Waosan Cerkak, Seni Membaca Cerita Pendek Berbahasa Jawa

Author:editorTembi / Date:23-10-2014 / Pembacaan cerkak diawali dengan tarian Suryasasi yang mengesankan dunia kejawaan dalam baluran dunia mistis (jagat lelembut). Tarian dibawakan oleh Enji Sekar Ayu.

Cilik Tri Banowati membacakan cerkak Gunung Pegat karya Suparto Brata, difoto: Jumat, 17 Oktober 2014, foto: a.sartono
Cilik Tri Banowati membaca cerkak 
Gunung Pegat karya Suparto Brata

Karya sastra Jawa, dalam hal ini adalah cerkak (cerita cekak), tidak kalah menariknya dengan naskah dalam bahasa lain untuk dipanggungkan. Landung Simatupang bersama dengan Ami Simatupang, Margono Wedyopranasworo, Pritt Timothy Prodjosoemantri, Arif Rahmanto, Diajeng Annisa Hertami Kusumastuti, Cilik Tribanowati melakukan pemanggungan (dramatic reading) atas beberapa cerkak di Ndalem Gamelan, Jl. Gamelan 18 Yogyakarta.

Acara yang berlangsung pada hari Jumat malam, 17 Oktober 2014 tersebut merupakan kerja sama Perkumpulan Seni Nusantara Baca, Dinas Pariwisata DIY, dan Forum Pemuda Gamelan. Pelaksanaan itu merupakan mata rantai dari keseluruhan acara kebudayaan yang dilaksanakan di Ndalem Gamelan.

Arif Rahmanto dan Andriyani dalam pembacaan cerkak Lelembut Sendang Ringin Kembar karya Nono Warnono, difoto: Jumat, 17 Oktober 2014, foto: a.sartono 
Arif Rahmanto dan Andriyani membacakan cerkak Lelembut 
Sendang Ringin Kembar karya Nono Warnono

Kegiatan kebudayaan tersebut meliputi Waosan Basa Jawi, Kriya Beling, Dolanan, Ngadi Salira, Motret-memotret, Njanur, Gawe lan Rembug Pilem, Pawon Mataraman, Tari-tari Bocah, Gawe Wayang-wayangan Kanggo Ndongeng, Guide Cilik Njeron Beteng, Kroncong, dan Dagelan Mataram yang kesemuanya dibingkai dalam tema besar Jogja Kembali, Kembali Jogja.

Pembacaan cerkak diawali dengan tarian Suryasasi yang mengesankan dunia kejawaan dalam baluran dunia mistis (jagat lelembut). Tarian dibawakan oleh Enji Sekar Ayu. Acara kemudian disusul dengan pembacaan cerkak Gunung Pegat karya Suparto Brata oleh Cilik Tri Banowati. Pembacaan oleh Cilik terasa relatif datar. Penjiwaan akan isi cerita seperti belum begitu merasuk. Sementara iringan gending sering terputus dan berjeda relatif panjang serta tampak agak gagap.

Arif Rahmanto dan Andriyani tampil lebih mengesan karena pelafalan, intonasi, dan pemenggalan kalimat dalam bahasa Jawanya cukup bagus. Penjiwaan akan isi cerita yang dilakukannya juga terasa lebih “masuk”. Hanya saja cerkak berjudul Lelembut Sendang Ringin Kembar karya Nono Warnono yang dibacakannya terasa stereotip seperti cerita jagat lelembut yang selama ini beredar di media berbahasa Jawa. Kurang kaya dalam hal tegangan, konflik dan gagasan baru.

Ami Simatupang dan Pritt Timothy dalam cerkak Swara Kendang karya Suparto Brata, difoto: Jumat, 17 Oktober 2014, foto: a.sartono
Ami Simatupang dan Pritt Timothy membaca cerkak Swara 
Kendang karya Suparto Brata

Swara Kendang sebagai cerkak karya Suparto Brata yang dibacakan oleh Ami Simatupang dan Pritt Timothy terasa lebih menegangkan karena cukup banyak koflik, persoalan, dan tegangan di dalam cerita. Di samping itu, penjiwaan keduanya untuk masuk ke dalam pesan dan gagasan isi cerita terasa menyatu.

