Upacara Baritan, Ungkapan Terima Kasih kepada Ternak

29 Jun 2015 Melalui ternak-ternak mereka, Tuhan telah melimpahkan rezeki bagi warga Desa Pendoworejo. Oleh karenanya warga empat dusun itu sepakat untuk mengucapkan terima kasih kepada Sumber dari Segala Sumber Rezeki yang dikemas dalam Upacara Baritan.

Lelagon Ilir-ilir

Mbang mbang gadhung, mbang mbang gadhung, 
Nadyan ing ngisor gunung,

Tuk berkahing Hyang Maha Agung,
Kebo sapi kurang dadung,
Nak kumanak angrembaka,
Ayem tentrem guyub rukun,  

(bunga gadhung, bunga gadhung, walau di bawah gunung, mendapat berkah Tuhan, kerbau lembu kekurangan tali, berkembang-biak menjadi banyak, aman tentram kompak dan rukun)

Syair gubahan Bapak Odo Sumarto tersebut dinyanyikan bareng-bareng pada Upacara Baritan “Kenduri Kupat Ngupeng Tumpeng” di Dusun Tileng, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada Selasa 26 Mei 2015.

Menilik syair yang digubah di atas, upacara baritan yang melibatkan empat dusun (Tileng, Turusan, Ngrancak, Kalihngiwa) ini merupakan bentuk ucapan syukur atas berkah Tuhan yang melimpah, karena ternak yang mereka pelihara dapat berkembang biak  dengan baik. Ternak bagi mereka yang tinggal di antara Pegunungan Menoreh ini selain merupakan mitra petani juga menjadi penopang kehidupan bagi peternak. Melalui ternak-ternak mereka, Tuhan telah melimpahkan rezeki bagi warga Desa Pendoworejo. Oleh karenanya warga empat dusun itu sepakat untuk mengucapkan terima kasih kepada Sumber dari Segala Sumber Rezeki yang dikemas dalam Upacara Baritan.

Tepat pada pukul 10.00 upacara dimulai dengan diawali kirab keliling separuh lapangan. Peserta kirab membawa ketupat, tumpeng, aneka makanan, aneka jajanan serta buah-buahan. Dikarenakan yang menjadi pusat perhatian dalam upacara ini adalah hewan ternak, maka dalam kirab keliling tersebut diadakan ‘ritual bandem kupat.’ Ternak-ternak yang telah dipersiapkan sejak pagi dan diikat di pinggir lapangan ‘dibandem’ atau dilempar kupat (ketupat) satu persatu.

Kupat yang dibuat setelah ‘lebar’ atau ‘sakwise,’ ketika dilemparkan ke ternak menandai bahwa si pemilik ternak mengucapkan terima kasih kepada ternak mereka yang telah selesai ‘lebar’ dikaryakan, dan besok akan dikaryakan lagi.

Menurut Hanung, pemerhati budaya, upacara ini sesungguhnya telah berlangsung turun temurun. Namun waktu itu dilakukan sendiri-sendiri secara individual belum secara bersama-sama seperti sekarang ini. Harapannya, upacara yang sarat dengan kearifan lokal tersebut dapat diangkat kembali, dihidupi sehingga dapat berdaya guna untuk kehidupan serta dapat menyejahterakan lahir batin.

Sejatinya dalam kearifan lokal, tidak hanya ternak yang disapa dan diucapi terima kasih atas jasa-jasanya dengan dibandem kupat. Selain sesama warga, pohon, sungai dan batu pun berjasa bagi manusia entah besar entah kecil. Oleh karenanya perlu disapa keberadaannya.

Ikut memeriahkan upacara Baritan, 50 perupa Yogyakarta yang dikoordinasi oleh Godod Sutejo, yang melakukan kegiatan sketsa dengan obyek kambing etawa dan lembu serta suasana kirab dan kenduri. Karya-karya sketsa yang dihasilkan dipamerkan di rumah Godod pada 16 Juni 2015.

Naskah dan foto: Herjaka HS

Upacara Baritan “Kenduri Kupat Ngupeng Tumpeng” di Dusun Tileng, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada Selasa 26 Mei 2015, foto: Herjaka HS Upacara Baritan “Kenduri Kupat Ngupeng Tumpeng” di Dusun Tileng, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada Selasa 26 Mei 2015, foto: Herjaka HS Upacara Baritan “Kenduri Kupat Ngupeng Tumpeng” di Dusun Tileng, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada Selasa 26 Mei 2015, foto: Herjaka HS Upacara Baritan “Kenduri Kupat Ngupeng Tumpeng” di Dusun Tileng, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada Selasa 26 Mei 2015, foto: Herjaka HS Upacara Baritan “Kenduri Kupat Ngupeng Tumpeng” di Dusun Tileng, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada Selasa 26 Mei 2015, foto: Herjaka HS Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 06-07-15

    Kali ini IYSO Bermus

    Ini kali ke-6 IYSO pentas sejak Januari 2015, dan yang ke-4 di Museum Tembi Rumah Budaya. Untuk pementasan kali ini mereka membawakan tema musik... more »
  • 06-07-15

    Perhitungan Tahun Ke

    Di dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna pada nomor 94 diberi judul ‘Pal Yama,’ yang isinya mengenai tahun keberuntugan dan tahun celaka pada... more »
  • 02-07-15

    Pasar Seni Yogyakart

    Kangjeng Pangeran Aria Adipati Danureja, sang Patih Raja Yogyakarta, yang mempunyai gagasan mendirikan pusat kerajinan itu. Berita tersebut bisa... more »
  • 02-07-15

    Prajurit Ketanggung

    Struktur Prajurit Ketanggung terdiri atas dua oran Panji (Panji Parentah dan Panji Andhahan), dua orang Sersan, seorang pembawa panji-panji dan... more »
  • 02-07-15

    Kursus MC Jawa Tembi

    Sejak tahun 2000 Tembi Rumah Budaya membuka kursus pranatacara (MC) pamedhar sabda (pidato) bahasa Jawa, khususnya untuk upacara perkawinan. Kursus... more »
  • 29-06-15

    Go Green di Tembi Ru

    Pameran karya C Roadyn Choerodin yang berlangsung dari 12 Juni sampai 12 Juli 2015 ini menghadirkan tajuk ‘The Circle’. Karya yang berjudul ‘Go Green... more »
  • 29-06-15

    Lukisan karya murid-

    Dinamakan Gunung Pasar karena menurut sumber setempat di atas puncak gunung ini selalu bergema suara ramai orang seperti di tengah pasar. Suara itu... more »
  • 29-06-15

    Kaligrafi dan Lukisa

    Ketika masuk ke dalam Benteng Museum Heritage, suasana budaya China sangat kental terasa. Pengunjung pun langsung disuguhi karya-karya Edy Widiyanta... more »
  • 29-06-15

    Kajian Menarik tenta

    Serat Angger tersebut memuat tentang hukum material yang terkait hak dan kewajiban subyek hukum. Serat Angger Pradata Awal dan Pradata Akir juga... more »
  • 29-06-15

    Cetakan Roti Tradisi

    Kondisi cetakan roti tradisional koleksi  Museum Tembi masih bagus. Jumlahnya ada 6 buah. Koleksi ini sejak tahun 1999, berasal dari Bapak P... more »