Slamet Riyadi Sabrawi Membaca Puisi ‘Kaca-kaca Berkaca’

Author:editorTembi / Date:15-07-2014 / Slamet Riyadi Sabrawi memang sudah lama bergelut dengan puisi. Pada masa mudanya, ketika dia masih sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan di UGM, Slamet Riyadi sudah menulis puisi dan aktif di Persada Studi Klub.

Slamet Riyadi Sabrawi membaca puisi pada pembukaan pameran di Tembi Rumah Budaya, foto: Ons Untoro
Slamet Riyadi Sabrawi

Pembukaan pameran lukisan kaca yang bertajuk ‘Penjinak Kaca’ di ruang pamer  Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta, Jumat sore 11 Juli 2014, menghadirkan penyair Slamet Riyadi Sabrawi dengan membaca puisi berjudul ‘Kaca-Kaca Berkaca’.

“Saya sengaja menulis puisi, Jumat pagi tadi untuk dibacakan dalam pembukaan pameran lukisan kaca ini, dengan menulis puisi yang berkisah perihal kaca,” kata Slamet Riyadi Sabrawi sebelum membaca puisi.

Penyair membaca puisi di zaman modern yang dilimpahi piranti teknologi, tidak lagi perlu membawa teks puisi yang ditulis di kertas, tetapi sudah digantikan tablet seperti yang dilakukan Slamet Riyadi Sabrawi. Puisi-puisi yang ditulisnya, termasuk yang dibacakan dalam pembukaan pameran sudah tersimpan di tablet warna putih miliknya.

Mengenakan kemeja batik dan bertopi, kostum dalam keseharian dia bepergian, sambil memegang tablet, Slamet Riyadi membaca kata demi kata puisinya. Penampilannya kalem, nyaris tanpa gejolak, tetapi intonasi suaranya memberikan tekanan terhadap puisi yang dia bacakan, menandakan bahwa dia tidak sekadar membaca, melainkan menghayati puisi yang dibacakan.

Slamet Riyadi Sabrawi memang sudah lama bergelut dengan puisi. Pada masa mudanya, ketika dia masih sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan di UGM, Slamet Riyadi sudah menulis puisi dan aktif di Persada Studi Klub, yang lebih dikenal dengan sebutan PSK asuhan penyair legendaris Umbu Landu Paranggi. Pada masa di PSK tahun 1970-an itulah puisi-puisi Slamet mengalir.

Selain sebagai penyair, semasa di UGM Slamet Riyadi juga aktif mengelola majalah kampus ‘Gelora Mahasiswa’ bersama Saur Hutabarat. Jadi, dunia jurnalistik dan dunia sastra tak bisa ditinggalkannya. Sekarang dia lebih banyak sebagai ‘guru’ bagi wartawan, karena sehari-harinya bergiat di Lembaga Penelitian dan Penerbitan Pers Yogyakarta (LP3Y) pimpinan Ashadi Siregar.

Sastra dan jurnalistik masih terus menyertai hidup Slamet Riyadi. Bahkan saban hari, setiap melihat momentum dengan segera akan menulis puisi di tablet-nya, dan tak berapa lama muncul di media jejaring sosial melalui akun Facebook-nya. Sebagai penyair, Slamet Riyadi Sabrawi telah menerbitkan beberapa antologi puisi, seperti ‘Lilin-lilin Melawan Angin’, dan 'Topeng'.

Berikut ini puisi berjudul ‘Kaca-kaca Berkaca’, yang dibacakan pada pembukaan pameran lukisan kaca di ruang pamer  Tembi Rumah Budaya:

KACA-KACA BERKACA

Kaca kaca berkacamata menyembunyikan air-mata. Dan mata-air yang deras menyulap kaca-kaca berkemas. Lalu melukis mata dengan gemas.

Kaca-kaca bergerak seirama hati ketika dituang gambar dengan jiwa bebas. Di setiap ruas kaca ada nyawa yang bergolak mencari makna. Kaca bermata kaca

Kaca-kaca sepakat bersua menggambar apa pun bisa. Di sebuah bidang yang dilumuri gagasan lepas. Tanpa batas hingga airmata kehilangan mata airnya.

Kaca di dinding-dinding kaca mudah dibaca dengan mata. Mata hati bukan mata yang lepas kendali. Bukan matahari yang kehilangan api.

Kaca-kaca tak bersuara tapi jiwanya mengelana. Meski berasal dari kristal bercahaya kaca-kaca akan selalu bertanya: bisakah kaca menjadi asa?

Ons Untoro

Berita budaya

Latest News

  • 18-07-14

    Rendang Jawa Ala Maj

    Resep masakan tradisional Jawa di majalah ini ditulis oleh Pujirah dalam rubrik “Jagading Wanita”. Isi Majalah Kajawen tersebut sekitar 90 % ditulis... more »
  • 18-07-14

    Misteri Perempuan An

    Cara dan konsep visualiasi karya-karya Angga ini menunjukkan kepekaannya terhadap perempuan. Ia menyadari kemisteriusan perempuan, dan mencoba... more »
  • 18-07-14

    Rainforest Music Fes

    Hentakan kaki yang keras, tepukan tubuh yang berirama ditambah nyanyian keras menjadi kekuatan tarian perang suku Maori, Selandia Baru. Juluran lidah... more »
  • 17-07-14

    Ada Banyak Keris Tan

    Pada zaman Mataram Islam banyak terdapat empu-empu pembuat keris yang ampuh dan terkenal, antara lain Arya Japan, Ki Guling, Ki Nom, Ki Legi, Ki... more »
  • 17-07-14

    Maraknya Tapis Lampu

    Judul : Maraknya Tapis Lampung: Dahulu dan Kini The Splendor of Lampung Tapis: Then and Now Penulis : Judi Achjadi, Benny Gratha Penerbit :... more »
  • 17-07-14

    Tiba Musim Hujan di

    Pameran yang diberi tajuk ‘Threesome’ ini menampilkan tiga perupa dari generasi yang sama, lahir tahun 1980-an. Pada usia 30-an tahun, mereka tampil... more »
  • 16-07-14

    Denmas Bekel 16 Juli

    more »
  • 16-07-14

    Dapur Empu Keris di

    Pembuatan foto ini merupakan upaya yang brilian dari sang fotografer atau pemrakarsanya sebagai bentuk pendokumentasian akan sebuah fenomena unik... more »
  • 16-07-14

    Penyair Pesantren Ta

    Para penyair muda pondok pesantren ini tidak hanya membaca puisi, tetapi yang menarik mereka menggarap puisi dengan musik terbangan, yang mereka... more »
  • 15-07-14

    Jembatan Neco, Salah

    Pembuatan jembatan konstruksi baja yang dipindahkan dari Manding itu sendiri tidak atau belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan pada zaman kolonial... more »