Upacara Tawur Agung, Persamaan Dalam Keragaman

15 Mar 2016 Ramainya wisatawan yang mengunjungi Candi Prambanan, Yogyakarta, tak mengurangi kekhidmatan umat Hindu dalam melangsungkan upacara Tawur Agung pada hari Selasa 8 Maret 2016. Bertempat di pelataran Candi Prambanan, ribuan umat Hindu berbondong-bondong menghadiri upacara tersebut dalam rangka menyambut Hari Haya Nyepi Tahun Baru Saka 1938. Tak lupa para umat membawa sesaji untuk ucapan syukur.

Momen ini mengundang perhatian para wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada perayaan upacara Tawur Agung kali ini panitia sengaja tetap membuka kompleks wisata Candi Prambanan untuk umum dikarenakan animo wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat bersejarah ini sangat tinggi, di sisi lain perayaan Tawur Agung se-Yogyakarta dan Jawa Tengah dilakukan memusat di tempat tersebut.

Tawur Agung dilakukan untuk kesejahteraan alam, melepas sifat-sifat keserakahan yang melekat pada diri manusia. Manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perilaku mengambil perlu diimbangi dengan perbuatan memberi, berupa persembahan yang ikhlas. Dengan kata lain, Tawur Agung dapat bermakna memotivasi keseimbangan jiwa. Melalui upacara ini sekaligus mengingatkan untuk tidak berlaku semena-mena pada lingkungan, agar lingkungan tetap lestari dan memberi perlindungan kepada manusia. Hal itu dilakukan agar tercipta keselarasan serta keharmonisan antara manusia, alam dan sang pencipta.

Tujuan Hari Raya Nyepi sendiri yakni memohon kepada sang pencipta untuk menyucikan Bhuana Alit (manusia/makhluk hidup) dan Bhuana Agung (alam semesta). Terdapat empat bagian dalam Nyepi yang biasa disebut dengan Catur Brata Penyepian, yaitu : amati geni (tidak boleh menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Dengan mengambil tema “Keragaman Rekat Persatuan” diharapkan akan selalu melandasi sikap dari seluruh lapisan masyarakat di negeri yang majemuk ini. Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa keharmonisan itu dapat terwujud jika setiap dari kita bersedia merendahkan diri, dan hakikat dari Nyepi adalah menyucikan dan menyeimbangkan kehidupan. 

Saat memberi sambutan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin menyampaikan pula harapannya kepada umat Hindu agar dalam memaknai Hari Raya Nyepi kali ini dapat menginspirasi seluruh masyarakat baik dari suku dan agama apapun untuk dapat bersama-sama memelihara keragaman yang ada di Indonesia.

Naskah dan Foto:Indra Waskito

Upacara Tawur Agung, Persamaan Dalam Keragaman, 8 Maret 2016, Pelataran Candi Prambanan, Foto : Indra Upacara Tawur Agung, Persamaan Dalam Keragaman, 8 Maret 2016, Pelataran Candi Prambanan, Foto : Indra Upacara Tawur Agung, Persamaan Dalam Keragaman, 8 Maret 2016, Pelataran Candi Prambanan, Foto : Indra Upacara Tawur Agung, Persamaan Dalam Keragaman, 8 Maret 2016, Pelataran Candi Prambanan, Foto : Indra Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 16-03-16

    Denmas Bekel 16 Mare

    Denmas Bekel 16 Maret 2016 more »
  • 16-03-16

    23 Perupa Menangkap

    Fenomena alam yang luar biasa selalu disikapi oleh manusia dengan berbagai cara dan keyakinannya. Gerhana matahari seperti yang terjadi tanggal 9... more »
  • 16-03-16

    Donan Satria Yudha I

    Kepala Museum Biologi  UGM Yogyakarta Donan Satria Yudha Msc sedang membenahi museum yang dikelolanya itu supaya lebih maju, lebih dikenal, dan... more »
  • 15-03-16

    Ritual Sakral di Des

    Judul             : Kajian Bentuk Ritual dan Kepercayaan Masyarakat di Desa Sidetapa Penulis... more »
  • 15-03-16

    Upacara Tawur Agung,

    Ramainya wisatawan yang mengunjungi Candi Prambanan, Yogyakarta, tak mengurangi kekhidmatan umat Hindu dalam melangsungkan upacara Tawur Agung pada... more »
  • 15-03-16

    Tari Garba, Ungkapan

    Dalam pembukaan pameran seni rupa di PKKH UGM, Yogyakarta, Sabtu malam 27 Februari 2016, Sri Astari Rasjid juga mengundang koreografer dari Solo,... more »
  • 14-03-16

    Mahasiswa Jepang Bel

    Hari Jumat siang, 5 Maret 2016,  Tembi Rumah Budaya Yogyakarta dikunjungi oleh 8 mahasiswa dan 2 dosen kedokteran gigi  dari Jepang yang... more »
  • 14-03-16

    Belajar Membuat Laya

    Rasanya semakin jarang terlihat anak-anak yang bermain layang-layang. Mungkin karena lahan bermain yang semakin sempit, atau desakan hiburan dan... more »
  • 14-03-16

    Masjid Al Huda Pucun

    Masjid kuno Al Huda Pucung secara administratif terletak di Dusun Dengkeng Pucung, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah... more »
  • 12-03-16

    Launching Antologi P

    Antologi puisi rupa berjudul ‘Anakku Sayang Ibu Pulang’, karya dari beberapa penyair, yang pernah tampil di Sastra Bulan Purnama, Sabtu malam, 5... more »