Main Kartu Sambil Belajar Macapat

Author:editorTembi / Date:25-07-2014 / Permainan kartu modifikasi ini dinamai Tatepat, singkatan dari Karuta Tembang Macapat. Karuta adalah permainan kartu di Jepang yang mengilhami pembuatan kartu macapat ini. Ide membuat permainan ini muncul ketika Fira menonton sebuah permainan kartu Jepang di televisi.

Karuta Tembang Macapat, Tatepat, Universitas Gadjah Mada
Shaffira Muna (kanan) dan seorang mahasiswa yang sedang belajar Tatepat

Ada banyak jalan ke Roma. Ada banyak pula jalan belajar macapat, sejenis tembang atau lagu tradisional Jawa. Inovasi yang dilakukan oleh Shaffira Muna dan kawan-kawannya, misalnya, menjadikan belajar macapat sebagai aktivitas yang menyenangkan. Istilahnya, belajar sambil bermain. Mereka membuat kartu-kartu khusus yang asyik dimainkan.

Permainan kartu modifikasi ini dinamai Tatepat, singkatan dari Karuta Tembang Macapat. Karuta adalah permainan kartu di Jepang yang mengilhami pembuatan kartu macapat ini. Ide membuat permainan ini muncul ketika Fira menonton sebuah permainan kartu Jepang di televisi. Permainan ini berbasis pada puisi Jepang (haiku). Aturan pada haiku adalah jumlah suku kata dan biramanya, agak mirip dengan macapat.

Di jurusannya, Sastra Nusantara Universitas Gadjah Mada (UGM), Fira mendapat kuliah macapat. Perempuan asal Jawa Timur ini tertarik untuk memperkenalkan seni ini lebih luas terutama kepada generasi muda. Maka bersama beberapa kawan-kawannya, Fira membuat proposal ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dalam rangka Program Kegiatan Mahasiswa. Proposalnya lolos. Dan program mereka dibiayai Dikti untuk kemudian pada September 2014 akan diadu dengan program-program mahasiswa dari perguruan tinggi lain se-Indonesia.

Karuta Tembang Macapat, Tatepat, Universitas Gadjah Mada
Durma bait 1 dan 2 yang tercantum dalam kartu wacan

Tim Fira hanya beranggotakan lima orang yang berasal dari berbagai jurusan di UGM. Mereka antara lain dibantu Sri Ratna Saktimulya SS, MHum sebagai dosen pembimbing. Peranan dosen diperlukan karena mereka harus mencari sumber tembang macapat, yang diperoleh di Perpustakaan Pura Pakualaman. Diambillah ajaran Asthabrata yang berasal dari salah satu naskah lama.

Dalam permainan Tatepat ada dua jenis kartu, yakni kartu wacan dan kartu rebutan. Kartu wacan berisi lirik-lirik tembang macapat yang utuh, sedangkan kartu rebutan berisi potongan-potongan tembang macapat. Para pemain masing-masing mendapatkan 28 kartu rebutan. Kelebihan 1 kartu disisihkan.

Tembang pun dilantunkan melalui CD, atau langsung dilantunkan orang lain yang mengacu pada lirik tembang di kartu wacan. Ada sejumlah pilihan ragam macapat, seperti Asmaradana, Megatruh, Sinom, Mijil, Dhandanggula, Durma, dan Pangkur. Masing-masing jenis macapat terkait dengan tokoh dewanya masing-masing. Misalnya, Megatruh dengan Batara Yama, Sinom dengan Batara Surya, dan seterusnya.

Karuta Tembang Macapat, Tatepat, Universitas Gadjah Mada
Beberapa kartu rebutan yang belum mendapatkan pasangannya

Ketika satu bait dilantunkan, maka pemain harus beradu cepat mencari bait lanjutannya di kartunya atau di kartu lawan. Jika ketemu pasangannya, kedua kartu disingkirkan. Pemenangnya adalah siapa yang kartunya habis paling dulu. Peluang menang semakin besar kalau semakin banyak bait tembang yang dihafalkan. Atau setidaknya mengetahui ujung dari lirik tembang yang dicari. Seru dan mengasyikkan memang.

