Gending Djaduk Tandai 50 Tahun Perjalanan Musik Djaduk Ferianto

Author:editorTembi / Date:19-08-2014 / Tidak muluk yang diharapkan Djaduk Ferianto sebagai seorang musisi di usianya yang sudah setengah abad. Lewat musik ia ingin berdialog dengan siapa pun.

Gending Djaduk, Tandai 50 Tahun Perjalanan Musik Djaduk Ferianto, TIM, Jakarta, 13 Agustus 2014, foto: Natalia S
Djaduk berdialog dengan video dirinya sendiri di konser ulang Tahunnya

Tepat tanggal 19 Juli 2014, musisi kenamaan Indonesia bernama lengkap Gregorius Djaduk Ferianto berusia 50 tahun. Bukan sekadar perayaan atas setengah abad usianya, konser bertajuk ‘Gending Djaduk’ ini menandai keinginan Djaduk untuk belajar kembali menjadi manusia Indonesia dari sejarah panjang Nusantara lewat musik.

Tak ada kata berhenti untuk selalu belajar kembali dari masa lalu dan kemudian ditafsir kembali dengan visi kebaruan, begitu kira-kira yang tertulis dibuku pengantar konser yang berlangsung di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu malam 13 Agustus lalu.

Tepat pukul 20.15 malam konser Djaduk bersama kelompok musiknya Kua Etnika dibuka. Mengenakan atasan merah-merah Djaduk mengawali konsernya dengan lagu 'Piknik ke Cibulan', sebuah lagu yang pernah didengarkan bersama ayahnya tahun 1979. Lagu ini kemudian dicari dan ditemukan di situs Youtube. “Terima kasih kepada Hj Dariah penyanyi tarling dari Indramayu yang mempopulerkan lagu ini,” katanya di sela pertunjukan.

Gending Djaduk, Tandai 50 Tahun Perjalanan Musik Djaduk Ferianto, TIM, Jakarta, 13 Agustus 2014, foto: Natalia S
Djaduk bersama Kua Etnika

Lagu kedua berjudul ‘Jawa Dwipa’. Djaduk mencoba merepresentasikan bagaimana terbukanya orang Jawa kini terhadap beragam kebudayaan. Ia merekamnya lewat susunan bunyi. Di background panggung sempat terlihat visual yang membeberkan kalimat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ diakhir lagu Djaduk seperti dalam konser-konsernya selalu berkelakar.

“Saya mau bercerita, saya pernah bertemu dengan teman yang malu dengan ke’jawaanya’ jadi setiap bertemu dia berusaha menjawab sapaan saya dengan bahasa gaul Jakarte, tapi ya biarlah. Tapi buat saya dunia Jawa sudah menjadi bagian dari diri saya ‘semangat’ yang tidak bisa hilang dari identitas diri saya,” paparnya.

Di lagu ketiga ‘Bethari’ kembali menceritakan kisah perjalanan karier Djaduk. Komposisi ini pernah dibawakan untuk sebuah opera karya N Riantiarno berjudul ‘Opera Anoman’. Karena melodi lagu ini sangat membekas dalam dirinya dikembangkan kembali sebagai pernyataan Djaduk juga terus berkembang dalam karya-karyanya.

Selain membawakan kurang lebih 10 karya dalam 2 jam konsernya, bukan Djaduk kalau tidak coba menyentil lewat ‘guyonannya’. Beberapa kali ia menyindir calon presiden nomor satu karena tak berhenti ngotot dan tak terima kekalahan.

Tak lupa ia melemparkan pujian kepada calon Presiden Jokowiyang dalam pidatonya kemarin berkata ingin memajukan maritim Indonesia. ‘Cah Ndeso bisa mikir maritim, gimana itu hebat kan,” katanya disambung dengan karya yang kebetulan bertema sama, judulnya ‘Pesisir’. “Budaya pesisir di Nusantara yang sangat meriah dalam warna-warni visual menyemangati saya dalam membuat komposisi ini,” katanya.

