Demi Jabatan Kakak Tega Membunuh Adik

31 May 2016 Sumantri dan Sukrasana adalah kakak beradik satu ayah dan satu ibu namun mempunyai bentuk fisik yang berkebalikan. Sumantri bertubuh ideal, berparas tampan dan berbudi halus. Sedangkan adiknya, Sukrasana, bertubuh cebol, tidak simetris, buruk muka dan kasar. Keduanya menguasai ilmu-ilmu tingkat tinggi. Bahkan di balik tubuhnya yang cacat, Sukrasana, dianugerahi kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki Sumantri.

Pada suatu ketika, Sumantri meninggalkan Sukrasana di pertapaan Ardisekar. Ia ’ngenger’ atau mengabdi di Negara Mahespati. Prestasinya melesat cepat. Prabu Arjunasasrabahu berkenan, dan Sumantri diangkat menjadi patih dengan gelar Patih Suwondo. Mungkin karena masih belia, kematangan pribadinya belum sesuai dengan kedudukan serta tanggungjawabnya sebagai patih, sehingga Sumantri melakukan kesalahan yang fatal.

Hal itu terjadi setelah Sumantri berhasil melamarkan Dewi Citrawati dari Magada dengan mengalahkan raja seribu negara. Di tengah jalan, saat memboyong Citrawati ke Mahespati, Sumantri tidak serta merta memberikan Citrawati kepada Arjanasasrabahu. Sikap tersebut diambil karena desakan Dewi Citrawati yang menyatakan bahwa dirinya bukanlah barang yang dapat dipindah-tangankan. Ia mau menjadi istri Arjunasasrabahu jika ia dapat mengalahkan Sumantri yang telah memenangkan sayembara. Arjunasasrabahu menerima persyaratan itu, dan meladeni Sumantri untuk berperang tanding demi mendapatkan Dewi Citrawati.

Memang kesaktian Sumantri layak bersanding dengan kesaktian Arjunasasrabahu. Namun tidak semuanya. Ada satu hal yang tidak dapat ditandingi Sumantri, yaitu ilmu Balasrewu. Ilmu tersebut merupakan ilmu khusus titisan Batara Wisnu. Dengan ilmu Balasrewu Prabu Arjunasasrabahu dapat berubah wujud menjadi raksasa sebesar gunung, sehingga Sumantri tak berdaya dan kalah.

Apapun alasan Sumantri, ia dinyatakan bersalah karena sebagai patih yang diutus raja dan berhasil, malahan berani menantang rajanya. Sebagai hukumannya ia dipecat dari jabatan patih. Walaupun Arjunasasrabahu telah mengalahkan Sumantri, Dewi Citrawati masih mengajukan syarat. Dirinya mau menjadi istrinya serta tinggal di Mahespati jika taman Sriwedari yang berada di kahyangan Untarasagara dipindah di Mahespati.

Oleh karena permintaan Setyawati itulah Prabu Arjunasasrabahu berubah keputusan. Ia akan memberi ampun Sumantri dan mengangkatnya kembali menjadi patih, jika Sumantri dapat memindah taman Sriwedari.

Sumantri sedih dan bingung, ia tidak tahu bagaimana caranya untuk memindah taman Sriwedari. Dalam kesedihan yang mendalam itu ia ditemui adiknya di pinggir kota raja Mahespati. Mereka berdua telah lama berpisah. Tentu saja pertemuan itu sangat mengharukan. Sukrasana amat merindukan kakaknya. Ia bersedia membantu kakaknya asalkan ia diperbolehkan ikut tinggal di Mahespati.

”Boleh adikku. Jika engkau dapat memindah taman Sriwedari dari kahyangan ke Mahespati, engkau boleh tinggal di Mahespati, bersamaku.”

Sukrasana amat senang. Maka segeralah ia mengambil sikap sempurna, memusatkan budi dan pikirannya untuk diarahkan kepada Sang Sumber dari segala Sumber Ciptaan agar diperkenankan untuk memindah Taman Sriwedari. Jangankan hanya taman, gunung pun dapat dipindahkan jika percaya penuh akan kebesaran-Nya. 

