Kukusan, Tempat untuk Menanak Nasi (Alat Dapur-12)

29 Apr 2013 Aneka Rupa

Kukusan, Tempat untuk Menanak Nasi
(Alat Dapur-12)

Selain untuk menanak nasi, kukusan juga digunakan untuk menanak tiwul sekaligus untuk mencetak bentuk gunungan. Kebiasaan untuk membuat tiwul dengan menggunakan kukusan bisa dijumpai di daerah Gunungkidul.

Kukusan, alat dapur tradisional. sumber foto: suwandi Tembi
Kukusan besar di atas dandang, koleksi Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta

Kukusan adalah alat dapur yang sudah lama digunakan oleh masyarakat Jawa. Alat ini mudah rusak, sehingga sangat jarang ditemukan artefaknya. Untuk melacak keberadaan alat di masyarakat Jawa, salah satunya bisa dirunut di dalam kamus.

Kamus Jawa “Baoesastra Djawa” karangan WJS Poerwadarminta (1939), sudah mencatat alat ini. Pada halaman 233 kolom 1, disebutkan bahwa kukusan adalah alat yang dipakai untuk mengukus beras saat ditanak (terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut).

Hingga saat ini masih banyak dijumpai kukusan, baik di rumah tangga maupun di warung penjual alat-alat dapur. Alat dapur itu juga ditemukan di daerah-daerah lain di luar masyarakat Jawa. Tentu namanya juga berbeda. Produksi alat dapur kukusan biasanya di desa sentra anyaman bambu, antara lain Desa Nitikan, Semanu, Gunungkidul; dan Desa Minggir, Kecamatan Minggir, Sleman. Keduanya berada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selain untuk menanak nasi, kukusan juga digunakan untuk menanak tiwul sekaligus untuk mencetak bentuk gunungan. Kebiasaan untuk membuat tiwul dengan menggunakan kukusan bisa dijumpai di daerah Gunungkidul. Kukusan juga sering digunakan untuk mencetak nasi tumpeng. Namun biasanya ukuran kukusan yang dipakai kecil.

Kukusan, alat dapur tradisional. sumber foto: suwandi Tembi
Kukusan besar koleksi Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta

Harga kukusan bervariasi, antara Rp 2.000 hingga Rp 10.000, tergantung pada ukurannya. Bahan untuk membuat kukusan adalah bambu apus, karena sifatnya lentur. Bambu jenis ori dan petung kurang cocok untuk membuat kukusan, karena terlalu tebal dan mudah patah. Bambu-bambu apus banyak tumbuh di daerah pedesaan atau di pinggir-pinggir sungai.

Pada perkembangannya, kadang-kadang kukusan digunakan untuk keperluan lain. Kita sering menjumpai mahasiswa baru yang mengikuti kegiatan Ospek atau orientasi kegiatan kampus, juga menggunakan kukusan sebagai salah satu atribut Ospek. Begitu pula ketika tujuh belasan, kukusan sering digunakan sebagai hiasan yang digantung di bambu ori yang terdapat di pinggir-pinggir jalan.

Alat dapur ini termasuk mudah rusak. Bagi masyarakat Jawa tradisional, kukusan yang belum rusak parah masih bisa disulam dengan anyaman bambu baru. Namun, jika lubangnya parah, kukusan bekas ini bisa digunakan untuk menutup gentong. Jika kerusakannya hampir menyeluruh ya lantas dibuang atau untuk bahan bakar.

Kukusan, alat dapur tradisional. sumber foto: suwandi Tembi
Kukusan kecil koleksi Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta

Suwandi

Sumber: Buku “Dapur dan Alat-Alat Memasak Tradisional DIY”, Sumintarsih, dkk, Departemen P&K, 1990/1991; Kamus “Baoesastra Djawa”, WJS. Poerwadarminta, 1939, JB. Wolters’ Uitgevers-Maatschappij NV Groningen Batavia; wawancara, dan pengalaman pribadi

Source Link: Jakarta

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 13-08-16

    Buku untuk Orang Bel

    Judul        : Beknopte Handleiding om de Javaansche Taal te Leeren Spreken Penulis          : J.W. van... more »
  • 13-08-16

    Ada Tiga Hari dalam

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya II Mangsa Karo. Usia 23 hari hari terhitung mulai 2 s/d 24 Agustus 2016. Candrane: Bantala Rengka,  artinya... more »
  • 13-08-16

    ‘Membelah Bulan’ Kar

    ‘Membelah Bulan’ merupakan judul antologi puisi karya Resmiyati, seorang penyair perempuan dari Klaten, akan dilaunching di Sastra Bulan Purnama,... more »
  • 12-08-16

    Rupa Perupa Jawa Tim

    Perupa Jawa Timur, yang tergabung dalam kelompok Koperjati, kependekan dari Komunitas Perupa Jawa Timur, menyelenggarakan pameran di Jogja... more »
  • 12-08-16

    Soekarno-Hatta dalam

    Tokoh Nasional sekaligus Pahlawan Nasional Ir Soekarno dan Mohammad Hatta adalah 2 proklamator yang tidak bisa dipisahkan. Soekarno-Hatta kemudian... more »
  • 12-08-16

    Gatotkaca Membagi Ke

    Adakah yang lebih luhur serta mulia, dari seseorang yang mendoakan musuhnya agar terlepas dari rantai derita, bahkan ia rela menjalani laku berat... more »
  • 11-08-16

    Purwadmadi, Penyair,

    Nama lengkapnya Purwadmadi Admadipurwa, atau sering dipanggil Pur. Dia seorang penyair sekaligus novelis dan jurnalis. Pernah menjadi wartawan... more »
  • 11-08-16

    Menapak Tilas Jalan

    Judul              : Ekspedisi Anjer -  Panaroekan. Laporan Jurnalistik Kompas 200... more »
  • 11-08-16

    Menapak Tilas Jalan

    more »
  • 10-08-16

    ‘Operasi’ Gagasan da

    Tajuk pamerannya ‘Operasi’, menampilkan seni rupa karya Operasi Rachman Muchamad, dipamerkan sejak 30 Juli sampai 9 Agustus 2016 di Taman Budaya,... more »