Klasikanan Mengenalkan Musik Klasik di Tempat Umum

Author:editorTembi / Date:19-11-2014 / Awal terbentuk Klasikanan ini berasal dari kebiasaan latihan rutin bersama setiap minggu para musisi string itu sejak awal tahun 2014. Kemudian tercetuslah keinginan serius untuk lebih mendekatkan musik klasik kepada publik.

Klasikanan tampil di Taman Langsat, Gandaria, Jakarta Selatan, foto: Marcellina Rosiana
Klasikanan menyuguhkan musik klasik di alam terbuka

Biasanya pertunjukan musik klasik pasti berada di dalam sebuah ruangan atau gedung yang memiliki standar akustik yang baik. Menonton pertunjukan musik klasik baik di Indonesia maupun di negeri Eropa, memiliki tata cara tersendiri misalnya tidak dianjurkan tepuk tangan sebelum lagu selesai dimainkan, telepon genggam tidak dibunyikan nada deringnya, dan mengenakan pakaian yang rapi.

Namun, di Taman Langsat, daerah Gandaria Jakarta Selatan, ada sekelompok musisi string: 4 pemain biola, 3 pemain biola alto, dan 2 pemain Cello sedang memainkan repertoar musik Simple Symphony dari Benjamin Britten, komposer, konduktor dan pianis Inggris. Mereka bermain di area terbuka sore itu. Penonton pun bebas berekspresi tanpa aturan yang kaku dan tetap sopan menyaksikannya.

Mereka adalah sekelompok musisi orkestra yang sebagian besar berasal dari Yogyakarta yang tinggal di Jakarta. Mereka menamakan komunitasnya “Klasikanan”, dari kata “klasik” diambil dari musik klasik dan “-nan”, merupakan imbuhan bahasa Jawa. Mereka memiliki cara tersendiri dalam mendekatkan musik klasik pada publik. Sejak beberapa bulan lalu, mereka mulai memperkenalkan musik klasik di tempat umum seperti di taman, pasar, jalanan, area car free day, dan lainnya agar musik klasik bisa lebih dekat dengan masyarakat.

Awal terbentuk Klasikanan ini berasal dari kebiasaan latihan rutin bersama setiap minggu para musisi string itu sejak awal tahun 2014. Kemudian tercetuslah keinginan serius untuk lebih mendekatkan musik klasik kepada publik. Menurut pendiri dan penggagas Klasikanan sekaligus pemain biola, Condro Kasmoyo, musik klasik jarang diperdengarkan kepada khalayak umum Indonesia sehingga hanya kalangan terbatas saja yang dapat menyenanginya.

Klasikanan tampil di Taman Langsat, Gandaria, Jakarta Selatan, foto: Marcellina Rosiana
Klasikanan pentas di tempat terbuka, supaya masyarakat 
makin mengenal musik klasik

Mereka lantas menyusun strategi agar musik klasik bisa diapresiasi dan disenangi orang tanpa terbebani biaya tiket. Strategi itu adalah mereka mengadakan latihan dan membuat pertunjukan di tempat umum dengan alam terbuka dan ramai pengunjung.

Putri Juree Batubara, ketua pengurus sekaligus sebagai pemain cello, menerangkan tujuan besar dalam jangka panjang adalah membuat concert hall standar Internasional yang dikelola oleh musisi itu sendiri, sebagai wadah para musisi untuk berkarya dan memfasilitasi para penonton untuk dapat menikmati pertunjukan musik dengan kualitas akustik gedung yang baik. “Paling tidak, kalo ada gedung yang difasilitasi oleh seniman, penonton bisa menikmati musik klasik tanpa harus bayar,” tambah Condro. Bukti dari keseriusan mereka adalah membentuk sebuah yayasan berbadan hukum, yang diperkirakan akan selesai bulan Desember tahun ini.

Putri menerangkan, anggota Klasikanan terbuka bagi para musisi yang ingin bergabung. Saat ini, yang aktif dalam latihan rutin setiap minggu adalah kelompok string. Mereka memiliki program Kumpul Klasik setiap 2 minggu sekali yaitu pentas di tempat umum di tempat terbuka. Pada Kumpul Klasik, tidak hanya musisi string saja, musisi orkestra lainnya juga turut bergabung seperti kelompok musisi tiup. Pekan lalu, Klasikanan menggelar Kumpul Klasik di area car free day, yang bekerja sama dengan komunitas JakFlute.

Condro mengaku ingin membuat pertunjukan yang lebih besar lagi dalam format orkestra di tempat terbuka. Putri juga berkeinginan ingin musik klasik pada sekolah-sekolah yang belum pernah menyentuh musik klasik.

Naskah & Foto: Marcellina Rosiana

Berita budaya

Latest News

  • 26-12-14

    Voice of Asmat, Perp

    Pertunjukan musik akustik dibawakan sekelompok anak muda berbakat, yaitu Putri Soesilo, Aji Setyo, Dika Chasmala, dan Alwin. Mereka memadukan rasa... more »
  • 26-12-14

    Puntadewa Masuk Nera

    Puntadewa tersentak hatinya. Ia tidak dapat membayangkan betapa sakit dan sengsara keempat adiknya. Tanpa berpikir panjang, Puntadewa bergegas... more »
  • 24-12-14

    Rumah Kebangsaan. Da

    KRT Jayadipura adalah salah satu tokoh gerakan kebangsaan. Karena itu, tidak heran apabila dalem Jayadipuran sering dipakai untuk pertemuan atau... more »
  • 24-12-14

    Cuplikan dari Festiv

    Kirab atau pawai ini merupakan awal atau pembukaan Festival Seni Budaya Klasik yang diselenggarakan oleh Pura Paku Alaman pada tanggal 17-20 Desember... more »
  • 23-12-14

    Gladhen Tembang Maca

    Pada Gladhen 22 ini tembang yang dipakai untuk belajar adalah tembang Asmarandana yang dilagukan dengan notasi Slobok. Sedangkan teks tembang,... more »
  • 23-12-14

    Pembacaan Puisi untu

    Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga... more »
  • 23-12-14

    Pameran Tunggal Visu

    Bulan Desember 2014 ini Ong ditantang untuk berpameran tunggal oleh Bentara Budaya Yogyakarta, yang sempat membuat dirinya ragu-ragu, antara meng-iya... more »
  • 22-12-14

    Ini Buku Akutansi Za

    Perpustakaan Tembi, yang terbuka untuk umum, menyimpan buku kuno ini yang berisi tentang pengantar ilmu dagang. Istilah sekarang akuntansi. Buku... more »
  • 22-12-14

    “Kecubung Pengasihan

    Perkumpulan Seni Nusantara Baca (PSBN) menggarap cerpen karya Danarto itu menjadi sebuah pertujukan, yang memadukan antara musik, alunan dan... more »
  • 22-12-14

    Tangis Gandrik dalam

    Lakon Tangis yang merupakan naskah karya almarhum Heru Kesawa Murti yang berjudul Tangis, memang menyuguhkan kritik sosial tentang pusaran tipu-tipu... more »