Petruk Dadi Guru Wayang Orang ‘Rasa’ Surakarta

22 Nov 2014 Lakon “Petruk Dadi Guru” persembahan Wayang Orang Sriwedari Solo akan digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta 29 November 2014. Sebanyak 60 orang pemain akan terlibat dalam pagelaran ini, yang disampaikan secara ‘guyon’ namun tetap penuh makna.

Petruk Dadi Guru, Wayang Orang ‘Rasa’ Surakarta
Agus Prasetyo, sang sutradara, menjelaskan alur Cerita

Petruk Dadi Guru bercerita tentang Batara Guru yang menghilang dari kahyangan. Kepergiannya itu membuat panik para dewa. Ternyata diam-diam Batara Guru turun ke bumi dan menyamar menjadi manusia bernama Tali Roso.

Tak disangka, ketika Batara Guru melepaskan baju kedewaannya di hutan, baju tersebut ditemukan oleh Petruk, Gareng dan Semar. Penasaran dengan baju tersebut, Petruk pun iseng memakainya.

Tiba-tiba para dewa dari kahyangan muncul dan mengira Petruk adalah Batara Guru yang menghilang. Petruk pun kemudian didaulat menjadi pemimpin dan melaksanakan semua tugas Batara Guru di kahyangan.

“Saya selalu mencari kedalaman-kedalaman dan esensinya dalam tiap lakon, seperti ide-ide yang tercetus dari Ki Nartosabdo idola saya. Lakon ini penuh guyon, tapi isinya ada sosial, politik, feminisme, tanggung jawab dan lainnya,” papar Aji Prasetyo, sutradara pagelaran ini, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Petruk Dadi Guru, Wayang Orang ‘Rasa’ Surakarta
Nanang Hape, siap memberikan kejutan dari sisi artistik

Nanang Hape yang berperan sebagai penata artistik tidak menjanjikan sesuatu yang megah dan mewah dalam pertunjukan ini, namun ia berjanji akan membuat ruang-ruang yang imajinatif, meski dengan setting sederhana namun tetap mendukung alur cerita.

“Tidak mungkin saya membuat suasana seperti di gedung pertunjukan Wayang Orang Sriwedari di Surakarta, tapi saya usahakan bisa mendapatkan rasa yang sama seperti menonton di sana,” ujarnya.

Sementara untuk penggunaan bahasa yang seringkali menjadi kendala dalam pagelaran wayang, Nanang menjamin penonton yang tidak mengerti bahasa Jawa tetap akan bisa menikmati pertunjukan, karena komunikasi bukan hanya verbal, namun gerak, tarian, mimik wajah, secara lengkap akan disajikan.

“Suasana yang dibangun, musiknya sampai kostum akan mendukung secara keseluruhan harusnya bisa menjadi jembatan bahasa yang tidak dimengerti tadi,” kata pria kelahiran Ponorogo 15 Agustus 1975 ini.

Lakon yang berdurasi 60 menit ini diharapkan bisa menjadi pencerahan hidup, tidak dilihat sebagai hiburan semata. Sama Seperti yang diungkap Sri Warso Wahono, konsultan artistik Taman Ismail Marzuki, saat ditemui  Tembi, meski ada banyak komunitas wayang orang, konon tidak semua bisa memberikan kepuasan secara ‘spiritual’.

Petruk Dadi Guru, Wayang Orang ‘Rasa’ Surakarta
Poster pagelaran Petruk Dadi Guru, foto: dok.TIM

“Esensi seni pewayangan saat ini sudah tipis, sehingga kebanyakan sehabis menonton wayang ya sudah tidak membawa apa-apa selain tertawa karena guyonannya. Semoga Wayang Orang Sriwedari bisa menjadi panutan dalam menciptakan character building untuk seluruh pertunjukan wayang,” katanya.

Naskah dan foto: Natalia S.

Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 26-05-15

    Wayang Jurnalis Tamp

    Setelah Wayang Jurnalis sukses menggelar dua pertunjukan berjudul “Wahyu Cakraningrat” dan “Petruk Nagih Janji”, kelompok ini mendapat kesempatan... more »
  • 26-05-15

    FMT2015: Festival Mu

    Kalimat judul di atas diambil dari papan komentar yang disediakan panitia Festival Musik Tembi 2015, yang diselenggarakan 21-23 Mei 2015 di Tembi... more »
  • 26-05-15

    Mangir, Antara Keben

    Emha Ainun Najib atau Cak Nun sebagai budayawan yang keturunan Ki Ageng Mangir menyampaikan bahwa sejarah itu kebenarannya tidak mutlak. Cak Nun... more »
  • 25-05-15

    Jumenengan Kahyangan

    Jumenengan Kahyangan merupakan lakon tua, sebelum Semar dan Togog turun ke dunia. Waktu itu Gareng, Petruk dan Bagong belum lahir, sehingga tidak... more »
  • 25-05-15

    Surat Tuntunan Aku B

    Jika Anda berminat belajar menyanyikan tembang Jawa, buku keluaran tahun 1951 ini masih relevan untuk digunakan sebagai referensi. Buku berbahasa... more »
  • 25-05-15

    Pameran Foto Mahamer

    Untuk mengenang peristiwa “maha pralaya” atau bencana dahsyat yang terjadi kurang lebih 1.000 tahun yang lalu secara khusus Bentara Budaya Yogyakarta... more »
  • 23-05-15

    Bedhaya Sang Amurwab

    Pentas tari ini digelar di tengah konflik internal keraton, setelah Sultan HB X mengeluarkan “sabda raja” dan “dhawuh raja”, yang isinya salah... more »
  • 23-05-15

    Jika Ada Tamu dari T

    Jika ada tamu datang ke rumah Anda pada hari Selasa pekan ini dari arah Timur itu perlambang (pertanda) baik, bakal membawa pertolongan. Tetapi jika... more »
  • 23-05-15

    Diskusi Oidipus Sebe

    Buku ini diterbitkan bukan sebagai katalog, tetapi lebih sebagai bahan masukan untuk sutradara dalam menafsirkan Oidipus karya Sophocles. Sejumlah... more »
  • 22-05-15

    Lesmana Mandrakumara

    Walaupun menyandang gelar putra mahkota, ketergantungannya kepada orang lain sangat tinggi, sehingga ia tidak mempunyai inisiatif untuk memutuskan... more »