Hal yang sama juga tampak dalam pembacaan cerkak yang dilakukan Ami Simatupang dan Margono Wedyopranasworo berjudul Crita Saka Daerah Kana karya Suparto Brata. Suasana dan penjiwaan atas cerkak ini terasa demikian mengena.

Landung Simatupang dan Diajeng Annisa Hertami Kusumastuti mengakhiri pertunjukan ini dengan membacakan cerkak berjudul Ruwete Benang Tenun. Cerkak ini juga merupkan karya sastrawan Jawa legendaris, Suparto Brata. Tampak bahwa Landung sangat menguasai dialek bahasa Jawa Timuran (Suroboyoan) yang kental pada cerkak yang dibacakannya. Sementara Diajeng Annisa Hertami Kusumastuti tampak cukup berat untuk mengimbangi kepiawaian Landung.

Landung Simatupang dan Diajeng Annisa Hertami Kusumastuti dalam cerkak Ruwete Benang Tenun karya Suparto Brata, difoto: Jumat, 17 Oktober 2014, foto: a.sartono
Landung Simatupang dan Diajeng Annisa Hertami Kusumastuti 
membaca cerkak Ruwete Benang Tenun karya Suparto Brata

Secara keseluruhan pembacaan atas cerita pendek berbahasa Jawa ini cukup menarik. Semoga hal semacam ini cukup mampu memberikan suntikan vitamin bagi dunia sastra Jawa yang kehidupannya cukup tersendat dan tertatih-tatih.

Naskah dan foto: a.sartono

Berita budaya

Latest News

  • 26-12-14

    Voice of Asmat, Perp

    Pertunjukan musik akustik dibawakan sekelompok anak muda berbakat, yaitu Putri Soesilo, Aji Setyo, Dika Chasmala, dan Alwin. Mereka memadukan rasa... more »
  • 26-12-14

    Puntadewa Masuk Nera

    Puntadewa tersentak hatinya. Ia tidak dapat membayangkan betapa sakit dan sengsara keempat adiknya. Tanpa berpikir panjang, Puntadewa bergegas... more »
  • 24-12-14

    Rumah Kebangsaan. Da

    KRT Jayadipura adalah salah satu tokoh gerakan kebangsaan. Karena itu, tidak heran apabila dalem Jayadipuran sering dipakai untuk pertemuan atau... more »
  • 24-12-14

    Cuplikan dari Festiv

    Kirab atau pawai ini merupakan awal atau pembukaan Festival Seni Budaya Klasik yang diselenggarakan oleh Pura Paku Alaman pada tanggal 17-20 Desember... more »
  • 23-12-14

    Gladhen Tembang Maca

    Pada Gladhen 22 ini tembang yang dipakai untuk belajar adalah tembang Asmarandana yang dilagukan dengan notasi Slobok. Sedangkan teks tembang,... more »
  • 23-12-14

    Pembacaan Puisi untu

    Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga... more »
  • 23-12-14

    Pameran Tunggal Visu

    Bulan Desember 2014 ini Ong ditantang untuk berpameran tunggal oleh Bentara Budaya Yogyakarta, yang sempat membuat dirinya ragu-ragu, antara meng-iya... more »
  • 22-12-14

    Ini Buku Akutansi Za

    Perpustakaan Tembi, yang terbuka untuk umum, menyimpan buku kuno ini yang berisi tentang pengantar ilmu dagang. Istilah sekarang akuntansi. Buku... more »
  • 22-12-14

    “Kecubung Pengasihan

    Perkumpulan Seni Nusantara Baca (PSBN) menggarap cerpen karya Danarto itu menjadi sebuah pertujukan, yang memadukan antara musik, alunan dan... more »
  • 22-12-14

    Tangis Gandrik dalam

    Lakon Tangis yang merupakan naskah karya almarhum Heru Kesawa Murti yang berjudul Tangis, memang menyuguhkan kritik sosial tentang pusaran tipu-tipu... more »