Sendang Kali Ayu Dodogan Tiap Tahun Nanggap Ledek

03 Aug 2015

Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di tempat itu.Ia menggali tanah hanya dengan tangan telanjang. Akibatnya, tanah bekas galian tersebut tidak rata atau rapi melainkan berlubang-lubang.

Sendang Kali Ayu sungguh sangat berarti bagi warga Dusun Dodogan, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Tempat tersebut sudah menjadi andalan sumber air bagi warga turun-temuran, sehingga setiap tahun warga dusun menggelar acara di lokasi sendang.

Luas kompleks Sendang Kali Kayu kurang lebih 20 m x 30 m, dan berlokasi di tepian sungai kecil. Mata air Sendang Kali Ayu menjadi salah satu penyuplai debit air sungai kecil tersebut . Sebenarnya pada kompleks tersebut terdapat setidaknya empat titik mata air dengan debit air cukup besar.

Semua sumber air di lokasi tersebut telah dikelola dengan baik, sehingga mampu mencukupi kebutuhan air bagi 500 kepala keluarga di dusun itu dan sekitarnya. Bahkan saat musim kemarau Sendang Kali Ayu menjadi andalan utama untuk pemenuhan kebutuhan air Dusun Dodogan itu dan sekitarnya.

Kompleks Sendang Kali Ayu ini berada di tanah pekarangan milik Sudiman (67). Sesuai dengan pesan leluhurnya, lokasi pekarangan tempat mata air hendaknya tetap menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Selain titik-titik mata air yang dibuatkan bak penampung serta kamar mandi, di sisi utara dari sendang utama terdapat pekarangan (tanah datar) yang cukup luas. Tanah datar inilah yang sering menjadi ajang untuk penyelenggaraan acara merti dusun di Dodogan.

Sumber setempat menerangkan bahwa Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di tempat itu. Satu versi mengatakan bahwa ia melakukan kegiatan itu dengan menggunakan alat berupa bathok (tempurung kelapa). Versi lain mengatakan bahwa ia menggali tanah hanya dengan tangan telanjang. Akibatnya, tanah bekas galian tersebut tidak rata atau rapi melainkan berlubang-lubang (Jw. pating jluwok).

Dari aktivitas itu tanpa sengaja Mbah Ronowijoyo menemukan mata air di beberapa titik yang berdebit besar. Warga setempat lantas memaksimalkan sumber daya alam tersebut untuk kebutuhan mereka. Akhirnya air itu pun termanfaatkan dan terdistribusikan dengan baik.

Semasa hidupnya Mbah Ronowijoyo merupakan orang yang gemar dengan pertunjukan ledhek. Oleh karenanya jika ada ledhek barangan (ledek ngamen), maka sering ditanggap oleh Mbah Ronowijoyo. Setelah ia meninggal banyak orang percaya bahwa arwahnya turut mengawasi keberadaan sendang ini. Oleh sebab itu, jika ada ledhek barangan yang melewati lokasi ini ledek tersebut pasti melakukan kebar (menari satu babak) di tempat ini. Harapannya dengan demikian Mbah Ronowijoyo akan senang hatinya dan ngamen atau barangan ledek tersebut akan laris.

Kebiasaan ini kemudian terus dilanjutkan dalam acara merti dusun yang biasanya diadakan setahun sekali di Dusun Dodogan. Sejak dulu hingga sekarang setiap kali diadakan merti di tempat ini pertunjukan tari ledek atau tayub tidak pernah ditinggalkan. Artinya, jenis tari ini menjadi salah satu tari wajib.

Sumber air ini dinamakan Sendang Kali Ayu karena mata airnya membentuk sungai (kali). Ayu berarti cantik atau rupawan. Ayu di sini mengacu pada pengertian bahwa sendang kali tersebut memberikan kecantikan (kemanfaatan yang cantik) pada kehidupan makhluk hidup (manusia) di sekitarnya.

Naskah dan foto: a. sartono

Mata air di Sendang Kali Ayu, Dodogan, Dlingo, Bantul, difoto: 23 Juni 2015, foto: a.sartono Rumah untuk pompa air di kompleks Sendang Kali Ayu, difoto: 23 Juni 2015, foto: a.sartono Sungai kecil dengan mata air dari Sendang Kali Ayu, difoto: 23 Juni 2015, foto: a.sartono Salah satu mata air di Sendang Kali Ayu yang dimanfaatkan maksimal untuk kebutuhan warga setempat, 23 Juni 2015, foto: a.sartono EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 05-08-15

    Geguritan Campur Lud

    Suasana khas surabayaan mendominasi dan nuansa akrab terasa muncul antara pemain dan penonton. Pembaca puisi dan pemain saling membanyol sehingga... more »
  • 05-08-15

    Menguak Identitas Ka

    Buku ini mengulas tentang dinamika dan perkembangan kampung Kauman, mencakup antara lain bidang agama, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, status dan... more »
  • 04-08-15

    Pameran Seni Rupa “M

    Ada 50 pelukis yang mengikuti pameran tersebut, di antaranya adalah nama-nama pelukis yang sudah dikenal masyarakat, seperti: KH D Zawawi Imron, KH... more »
  • 04-08-15

    KOLING: Kodaly Kelil

    Zoltan Kodaly adalah seorang komponis, pedagog (pendidik), linguis (ahli bahasa), dan juga etnomusikolog berkebangsaan Hungaria yang berkarya untuk... more »
  • 04-08-15

    Masih Ada Beberapa L

    Kereta pusaka lain milik Kasultanan Yogyakarta adalah Kyai Wimanaputra. Kereta ini khusus digunakan oleh putra mahkota. Kereta ini dipesan di pabrik... more »
  • 03-08-15

    Sendang Kali Ayu Dod

    Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di... more »
  • 03-08-15

    Wayang Pesisiran Tam

    Ki Tri Luwih Wiwin Nusantara dari Kayen, Kota Pati, Jawa Tengah, mendapat kesempatan tampil mendalang, lengkap bersama rombongan pengrawit serta... more »
  • 01-08-15

    Hari Baik dan Hari J

    Orang yang lahir pada Selasa Kliwon, pada periode usia 0 s/d 12 tahun, adalah ‘PA’ Pandhita, baik. Usia 12 s/d 24 tahun, adalah ‘SA’ Sunan, baik.... more »
  • 01-08-15

    Tajong Samarinda Dib

    Tajong Samarinda pada mulanya dibawa oleh para pendatang Suku Bugis Wajo yang berpindah ke Samarinda karena tidak mau patuh pada perjanjian Bongaja... more »
  • 01-08-15

    UU Tata Niaga Gula d

    Di Perpustakaan Tembi tersimpan dengan baik buku lawas ini yang berisi tentang undang-undang tata niaga gula di Hindia Belanda. Peraturan ini... more »