Jatayu, Garuda yang Perkasa

Author:editorTembi / Date:21-07-2014 / Dengan sisa-sisa keperkasaannya Jatayu berhasil merebut Dewi Sinta dari tangan Rahwana. Namun yang membuat hatinya kecewa adalah kata-kata ketus dari mulut Sinta, “Aku tidak mau disentuh oleh raksasa itu, tetapi aku juga tidak mau disentuh oleh seekor garuda tua.”

Wayang Garuda, buatan Kaligesing Purworejo, koleksi museum Tembi Rumah Budaya. (Foto: Sartono)

Entah apa yang mempertemukan dan menjadikan keduanya sepakat untuk menjadi suami istri, padahal keduanya berbeda mahluk. Yang satu bidadari bernama Dewi Kastapi, putri Batara Wisnu, yang satunya sosok burung garuda tunggangan Batara Wisnu bernama Brihawan. Dari hasil perkawinan burung garuda dan bidadari, keluarlah dua buah telur dari rahim Dewi Kastapi. Dua telur istimewa tersebut menetas menjadi sosok burung garuda seperti ayahnya. Mereka diberi nama Jatayu dan Sempati. Dewi Ngruna istri Batara Surya, mengangkat Jatayu dan Sempati menjadi anaknya.

Keduanya tumbuh bersama dan menjadi teman sepermainan. Menginjak dewasa, saat kedua sayapnya semakin kuat, mereka sepakat untuk mencoba keperkasaannya dengan terbang tinggi-tinggi menjangkau matahari, tempat Batara Surya, ayah angkatnya menjalankan tugas.

Saking girangnya bahwa keduanya dapat bercanda sepanjang perjalanan, tanpa disadari mereka telah melampaui garis batas panas matahari.Aakibatnya, sayap Jatayu terbakar. Sempati mencoba melindungi saudaranya, namun sayapnya terbakar pula, tak luput dari jangkauan panas matahari. Keduanya kehilangan keseimbangan dan jatuh melayang di bumi, pada tempat yang berbeda.

Setelah kesehatannya pulih, Jatayu menyadari bahwa ia berada di wilayah kerajaan Ayodya. Di negara tersebut, Jatayu menjalin persahabatan dengan Prabu Dasarata, raja Ayodya. Hingga sampai usia tua, Jatayu tidak pernah lagi bertemu dengan garuda Sempati saudaranya.

Pada suatu waktu, di saat dirinya sedang merenungkan kekuataan yang semakin menurun dibandingkan dengan waktu bercengkerama di matahari bersama Sempati, Jatayu dikejutkan oleh jeritan seorang wanita, Dewi Sinta namanya. Sang dewi diculik serta dibawa kabur oleh Rahwana. Nalurinya terpanggil untuk membela yang lemah. Apalagi Jatayu tahu bahwa Dewi Sinta adalah menantu Prabu Dasarata sahabatnya.

Dengan sisa-sisa keperkasaannya Jatayu berhasil merebut Dewi Sinta dari tangan Rahwana. Namun yang membuat hatinya kecewa adalah kata-kata ketus dari mulut Sinta, “Aku tidak mau disentuh oleh raksasa itu, tetapi aku juga tidak mau disentuh oleh seekor garuda tua.” Bersamaan dengan kepedihan hatinya atas ucapan Dewi Sinta, sayapnya ditebas pedang oleh Rahwana. Jatayu pun segera melepaskan cengkeramannya, dan Dewi Sinta berpindah ke tangan Rahwana.

Jatayu melayang tak berdaya terhempas di tanah. Darah keluar deras dari sayapnya yang terluka. Selang beberapa waktu menjelang ajal, Jatayu sempat tersenyum melihat kedatangan Rama anak sahabatnya. Dengan sisa tenaga dan kesadaran yang masih ada, Jatayu mengatakan bahwa Dewi Sinta istri Rama dibawa kabur ke negara Alengka oleh Rahwana.

Rama dibantu oleh Laksmana yang kemudian menyusul di sampingnya, mencoba menangkap maksud yang disampaikan Jatayu berkaitan dengan hilangnya Dewi Sinta, namun keduanya tak mampu memahami dengan utuh, dikarenakan pesan yang disampaikan sudah tidak jelas. Namun ada satu hal yang dapat dirasakan oleh Rama dan Laksmana, bahwa Jatayu telah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Sinta, namun gagal. Melihat Jatayu sudah tidak bernapas, Rama dan Laksmana memberikan penghormatan terakhir pada burung garuda yang perkasa.

“Hai Jatayu yang mahā dibya, sungguh perkasa engkau mempertahankan hidup. Karena cinta dan kesetiaan bersahabat dengan ayahku lekat berkelanjutan sampai kepada aku anaknya. Amatlah mulia wahai dikau burung perkasa. Tatkala engkau masih hidup, aku merasakan ayahku masih hidup, sekarang ketika engkau telah meninggal, sungguh hatiku bertambah sedih.”(kakawin Ramayana)

Herjaka HS

Ensiklopedi Figur Wayang

Latest News

  • 11-08-14

    De Mata Trick Eye Mu

    Wahana ini memang mampu memberikan hiburan dan kegembiraan bagi pengunjung, terutama yang gemar berfoto ria. Foto-foto 3D yang menjadi latar belakang... more »
  • 11-08-14

    Sastrawan Malaysia W

    “Di Indonesia musik dan puisi dikenal dengan nama musikalisasi puisi dan di Malaysia disebut lagu puisi,” kata Prof Irwan Abu Bakar, presiden... more »
  • 11-08-14

    Gajah Antisura, Pusa

    Gajah Antisura berumur sangat panjang. Ia bertahan hidup sampai beberapa generasi setelah Palasara. Selain sebagai Gajah pusaka, Gajah Antisura juga... more »
  • 09-08-14

    Songket Silungkang W

    Judul : Songket Silungkang Warisan Budaya Kota Tua Sawahlunto  Penulis : Judi Achjadi, Benny Gratha  Penerbit : Museum Tekstil, 2013... more »
  • 09-08-14

    Hari Baik Orang Wuku

    Hubungan antara Raden Manahil dan Batara Citragatra ini seperti hubungan antara guru dan murid. Sehingga watak dan perilaku gurunya sebagian besar... more »
  • 09-08-14

    Denmas Bekel 09 Agus

    more »
  • 08-08-14

    Butah dan Balayung,

    Itulah sebagian benda koleksi asli warisan suku Dayak Kalimantan yang dipamerkan oleh Museum Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan dalam acara Benteng... more »
  • 08-08-14

    Industri Gula Jawa S

    Foto ini menyuguhkan tingkat teknologi sederhana di masa itu. Tenaga hewan masih menjadi andalan. Kayu dan batu masih mendominasi sistem peralatan (... more »
  • 07-08-14

    Denmas Bekel 7 Agust

    more »
  • 07-08-14

    Bakda Kupat Kampung

    Bakda Kupat merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Nusantara, khususnya Jawa. Khusus untuk Kampung Pandeyan, Bakda Kupat dimeriahkan... more »