Prajurit Nyutra Kasultanan Yogyakarta: Bukan Prajurit untuk Perang

28 Jun 2015 Pada masa lalu Prajurit Nyutra merupakan prajurit kelangenan, bukan untuk maju perang. Tugas utamanya adalah sebagai pengawal tamping dalam Upacara Garebeg. Selain itu, tugas lainnya dalah menjaga keselamatan Sultan waktu sinewaka di Bangsal Manguntur Tangkil.

Prajurit Nyutra adalah salah satu pasukan prajurit Keraton Kasultanan Yogyakarta. Struktur prajurit ini terdiri atas 1 (satu) orang Panji berbusana merah dan 1 (satu) orang panji berbusana hitam. Kedua panji ini membawa gandhewa (busur panah). Selain itu ada pula 2 (dua) orang pembawa panji-panji, 2 (dua) orang Sersan serta para prajurit pembawa senapan, tombak, towok, endhong beserta panahnya, keris, dan tameng (perisai). Untuk masa sekarang kesatuan prajurit ini digabung dengan kesatuan Prajurit Somaatmaja.

Prajurit Nyutra digolongkan menjadi Prajurit Nyutra Tengen dan Prajurit Nyutra Kiwa. Prajurit Nyutra Tengen berbaju dan bercelana panji-panji warna merah sedangkan Prajurit Nyutra Kiwa berbaju dan bercelana panji-panji warna hitam.

Penyebutan untuk Prajurit Nyutra disesuaikan dengan tugasnya masing-masing, misalnya Prajurit Nyutra Hadisura bertugas membawa dwajadara. Prajurit Nyutra Trunajaya bertugas sebagai pembawa tombak. Prajurit Nyutra Nyangkraknyana bertugas membawa towok dan tameng. Prajurit Nyutra Wanengbaya membawa endhong dan  jemparing (panah). Prajurit Nyutra Pancatnyana membawa senapan. Prajurit Nyutra Kalangsoka bertugas membawa instrunmen bunyi-bunyian (sering disebut juga sebagai Prajurit Nyutra Ungel-ungelan). Prajurit Nyutra Kalangsoka terdiri dari pembawa terompet (Tambaksura), pembawa genderang (Tambakbaya), dan pembawa seruling (Tilingpati).

Pada saat bertugas dan baris di Siti Hinggil Prajurit Nyutra pembawa senapan berganti nama atau disebut Nyutra Balapati, sedangkan Prajurit Nyutra pembawa tombak berganti nama atau disebut Prajurit Nyutra Jagabela.

Pada masa lalu Prajurit Nyutra merupakan prajurit kelangenan, bukan untuk maju perang. Tugas utamanya adalah sebagai pengawal tamping dalam Upacara Garebeg. Selain itu, tugas lainnya dalah menjaga keselamatan Sultan waktu sinewaka di Bangsal Manguntur Tangkil dengan berjaga di selebah selatan Bangsal Witana, di halaman belakang, di bawah pohon kemuning. Namun pada Upacara Garebeg saat ini Prajurit Nyutra mengikuti prosesi jalannya Upacara Garebeg seperti kesatuan/bregada prajurit yang lain.

Prajurit Nyutra diibaratkan sebagai taman yang indah dengan berbagai jenis tumbuhan yang berbunga aneka warna. Itulah sebabnya Prajurit Nyutra diwajibkan dapat menari (mbeksa).

Nama dwaja (klebet) dari Prajurit Nyutra adalah Podhang Ngingsep Sari (Nyutra Merah). Klebet ini berwarna dasar kuning dan di bagian tengah terdapat bulatan (plenthong) berwarna merah. Sedangkan dwaja untuk Prajurit Nyutra Hitam disebut Padma Sri Kresna. Warna dasar dwaja Padma Sri Kresna adalah kuning dengan bulatan (plenthong) berwarna hitam di bagian tengahnya.

Lurah (Panji) untuk Prajurit Nyutra mengenakan kuluk dengan warna dasar hitam, memakai jamang berwarna kuning emas, memakai sumping dan oncen di bagian telinga kakan dan kirinya seperti pakaian wayang orang. Untuk Prajurit Nyutra Merah memakai baju warna merah dan di bagian depannya diplisir dengan warna kuning emas. Pada bagian bahunya diplisir gombyok gim warna kuning. Selain itu juga mengenakan kalung susun tiga warna kuning emas.

