Menanyakan Kapan Sabdo Palon-Nayagenggong Kembali ke Tanah Jawa

30 Sep 2014 Tidak ada yang mengetahui kapan Sabdo Palon dan Nayagenggong akan kembali. Dalam legenda, kedua abdi dari Prabu Brawijaya V (terakhir) ini mengucapkan janjinya bahwa ia akan kembali ke Tanah Jawa 500 tahun kemudian, pasca Majapahit runtuh.

Suasana pembukaan pameran di Bentara Budaya Yogyakarta, difoto: Selasa, 23 September 2014, foto: a.sartono
Samuel Indratma menerima penghargaan dari Rama GP Sindhunata SJ

Tidak ada yang mengetahui kapan Sabdo Palon dan Nayagenggong akan kembali. Dalam legenda, kedua abdi dari Prabu Brawijaya V (terakhir) ini mengucapkan janjinya bahwa ia akan kembali ke Tanah Jawa 500 tahun kemudian, pasca Majapahit runtuh. Runtuhnya Majapahit sendiri ditengarai terjadi pada abad ke-15. Mundurnya Majapahit kemudian digantikan oleh Demak.

Kisah inilah yang diangkat oleh dalang Ki Catur “Benyek” Kuncoro dalam lakon Kembalinya Sabdo Palon dan Noyogenggong. Ki Benyek menggelar lakon wayang kulit tersebut di halaman (Panggung Yakopan) Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa 23 September 2014. Pentas wayang itu dilakukan dalam rangka memperingati empat windu Bentara Budaya Yogyakarta.

Pementasan atau pergelaran yang dilakukan Ki Benyek merupakan pergelaran wayang kulit ringkes, dengan durasi tidak lebih dari satu jam. Gamelan untuk iringan sebagian besar telah digantikan oleh komputer yang diprogram khusus. Praktis hanya ada 4 orang pengrawit di atas panggung. Ki Benyek dalam pergelarannya menceritakan tentang pertikaian Majapahit-Demak. Intinya, serbuan Demak di bawah komando Raden Patah berhasil merebut Majapahit.

Karya Yogi Setiawan yang dipamerkan di BBY berjudul Asu Gedhe Menang Kerahe, Asu Tuwo Menang Jegogane, Kakean Asu Rusak Negarane, acrylic an oil on canvas, 145 cm x 182 cm, 2014, difoto: Selasa, 23 September 2014, foto: a.sartono
Suasana pembukaan pameran di Bentara Budaya Yogyakarta

Seiring dengan hal itu, Sabdo Palon yang dipercaya sebagai Semar dan Nayagenggong moksa. Sebelum moksa Sabdo Palon-Nayagenggong berpesan bahwa mereka akan kembali mengawal Tanah Jawa jika orang Jawa telah “bermata satu”. Pesan ini ditafsirkan, orang Jawa ditinggalkan pamomongnya karena sudah tidak benar kiblatnya. Mereka kehilangan Jawa-nya, dan terasing dari kebudayaannya sendiri. Dengan kata lain, hilangnya Sabdo Palon-Nayagenggong terjadi karena orang Jawa kehilangan kebudayaannya.

Sabdo Palon-Nayagenggong dalam perbincangannya dengan Prabu Brawijaya dan Sunan Kalijaga, pementasan oleh Ki Catur Benyek Kuncoro, difoto: Selasa, 23 September 2014, foto: a.sartono
Karya Yogi Setiawan yang dipamerkan di BBY 
berjudul Asu Gedhe Menang Kerahe, Asu Tuwo Menang Jegogane,
Kakean Asu Rusak Negarane,acrylic an oil on canvas,
145 cm x 182 cm, 2014

Selain pementasan wayang kulit oleh Ki Benyek, BBY juga menyelenggarakan pameran seni rupa dengan tema Kembalinya Sabdo Palon Noyogenggong. Tema ini direspon dan dimaknai dengan berbagai karya seni rupa hasil permenungan dan kreasi dari para perupa Yogyakarta. Respon karya para seniman atas tema itu memang bisa menjadi bermacam-macam, namun secara garis besar bisa dikatakan bahwa tema karya berada pada titik singgung dan titik tuju Ratu Adil. Semuanya sah. Perbedaan tanggapan dan pencernaan atas tema itu justru menjadikan karya dari berbagai seniman itu demikian beragam.