Kesucian, kerendahan hati serta kepasrahan itulah yang menggerakkan daya Illahi sehingga taman Sriwedari dapat berpindah dari kahyangan Untarasegara ke Mahespati tanpa menjatuhkan satu jua pun daun yang ada di taman tersebut.

Di taman ini, kisah tragis dimulai. Ketika Dewi Citrawati bersenang-senang bersama para dayang-dayangnya, Sukrasana datang. Karuan saja mereka lari ketakutan. Ada setaaan!!!

Sumantri ditugaskan untuk mengusir setan tersebut. Maka kemudian secara diam-diam ditemuilah setan itu yang tak lain adalah adiknya.

”Sukrasana, adikku yang baik. Maukah engkau meninggalkan aku dan pulang ke pertapaan Ardisekar.”

”Kakang Sumantri, jangan ingkar janji ya. Katanya jika aku dapat memindah taman Sriwedari aku boleh tinggal bersamamu di Mahespati,” rengek Sukrasana dengan suara cedal dan manja.

Jika Sumantri mengabulkan permintaan Sukrasana artinya ia gagal mengusir setan. Tentu Sumantri tidak mau dirinya dianggap tidak becus mengusir setan, karena hal tersebut akan mengancam kedudukannya sebagai patih.

Maka tidak ada jalan lain kecuali mengusir Sukrasana pergi dari Mahespati. Tentu saja Sukrasana tidak mau meninggalkan dan berpisah dengan Sumantri, kakaknya yang sangat dicintai.

Bagaimana caranya memaksa Sukrasana? Sumantri pun menemukan akal. Ia kemudian menarik panah pusakanya untuk menakut-nakuti Sukrasana. Namun ternyata Sukrasana tidak takut dengan pusaka. Ia lebih takut berpisah lagi dengan Sumantri.

’Jangan bermain pusaka, nanti kalau ada setan lewat bilahi kamu’

Itulah petuah kakek yang sudah lama meninggal. Sumantri melupakan peringatan leluhur. Akibatnya fatal. Anak panah lepas dan meluncur dari busurnya.

Sukrasana rebah tak bernyawa di pangkuan Sumantri, kakaknya satu-satunya, orang yang dicintainya dengan sepenuh hati.

Herjaka HS

EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 11-06-16

    Pentas Panembrama da

    Sebagian masyarakat Jawa khususnya yang beragama Islam, untuk memperingati orang meninggal, biasa melakukan doa tahlil dan Yasinan. Namun baru-baru... more »
  • 11-06-16

    Sabtu Wage Pekan In

    Perhitungan pancasuda ini digunakan jika akan bepergian jauh, dengan cara menghitung neptu yaitu menjumlah hari dan pasaran. Setelah ketemu jumlahnya... more »
  • 11-06-16

    Irama Nusantara Laku

    Berawal dari kesulitan mencari lagu-lagu Indonesia lama, tercetuslah ide situs musik Irama Nusantara. Para pencetus ide itu adalah David Tarigan,... more »
  • 10-06-16

    Denmas Bekel 10 Juni

    Denmas Bekel 10 Juni 2016 more »
  • 09-06-16

    Pameran Imaji Wayang

    Wayang telah menjadi bagian dari khasanah kebudayaan nasional Indonesia. Pengaruhnya demikian kuat, bahkan seperti menjadi bagian integral dari... more »
  • 09-06-16

    Putri Daniswari Menj

    Kadipaten Kediri tiba-tiba menjadi geger karena banyak raja dan adipati dari berbagai tempat menyampaikan lamaran kepada Putri Daniswari, putri dari... more »
  • 08-06-16

    Puisi Mengalun di La

    Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, atau yang dikenal dengan sebutan Lapas Wirogunan, letaknya di tengah kota, di Jalan Tamansiswa 6, Yogyakarta.... more »
  • 08-06-16

    Elisha Orcarus Allas

    Pada tahun 2016 ini, untuk pertama kali, Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta meluluskan ‘dalang... more »
  • 07-06-16

    Peringatan Internati

    Peringatan Hari Museum Internasional atau IMD yang jatuh setiap tanggal 18 Mei diperingati oleh Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY dan anggota-... more »
  • 07-06-16

    Aneka Puding Berkhas

    Bulan Ramadan telah tiba. Khusus menyambut bulan suci ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya menawarkan menu takjil berupa aneka puding... more »