Kiai Pramugari, Kuda Pemberani dan Setia

Author:editorTembi / Date:12-07-2014 / Kuda inilah yang menjadi kekuatan Abimanyu dalam mencerai-beraikan pasukan Hastina. Adipati Karna, salah satu senopati perang Hastina, lantas ia melepaskan panah pusaka ke arah kiai Pramugari untuk membendung amukan Abimanyu.

Kuda (Kyai Pramugari) dalam bentuk wayang kulit, buatan Kaligesing Purworejo, koleksi museum Tembi Rumah Budaya. (foto: Sartono)

Kuda atau ‘jaran’ atau ‘kapal’ (bahasa Jawa) telah memainkan peran penting dalam kebudayaan umat manusia. Hewan ini pertama kali dimanfaatkan sebagai hewan tunggangan oleh suku-suku pengembara yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Selain itu kuda juga dijadikan sebagai hewan penarik kereta, serta mengolah lahan pertanian. Pada zaman Romawi kuno, kuda dijadikan tunggangan oleh pasukan elit kerajaan untuk memperluas jajahannya. Karena begitu akrabnya dengan kehidupan manusia, binantang ini juga dijadikan simbol sifat yang cerdas, mandiri, dan berjiwa merdeka.

Di dalam pewayangan, jaran atau kapal ditempatkan pada adegan khusus yang dinamakan adegan ‘jaranan’ atau ‘kapalan.’ Adegan ini menggambarkan budalan prajurit menuju tempat tertentu, sesuai dengan lakon yang dipentaskan.

Dalam adegan ini, seorang dalang dapat menampilkan ketrampilan menggerakan kuda yang sedang dinaiki oleh seorang prajurit, untuk menarik perhatian penonton. Selain itu, dalang juga dapat memamerkan gendhing-gendhing garapan yang dikreasi sendiri ataupun yang digarap orang lain, untuk mengiringi adegan jaranan.

Melalui adegan yang berlangsung setelah jejer pertama ini seorang dalang yang terampil dan piawai dalam menyatukan dan memadukan gerakan prajurit menunggang kuda dengan iringan yang digarap dapat mengundang decak kekaguman penonton. Khusus bagi seorang dalang yang mempunyai sentuhan humor tinggi, dapat memanfaatkan adegan ‘jaranan’ ini untuk membuat penonton tertawa dan terhibur.

Misalnya bagaimana tokoh Aswatama saat mengatasi kuda yang nakal serta tidak mau menurut untuk ditunggangi. Demikian juga bagaimana mengolah tokoh Durmagati yang gendut dan lucu digoda oleh kuda tunggangannya.

Selain kuda sembrani jelmaan Batari Wilutama yang kemudian menjadi istri Pandita Durna, ada kuda yang cukup terkenal pada dunia pewayangan, yaitu Kiai Pramugari. Kuda ini sangat gagah, kuat, erdas dan berani. Ia setia sampai mati menjadi kuda tunggangan Abimanyu.

Pada perang Barayuda, saat prajurit Pandawa yang dipimpin oleh Drestajumena terdesak menghadapi prajurit Kurawa (Hastina) dibawah komando Begawan Durna, Abimanyu menunggang kuda Kiai Pramugari untuk memporak-porandakan prajurit musuh. Tujuannya agar pasukan musuh tidak dapat melewati batas pengamanan pakuwon Randuwatangan, tempat Puntadewa berada. Pancingan Abimanyu berhasil, perhatian prajurit Kurawa tertuju kepada Abimanyu yang mengamuk dengan menunggang Kuda Kiai Pramugari.

Kuda inilah yang menjadi kekuatan Abimanyu dalam mencerai-beraikan pasukan Hastina. Adipati Karna, salah satu senopati perang Hastina, lantas ia melepaskan panah pusaka ke arah kiai Pramugari untuk membendung amukan Abimanyu. Kiai Pramugari jatuh terjerembab, lehernya tertembus panah pusaka. Ia tidak mampu lagi membawa tuannya mengamuk di medan laga.

Abimanyu menangisi kudanya. Kematian Pramugari tidak menyurutkan semangatnya untuk melanjutkan perjuangan ini.

Herjaka HS

Ensiklopedi Figur Wayang

Latest News

  • 12-07-14

    Gapura Cendanasari B

    Gapura Cendanasari sejak dipindahkan dari tempat semula memang sudah dalam kondisi tidak utuh lagi. Bagian kemuncaknya telah hilang. Sementara bagian... more »
  • 12-07-14

    Kiai Pramugari, Kuda

    Kuda inilah yang menjadi kekuatan Abimanyu dalam mencerai-beraikan pasukan Hastina. Adipati Karna, salah satu senopati perang Hastina, lantas ia... more »
  • 12-07-14

    Hari Nahas Orang Wuk

    Orang Wuku Tambir mempunyai ciri wibawa besar, kuat dalam pendirian/kemauan, dan hemat. Namu, karena saking hematnya ia cenderung kikir. Orang wuku... more »
  • 11-07-14

    Nuansa Zaman Revolus

    Banyak pengunjung yang tertarik dengan rekaan suasana perang revolusi 45 yang disajikan di halaman depan guest house Museum Benteng itu. Apalagi di... more »
  • 11-07-14

    Hedi Yunus Bernyanyi

    Bulan ramadhan tahun ini, Hedi Yunus yang pernah meluncurkan album religi, menggandeng musisi wanita Melly Goeslaw membuat konser kecil bertajuk ‘... more »
  • 11-07-14

    Imbauan dalam Bahasa

    Mestinya spanduk ini jika dituliskan dalam bahasa Jawa yang benar adalah sebagai berikut: Aja seneng gawe gendra. Spanduk di selatan parkiran Abu... more »
  • 11-07-14

    Kegiatan ACICIS Kedu

    Anak-anak remaja ACICIS ini begitu menikmati berontel ria menyusuri areal persawahan, tegalan, dan dusun-dusun di seputaran Timbulharjo, Sewon,... more »
  • 10-07-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Pancen menawi dipun tandhingaken kaliyan jaman rumiyin, undha-usuk basa Jawi samenika langkung ringkes. Dene ing jaman rumiyin undha-usuk basa Jawi... more »
  • 10-07-14

    Obituari Moortri Pur

    Moorti yang semasa hidupnya tinggal di Dusun Jotawang, Kalurahan Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, memang tak bisa lepas dari teater. Bahkan... more »
  • 10-07-14

    Carane Sinau ya Kudu

    Pepatah ini mengajarkan bahwa untuk dapat melaksanakan tindakan belajar, orang pun harus mempelajarinya. Dengan kata lain orang harus mengerti sistem... more »