Tajong Samarinda Dibawa oleh Suku Bugis

01 Aug 2015

Tajong Samarinda pada mulanya dibawa oleh para pendatang Suku Bugis Wajo yang berpindah ke Samarinda karena tidak mau patuh pada perjanjian Bongaja di daerah asal mereka. Tajong Samarinda dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (gedokan) dan memerlukan waktu pembuatan minimal 15 hari untuk satu sarung.

Ibu Sumarni adalah satu dari sekian banyak ibu-ibu penenun Tajong Samarinda yang berhasil memasarkan produknya secara langsung di Jakarta pada event Inspiring Indonesian Woman Day II (IWD) 2015 beberapa waktu lalu. Tajong Samarinda adalah jenis kain tenun tradisional yang bisa didapatkan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Tajong Samarinda pada mulanya dibawa oleh para pendatang Suku Bugis Wajo yang berpindah ke Samarinda karena tidak mau patuh pada perjanjian Bongaja di daerah asal mereka. Tajong Samarinda dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (gedokan) dan memerlukan waktu pembuatan minimal 15 hari untuk satu sarung. Warna Tajong Samarinda rata-rata cerah dan menarik perpaduannya. Motif Tajong yang umum digunakan adalah geometris dan Dayak.

Ibu Sumarni menceritakan tentang proses pewarnaan bahan baku yang akan dipintal. Dua bahan pewarna yang biasa digunakan adalah bahan pewarna alam dan bahan pewarna sintetis. Bahan pewarna dari alam biasanya diambil dari kulit bawang, kayu ulin, daun mangga, pohon atau kayu jenis lain tergantung kebutuhan. Berikutnya, kulit atau daun tersebut direbus beberapa hari supaya warnanya keluar. Uniknya, bahan pewarna alami menghasilkan warna yang berbeda dari warna asalnya, misalnya kulit bawang merah bisa menghasilkan warna ungu muda, mangga bisa menghasilkan warna yang lebih kekuningan.

Kekurangan bahan pewarna dari alam terlihat ketika dijemur terlalu lama di bawah sinar matahari warnanya akan cepat pudar. Terbalik dengan pewarna sintetis yang jika terkena sinar matahari dalam waktu yang lama justru membuat warnanya lebih “keluar” atau nyata. Bahan pewarna alami biasanya akan digunakan jika memang ada pesanan saja, selebihnya penenun beralih ke pewarna sintetis untuk mempercepat waktu produksi.

Naskah dan Foto 
Beatrix Imelda

Peran Pewarna Dibalik Tenunan Tajong Samarinda, 5 Juni 2015 Peran Pewarna Dibalik Tenunan Tajong Samarinda, 5 Juni 2015 Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 03-08-15

    Sendang Kali Ayu Dod

    Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di... more »
  • 03-08-15

    Wayang Pesisiran Tam

    Ki Tri Luwih Wiwin Nusantara dari Kayen, Kota Pati, Jawa Tengah, mendapat kesempatan tampil mendalang, lengkap bersama rombongan pengrawit serta... more »
  • 01-08-15

    Hari Baik dan Hari J

    Orang yang lahir pada Selasa Kliwon, pada periode usia 0 s/d 12 tahun, adalah ‘PA’ Pandhita, baik. Usia 12 s/d 24 tahun, adalah ‘SA’ Sunan, baik.... more »
  • 01-08-15

    Tajong Samarinda Dib

    Tajong Samarinda pada mulanya dibawa oleh para pendatang Suku Bugis Wajo yang berpindah ke Samarinda karena tidak mau patuh pada perjanjian Bongaja... more »
  • 01-08-15

    UU Tata Niaga Gula d

    Di Perpustakaan Tembi tersimpan dengan baik buku lawas ini yang berisi tentang undang-undang tata niaga gula di Hindia Belanda. Peraturan ini... more »
  • 31-07-15

    Kue Cubit Kudapan Po

    Berawal dari makanan cemilan gerobak yang banyak dijual di sekolah-sekolah dasar, kue mungil berbahan dasar tepung ini semakin populer bahkan “naik... more »
  • 31-07-15

    mas Bekel

    mas Bekel more »
  • 28-07-15

    Masalah Ekologi Indo

    Buku ini berisi tentang masalah ekologi terutama di Indonesia dalam perspektif dekade 1950-an. Pertambahan jumlah penduduk mau tidak mau memang akan... more »
  • 28-07-15

    From The New World d

    Indonesian Youth Symphony Orchestra (IYSO) kembali tampil di Tembi Rumah Budaya dengan melibatkan banyak anggota Sri Aman Orchestra, Malaysia,... more »
  • 28-07-15

    Penggurit Dua Kota A

    Para penggurit dari dua kota, Yogyakarta dan Surabaya, akan tampil bersama dalam launching antologi geguritan karya masing-masing penggurit, Jumat 31... more »