Ada buku panduan yang memberikan informasi berharga. Bukan hanya soal aturan main tetapi juga lirik tembang macapat berbahasa Jawa, terjemahan bahasa Indonesianya, serta profil setiap dewa yang ada dalam ajaran Asthabrata. Dengan demikian, para pemain kartu lambat laun dapat menghafal tembang, memahami isinya, dan mengerti konteksnya.

Pemain juga akan semakin mengenal filosofi ajaran Asthabrata. Misalnya dalam salah satu Sinom diajarkan bahwa yang menjadikan uang itu selamat adalah jika kotorannya disingkirkan sehingga sungguh-sungguh menjadi bersih. Atau, jangan mau uang yang tidak jelas asal-usulnya.

Tak kalah menarik adalah disain pada sisi kartu yang diambil dari naskah lama, yang aslinya ditulis dan digambar dengan tangan, bukan cetakan. Motif-motifnya indah dan menarik. “Ini juga untuk menarik perhatian masyarakat pada naskah lama,” kata Fira.

Karuta Tembang Macapat, Tatepat, Universitas Gadjah Mada
Dua orang mahasiswa sedang fokus bermain Tatepat

Rencananya, kata mahasiswi angkatan tahun 2011 ini, kartu-kartu ini akan dibagikan ke beberapa sekolah. Salah satunya, sekolah dasar di Lempuyangan yang para siswanya telah diajar macapat.

Langkah Fira dan kawan-kawannya patut diapresiasi. Semoga saja Tatepat bisa menjadi salah satu pemenang pada lomba kreativitas mahasiswa nasional. Atau setidaknya, Dikti dapat memperbanyak permainan ini untuk dibagikan ke sekolah, komunitas, kampung dan sebagainya. Sehingga orang dapat asyik bermain sambil mendekatkan diri pada seni macapat serta nilai-nilai luhur di dalamnya.

Naskah dan foto: Barata

Berita budaya

Latest News

  • 14-08-14

    Museum Khusus Jender

    Rumah itu pernah menjadi kediaman Jenderal Sudirman dan keluarga sejak 18 Desember 1945—19 Desember 1948, saat ia menjabat sebagai Panglima Besar... more »
  • 14-08-14

    Ngabuk Wong Meteng

    Pepatah ini mengajarkan bahwa janganlah menyakiti orang yang sudah dalam kondisi atau keadaan lemah. Menyakiti orang yang lemah (fisik, materi,... more »
  • 14-08-14

    Penyair Senior Memba

    Ini kali, penyair yang sudah dikenal sejak dekade 1970-an, dan sampai sekarang masih terus menulis puisi, hadir di Tembi Rumah Budaya untuk... more »
  • 14-08-14

    Jembatan Winongo, Si

    Jembatan ini menjadi sarana penghubung antara Dusun Niten dan Dusun Glondong. Diduga jembatan ini dibangun seiring dengan dengan pembangunan beberapa... more »
  • 13-08-14

    Kesadaran Nasional.

    Judul : Kesadaran Nasional. Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. Jilid I Penulis : Prof. Dr. Slamet Muljana Penerbit : LKiS, 2008, Yogyakarta... more »
  • 13-08-14

    Pameran Seni Rupa Ib

    Pameran di Bentara Budaya Yogyakarta ini, pada 8-17 Agustus 2014, lebih untuk menemukan strategi visual yang dapat menggambarkan keterlibatan dan... more »
  • 12-08-14

    Resep Gudheg Nanas d

    Dalam majalah Kajawen berbahasa dan beraksara Jawa tersebut, Pujirah menulis resep berdasar bahan, bumbu, dan cara memasak untuk “gudbeg nanas”.... more »
  • 12-08-14

    Malam ini di Tembi C

    Tajuk dari Sastra Bulan Purnama ini mengambil kalimat dari tiga judul antologi puisi yang akan di-launching, yaitu “Cicak-Cicak Menatap Takdir Di... more »
  • 12-08-14

    Komik Baru Peter van

    Buku Rampokan ini tidak saja bagus dari sisi goresan ilustratifnya, tetapi juga dari sisi gagasan atau isinya yang berkisar tentang kondisi di Hindia... more »
  • 11-08-14

    De Mata Trick Eye Mu

    Wahana ini memang mampu memberikan hiburan dan kegembiraan bagi pengunjung, terutama yang gemar berfoto ria. Foto-foto 3D yang menjadi latar belakang... more »