Gending Djaduk, Tandai 50 Tahun Perjalanan Musik Djaduk Ferianto, TIM, Jakarta, 13 Agustus 2014, foto: Natalia S
Djaduk memainkan klenengan sapi menjadi komposisi menarik

Di akhir pertunjukan, yang merupakan klimaks dari pagelaran malam itu, Glen Fredly tampil menyanyikan ‘Molukken (Kole-kole)’, sebuah lagu yang menggambarkan sebuah pulau yang ‘bernyanyi’ yang menceritakan indahnya ombak di Teluk Ambon. Melodi-melodi khas Maluku ditambah vokal Glen yang khas membuat konser malam itu istimewa.

Kejutan lain adalah tampilnya Butet Kertaradjasa, kakak Djaduk. Ada beberapa pesan yang disampaikan kepada adiknya malam itu. “Sebagai kakak yang mencintai adiknya, saya mau memberikan nasihat, jagalah kesehatanmu, terus terang aku malas layat kowe (melayat kamu),” katanya, yang mengundang gelak tawa penonton.

Gending Djaduk, Tandai 50 Tahun Perjalanan Musik Djaduk Ferianto, TIM, Jakarta, 13 Agustus 2014, foto: Natalia S
Glen Fredly menambah warna pertunjukan malam itu

“Satu nasihat terakhir, jadilah pemusik, tapi jangan jadi Ahmad Dhani,” ujar Butet yang membuat tawa penonton tak berhenti.

Natalia S.

Berita budaya

Latest News

  • 21-08-14

    Hendrawan Nadesul In

    Selain dikenal sebagai dokter, ia juga penyair. Sejak tahun 1970-an dia sudah menulis puisi. Dalam ‘peta penyair’ di Indonesia, Hendrawan tercatat... more »
  • 21-08-14

    Ukir Perak Kotagede

    Judul : Ukir Perak Kotagede.  Penulis : Dr. Widya Nayati, M.A., dkk  Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya + Pusat Sudi... more »
  • 21-08-14

    Ayam Goreng Sentolo

    Ayam yang diungkeb ini kemudian digoreng dengan waktu yang cepat sehingga tekstur daging dan kulit ayam tidak mengeras seperti ayam goreng pada... more »
  • 21-08-14

    Raya Indonesia Menga

    Raya Indonesia merupakan pertunjukan yang mengajak generasi muda untuk bangun dan meninggalkan ketidakpedulian akan bangsa dan Tanah Air-nya yang... more »
  • 21-08-14

    Faces Of Java, Puisi

    Faces of Java merupakan judul antologi puisi dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris karya Iman Budhi Santosa. Ia penyair yang aktif menulis puisi... more »
  • 21-08-14

    Sinta Ilang, Menghar

    Ki Faizal Noor Singgih menyampaikan pesan pada cerita ‘Sinta Ilang’ bahwa Sinta adalah manusia lemah, namun begitu berharga dan bernilai tinggi di... more »
  • 20-08-14

    Wayang Pusaka Kerato

    Setiap malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pusaka itu diberi berbagai macam sesaji berikut asap dupa ratus. Tujuannya supaya keadaan wayang terjaga... more »
  • 19-08-14

    Monolog Garingan dar

    Meski monolog garingan, tetapi penampilan Thomas cukup bagus. Ia tampil sungguh-sungguh dengan penghayatan peran memikat. Sering kali ia bermain... more »
  • 19-08-14

    Gending Djaduk Tanda

    Tidak muluk yang diharapkan Djaduk Ferianto sebagai seorang musisi di usianya yang sudah setengah abad. Lewat musik ia ingin berdialog dengan siapa... more »
  • 19-08-14

    Kunjungan SMK I Sewo

    Kunjungan ini dirasa perlu untuk melengkapi pengetahuan siswa tentang berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat yang ada di sekitarnya.... more »