Rama GP Sindhunata SJ dalam sambutannya menyatakan rasa terima kasihnya kepada seluruh masyarakat Yogyakarta utamanya teman-teman seniman yang telah turut berjalan bertumbuh bersama BBY. Oleh karena itu pula BBY bisa terus berkembang hingga saat ini. Usia 32 tahun tentu saja bukan usia yang muda. Rentang usia itu telah menjadikan BBY makin dewasa dengan segala pengalaman pahit dan manisnya.

Samuel Indratma menerima penghargaan dari Rama Dr. GP. Sindhunata SJ., difoto: Selasa, 23 September 2014, foto: a.sartono
Sabdo Palon-Nayagenggong dalam perbincangannya 
dengan Prabu Brawijaya dan Sunan Kalijaga, pementasan 
oleh Ki Catur Benyek Kuncoro

Dalam kesempatan itu pula BBY memberikan penghargaan kepada Samuel Indratma, seniman muda yang dipandang banyak berjasa dalam menggerakkan kesenian dan kesenimanan di Yogyakarta terutama di kalangan generasi muda.

a. sartono

Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 26-05-15

    Wayang Jurnalis Tamp

    Setelah Wayang Jurnalis sukses menggelar dua pertunjukan berjudul “Wahyu Cakraningrat” dan “Petruk Nagih Janji”, kelompok ini mendapat kesempatan... more »
  • 26-05-15

    FMT2015: Festival Mu

    Kalimat judul di atas diambil dari papan komentar yang disediakan panitia Festival Musik Tembi 2015, yang diselenggarakan 21-23 Mei 2015 di Tembi... more »
  • 26-05-15

    Mangir, Antara Keben

    Emha Ainun Najib atau Cak Nun sebagai budayawan yang keturunan Ki Ageng Mangir menyampaikan bahwa sejarah itu kebenarannya tidak mutlak. Cak Nun... more »
  • 25-05-15

    Jumenengan Kahyangan

    Jumenengan Kahyangan merupakan lakon tua, sebelum Semar dan Togog turun ke dunia. Waktu itu Gareng, Petruk dan Bagong belum lahir, sehingga tidak... more »
  • 25-05-15

    Surat Tuntunan Aku B

    Jika Anda berminat belajar menyanyikan tembang Jawa, buku keluaran tahun 1951 ini masih relevan untuk digunakan sebagai referensi. Buku berbahasa... more »
  • 25-05-15

    Pameran Foto Mahamer

    Untuk mengenang peristiwa “maha pralaya” atau bencana dahsyat yang terjadi kurang lebih 1.000 tahun yang lalu secara khusus Bentara Budaya Yogyakarta... more »
  • 23-05-15

    Bedhaya Sang Amurwab

    Pentas tari ini digelar di tengah konflik internal keraton, setelah Sultan HB X mengeluarkan “sabda raja” dan “dhawuh raja”, yang isinya salah... more »
  • 23-05-15

    Jika Ada Tamu dari T

    Jika ada tamu datang ke rumah Anda pada hari Selasa pekan ini dari arah Timur itu perlambang (pertanda) baik, bakal membawa pertolongan. Tetapi jika... more »
  • 23-05-15

    Diskusi Oidipus Sebe

    Buku ini diterbitkan bukan sebagai katalog, tetapi lebih sebagai bahan masukan untuk sutradara dalam menafsirkan Oidipus karya Sophocles. Sejumlah... more »
  • 22-05-15

    Lesmana Mandrakumara

    Walaupun menyandang gelar putra mahkota, ketergantungannya kepada orang lain sangat tinggi, sehingga ia tidak mempunyai inisiatif untuk memutuskan... more »