakrakusuma, menurut berbagai sumber sejarah, lahir di Kotagede, Yogyakarta pada tahun 1593 dan wafat tahun 1645. Sementara masa... more »
  • 09-12-14

    Wisuda Kursus MC Bas

    Dikarenakan keterbatasan waktu, sejumlah 23 peserta kursus MC Basa Jawa tingkat dasar angkatan ke-31 yang telah diwisuda malam itu merasa masih... more »
  • 08-12-14

    Karta Pustaka Diliku

    Likuidasi bukan sesuatu yang negatif, kalau visi misi sudah terpenuhi,suatu lembaga bisa menghentikan seluruh kegiatannya, apalagi dalam AD/ART Karta... more »
  • 08-12-14

    SwansTwenty Butik Ta

    Menciptakan trend fashion dengan sentuhan tradisional Indonesia memang sudah menjamur. Para fashion designer ternama Tanah Air seakan berlomba agar... more »
  • 08-12-14

    Buku tentang Perbuat

    Dalam koleksi buku kuno di Perpustakaan Tembi, terdapat buku berjudul “Serat Trilaksita” berbahasa dan bertuliskan huruf Jawa. Buku terbitan tahun... more »
  • 08-12-14

    Saparan Ki Ageng Won

    Saparan Ki Ageng Wonolelo merupakan acara rutin yang digelar setahun sekali. Acara ini dilaksanakan untuk memperingati atau haul Ki Ageng Wonolelo... more »
  • 06-12-14

    Pentas Baca Dramatik

    Materi pertunjukan seni pembacaan dramatik ini diambil dari novel karya Rama Gabriel Possenti Sindhunata yang berjudul Anak Bajang Menggiring... more »
  • 06-12-14

    Musik Yang Membebask

    Music Director dan Conductor JPO, Yudianto Hinupurwadi, menerangkan bahwa anak-anak ini mengenyam ‘pendidikan musik yang kilat’ hanya dalam 13 kali... more »
  • 06-12-14

    Prajurit Keraton Kas

    Struktur Prajurit Wirabraja terdiri dari dua orang Panji atau Lurah (Panji Parentah dan Panji Andahan), dua orang Sersan (Sersan Sarageni dan Sersan... more »