Pada masa lalu lengan dan kaki Prajurit Nyutra dilulur dengan warna kuning, tetapi sekarang lengan baju rompinya ditambahkan dengan lengan baju berwarna kuning dari bahan satin. Tambahan lengan baju berwarna kuning ini dulunya hanya untuk pakaian gladi resik. Mulanya Prajurit Nyutra juga tidak mengenakan sepatu atau sandal, namun pada saat ini mereka mengenakan sandal kulit dengan tali karena saat ini fungsi prajurit keraton bergeser menjadi prajurit seremonial.

Lonthong/sabuk yang dikenakan adalah cindhe kembang. Sedangkan kamus (epek) berwarna hitam dan dibludir berwarna kuning emas. Keris yang dikenakan berwarangka gayaman dengan oncen dan diselipkan di sebelah pinggang bagian belakang sebelah kanan. Selain itu juga mengenakan kain rampekan motif bango tulak (kombinasi warna biru dan putih). Celana panji-panji sewarna dengan warna rompinya dan di bagian bawah diberi plisir berwarna kuning.

Bersambung

Prajurit Nyutra Tengen (merah) dan Prajurit Nyutra Kiwa (hitam) tengah berbaris keluar dari Sitihinggil Keraton Yogyakarta dengan latar belakang dua dwaja/klebet khasnya, difoto: 15 Februari 2015, foto: a.sartono Profil Prajurit Nyutra Tengen, difoto: 15 Februari 2015, foto: a.sartono Profil Prajurit Nyutra Tengen dengan pangkat prajurit biasa, difoto: 15 Februari 2015, foto: a.sartono Prajurit Nyutra Kiwa tengah berbaris di Alun-alun Utara Yogyakarta, difoto: 15 Februari 2015, foto: a.sartono EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 02-07-15

    Pasar Seni Yogyakart

    Kangjeng Pangeran Aria Adipati Danureja, sang Patih Raja Yogyakarta, yang mempunyai gagasan mendirikan pusat kerajinan itu. Berita tersebut bisa... more »
  • 02-07-15

    Prajurit Ketanggung

    Struktur Prajurit Ketanggung terdiri atas dua oran Panji (Panji Parentah dan Panji Andhahan), dua orang Sersan, seorang pembawa panji-panji dan... more »
  • 02-07-15

    Kursus MC Jawa Tembi

    Sejak tahun 2000 Tembi Rumah Budaya membuka kursus pranatacara (MC) pamedhar sabda (pidato) bahasa Jawa, khususnya untuk upacara perkawinan. Kursus... more »
  • 29-06-15

    Go Green di Tembi Ru

    Pameran karya C Roadyn Choerodin yang berlangsung dari 12 Juni sampai 12 Juli 2015 ini menghadirkan tajuk ‘The Circle’. Karya yang berjudul ‘Go Green... more »
  • 29-06-15

    Lukisan karya murid-

    Dinamakan Gunung Pasar karena menurut sumber setempat di atas puncak gunung ini selalu bergema suara ramai orang seperti di tengah pasar. Suara itu... more »
  • 29-06-15

    Kaligrafi dan Lukisa

    Ketika masuk ke dalam Benteng Museum Heritage, suasana budaya China sangat kental terasa. Pengunjung pun langsung disuguhi karya-karya Edy Widiyanta... more »
  • 29-06-15

    Kajian Menarik tenta

    Serat Angger tersebut memuat tentang hukum material yang terkait hak dan kewajiban subyek hukum. Serat Angger Pradata Awal dan Pradata Akir juga... more »
  • 29-06-15

    Cetakan Roti Tradisi

    Kondisi cetakan roti tradisional koleksi  Museum Tembi masih bagus. Jumlahnya ada 6 buah. Koleksi ini sejak tahun 1999, berasal dari Bapak P... more »
  • 29-06-15

    Upacara Baritan, Ung

    Melalui ternak-ternak mereka, Tuhan telah melimpahkan rezeki bagi warga Desa Pendoworejo. Oleh karenanya warga empat dusun itu sepakat untuk... more »
  • 28-06-15

    Menjelajah ke Museum

    Replika Masjid Agung Demak juga terdapat di museum ini. Replika masjid juga terbuat dari kayu jati, setinggi sekitar 1 meter. Replika Masjid Agung... more »