Pemberontakan Awak Kapal Pribumi di Kapal Perang Belanda

03 Feb 2016 Judul   : De Zeven Provincien. Ketika Kelasi Indonesia Berontak (1933) Penulis   : J.C.H. Blom, E. Touwen-Bouwsma Penerbit   : LIPI Press, 2015, Jakarta Bahasa   : Indonesia Jumlah halaman : xix + 112   De Zeven adalah salah satu kapal marinir besar yang dimiliki pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kapal ini memiliki persenjataan berat dan berfungsi sebagai kapal latih bagi siswa Pendidikan Dasar Pelaut Pribumi (Kweekschool voor Inlandse Schepelingen, KIS). Sekolah ini ada di Kota Makassar, Sulawesi. Kapal ini dikenal dengan perwiranya yang dialihtugaskan dari kapal lain karena alasan indisipliner atau tidak mampu memenuhi tugas.   Ketika berlayar pada 2 Januari 1933 dari pelabuhan Surabaya, ada 80 siswa KIS, 141 awak kapal/kelasi Eropa dan 256 awak kapal Indonesia. Pada masa tersebut sedang terjadi krisis ekonomi dunia (malaise). Berbagai cara dilakukan pemerintah kolonial Belanda untuk mengatasi, salah satunya adalah penghematan.    Penghematan dilakukan antara lain dengan pengurangan gaji dan ini juga melanda awakDe Zeven. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah dan ketidakpuasan. Apalagi ada perbedaan perlakuan antara awak kapal pribumi dengan Belanda. Mulai dari masalah makan, penempatan ruangan di kapal, perbedaan gaji padahal pangkat dan kedudukan sama. Diperparah lagi pengurangan gaji awak pribumi lebih besar daripada awak Belanda.    Ketidakadilan dan sikap semena-mena terhadap awak pribumi ini akhirnya memicu pemberontakan. Desas-desus tentang pemberontakan ini sebenarnya sudah diketahui sebelumnya. Tetapi komandan kapal menganggap sepele dan tidak mengambil tindakan tegas. Baru ketika tanggal 4 Februari 1933 malam hari, saat awak kapal pribumi “menguasai” kapal, mereka sadar bahwa pemberontakan benar-benar ada. Untuk mengatasi pemberontakan itu, pemerintah Belanda mengambil suatu tindakan yang tragis dan memakan banyak korban, yaitu dengan mengebomnya. Yang masih hidup dihadapkan ke pengadilan, dihukum penjara dan dipecat serta KIS dibubarkan.   Pemberontakan ini selain dipicu oleh diskriminasi, agaknya juga dipengaruhi oleh rasa nasionalisme. Karena di masa tersebut gerakan kebangsaan semakin menguat. Ada awak kapal pribumi yang diketahui mempunyai hubungan dengan tokoh-tokoh gerakan nasional, pidato Bung Karno pun sering didengarkan lewat radio, dan sebelum pemberontakan dilakukan lagu Indonesia Raya dinyanyikan.    Kusalamani EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 09-02-16

    Rombongan PLN Jakart

    Hari terakhir di bulan Januari 2016, tepatnya pada Minggu tanggal 31, Tembi Rumah Budaya mendapat tamu rombongan dari PLN Jakarta yang berjumlah 50... more »
  • 09-02-16

    Prabu Basukunti, Ber

    Prabu Basukunti atau disebut juga Prabu Kuntiboja menduduki tahta yang diwariskan Prabu Basukesthi, orang tuanya, di Negara Boja. Tidak diceritakan... more »
  • 08-02-16

    Buku Sejarh Hindia B

    Judul             : Leerboek Der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis  ... more »
  • 06-02-16

    Senin Pon Hari Tidak

    Perhitungan ini berdasarkan perhitungan primbon Panca Suda. Panca = lima, suda = dikurangi. Lima dikurangi satu sama dengan empat. Ada empat... more »
  • 06-02-16

    Nasi kuning Muna di

    Salah satu menu yang menggoda untuk disantap pada pagi hari adalah nasi kuning. Namun mencari rasa nasi kuning yang ‘nyantol’ di lidah tidak gampang... more »
  • 06-02-16

    Gubug Hijau, Ruang S

    Satu ruang interaksi sastra dibuka di Yogyakarta, di Gesikan Jaranan, Panggungharjo, Sewon, Jl Bantul Km 6, Bantul, yang diberi nama ‘Gubug Hijau... more »
  • 06-02-16

    Es Wuyung Sari dan P

    Bulan Februari selalu dirayakan sebagai bulan kasih sayang atau Valentine Day. Nah, Warung Dhahar Pulo Segaran pun meramu menu baru untuk turut... more »
  • 05-02-16

    Sistem Pasar Interak

    Foto ini adalah potret atau gambaran sebuah pasar sederhana tahun 1918 di Yogyakarta. Pada foto itu bisa dilihat sebuah bangku atau meja kecil... more »
  • 05-02-16

    Penyair Perempuan Da

    Penyair perempuan dari kota yang berbeda menerbitkan dua antologi untuk mengakhiri tahun 2015. Dua antologi puisi itu berjudul “Wajah Perempuan”... more »
  • 04-02-16

    Pelajar SMA Springfi

    Minggu terakhir di bulan Januari 2016, Tembi Rumah Budaya Yogyakarta kembali dikunjungi wisatawan yang hendak mengenal dan belajar budaya Jawa.... more »