Cerpen Terbaik Kompas 2015 Karya Pemuda 20 Tahun

16 Jun 2015 Gairah menulis dan kehidupan sastra di Indonesia semakin baik, setidaknya itu pandangan Myrna Ratna sebagai penyelenggara Penghargaan Cerpen Kompas 2014. Menurut Myrna, cerita pendek di Harian Kompas sudah ada sejak tahun 1967 dan tetap bertahan sampai hari ini. Sebagai perbandingan, tahun 2011 ada 3.224 cerpen yang diterima Kompas, tahun 2014 ada 5.452 cerpen yang diterima, padahal dalam setahun, paling banyak 50 cerpen yang dimuat.

Sepanjang 2014, harian Kompas memuat 49 cerpen dalam setiap edisi Kompas Minggu, sebanyak 24 di antaranya terpilih untuk dimasukkan dalam buku antologi Cerpen Pilihan Kompas 2014. Cerpen dalam antologi tersebut karya Afrizal Malna (Arsip Aku di Kedalaman Krisis), Agus Noor (Penyair yang Jatuh Cinta pada Telepon Genggamnya), Anggun Prameswari (Wanita dan Semut-semut di Kepalanya), Budi Darma (Angela), Des Alwi (Ms. Watson), Djenar Maesa Ayu (Tenggat Waktu), Eep Saefulloh Fatah (Neka), Faisal Oddang (Di Tubuh Tarra, Dalam Rahim Pohon), Gde Aryantha Soethama (Menunda-nunda Mati).

Penulis selanjutnya: Guntur Alam (Harimau Belang), Gus tf Sakai (Beras Genggam), Indra Tranggono (Garong), Joko Pinurbo (Jalan Asu), Made Adnyana Ole (Darah Pembasuh Luka), Parakitri T Simbolon (Kaing-kaing Anjing Terlilit Jaring), Putu Wijaya (Protes), Radhar Panca Dahana (Jalan Sunyi Kota Mati), Sapardi Djoko Damono (Lima Cerpen Sapardi Djoko Damono), Seno Gumira Ajidarma (Travelogue), Tenni Purwanti (Joyeux Anniversaire), Triyanto Triwikromo (Dongeng New York Miring untuk Aimee Roux), Vika Wisnu (Pacar Pertama), Yanusa Nugroho (Bukit Cahaya), Zaidinoor (Bulu Bariyaban).

Di antara cerpen pilihan tersebut, Di Tubuh Tarra, Dalam Rahim Pohon karya Faisal Odang menjadi Cerpen Terbaik Kompas 2014. Menurut Efix Mulyadi, salah satu juri, jika dirunut ke belakang, banyak karya yang mengusung ‘warna lokal’ mengisi rubrik cerpen Kompas. 

Seperti karya Faisal Oddang yang coba menampilkan wajah lain Sulawesi Selatan. Di cerpennya, Faisal tak hanya menceritakan Passiliran (kuburan bayi di Toraja, dibuat di pohon tarra) sebagai budaya dan obyek wisaya Toraja saja, namun ada cerita eksploitasi dan pencurian mayat bayi di sana.

Meski begitu, kisah yang dituturkan Faisal Oddang bukan berarti dipilih semata-mata menggarap warna lokal Toraja, namun cerpen tersebut memiliki syarat dan kelengkapan sebagai cerpen yang baik.

Saat namanya dipanggil dari kerumunan penulis ternama di atas panggung dalam acara Malam penghargaan Cerpen Kompas 2015 yang digelar di Bentara Budaya Jakarta pada Rabu malam, 10 Juni 2015, Faisal sempat kaget tak menyangka, apalagi ia kerap bersembunyi di belakang. Tak banyak yang dia ungkapkan.

“Ini cerpen pertamaku yang dimuat di Kompas, dan ini kali pertama aku berdiri di antara orang-orang hebat. Saya tidak ingin banyak bicara, karena itu tugas karya saya,” ungkap pemuda 20 tahun yang pernah menyabet Asean Young Writer Award 2014 ini. Faisal Oddang memang berdiri berjajar dengan para penulis kawakan lainnya seperti Budi Darma, Agus Noor, Djenar Maesa Ayu, Sapardi Djoko Damono.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap karya Cerpen Terbaik Kompas diintepretasikan kedalam pertunjukan seni, kali ini Teater Boneka Papermoon dari Yogyakarta berhasil membawakan cerita pendek Faisal dengan apik.

Malam penghargaan ditutup dengan penampilan personil grup band legendaris God Bless,. Meski identik dengan musik rock, God Bless juga populer dengan lagu-lagu balada. Pada malam penghargaan ini, mereka tampil secara akustik untuk menyuguhkan lagu-lagu balada, seperti ‘Rumah Kita’, ‘Kehidupan’, ‘Panggung Sandiwara’.

Natalia S.
Foto : Rosiana
 

Cerpen Pilihan Kompas 2015, Penulis Muda Jadi Juara, Foto : Rosiana Cerpen Pilihan Kompas 2015, Penulis Muda Jadi Juara, Foto : Rosiana Cerpen Pilihan Kompas 2015, Penulis Muda Jadi Juara, Foto : Rosiana Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 05-01-16

    Kegetiran di Balik F

    Adalah Diego Zapatero, orang dari Spanyol yang hobinya memotret. Dalam dua tahun terakhir ini ia berada di Indonesia, dan menetap di Yogyakarta. Di... more »
  • 05-01-16

    Getas Banjaran Raksa

    Getas Banjaran atau Getah Banjaran adalah sosok yang mempunyai ujud aneh dan tidak lazim. Bagaimana tidak aneh? Badannya raksasa tetapi kepalanya... more »
  • 05-01-16

    Album Foto Masa Pera

    Buku ini berisi foto-foto (beserta keterangannya) tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama pada masa Agresi... more »
  • 04-01-16

    Penghargaan Anugerah

    Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Dinas Kebudayaan DIY memberikan penghargaan Anugerah Budaya 2015 kepada 14 pelaku budaya DIY yang... more »
  • 04-01-16

    Mengenal dan Memaham

    Judul : Inventarisasi Komunitas Adat Tengger Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur Penulis : J. Nicolaas Warouw, dkk... more »
  • 04-01-16

    Penyair Membaca Puis

    Puisi dan seni lukis dipertemukan dalam acara pembukaan pameran seni rupa karya Jupri Abdullah, Senin malam, 14 Desember 2015 di Tembi Rumah Budaya,... more »
  • 04-01-16

    Rabu Kliwon Ini Hari

    Perhitungan ini berdasarkan perhitungan primbon Panca Suda. Panca = lima, suda = dikurangi. Lima dikurangi satu sama dengan empat. Ada empat... more »
  • 23-12-15

    Buku Tentang Kepahla

    Babad Trunajaya-Surapati merupakan salah satu buku lawas di Perpustakaan Tembi Rumah Budaya yang mengisahkan tentang kepahlawanan Trunajaya dan... more »
  • 23-12-15

    Sing Bisa Momong, Mo

    Dalam kehidupan sehari-hari tiga hal ini sangat diperlukan untuk pedoman hidup agar manusia menjadi lebih bijaksana dan arif dalam pengertian lahir... more »
  • 22-12-15

    Karya Seni dalam Kem

    Pameran ini sudah berlangsung sejak 12 Desember 2015, dan akan berakhir pada 31 Desember 2015. Gapura, kependekan dari Gabungan Perupa Yogyakarta,... more »