Art Care, Syawalan Para Seniman

28 Jul 2015 Seniman yang terlibat dalam pameran ini relatif banyak, baik itu seniman usia muda maupun seniman berusia lanjut. Untuk sekadar menyebut nama misalnya ada Djoko Pekik, Bayu Wardhana, Yuswantoro Adi, Andre Tanama, Edy Sunaryo, Bambang Herras, Budi Ubrux, Melodia, Hermanu, Susilo Edi Purwanto, Wayan Cahya

Seminggu pasca Hari Raya Lebaran, Bentara Budaya Yogyakarta menyelenggarakan perhelatan Art Care, yakni pameran bersama sejumlah seniman. Perhelatan yang dibuka Jumat malam, 24 Juli 2015, ini sekaligus sebagai wujud syawalan sekaligus silaturahmi antarseniman-budayawan.

Dalam sambutannya Rama Dr GP Sindhunata SJ menyatakan bahwa kesenian semestinya berada di atas sekian perbedaan yang ada. Artinya, kesenian tidak mengenal sekat-sekat perbedaan dan perbedaan itu sendiri semestinya tidak ditegas-tegaskan. Kebenaran semestinya juga tidak menjadi klaim-klaim tunggal kelompok atau golongan tertentu sehingga menafikan yang lain.      

“Manusia pada intinya adalah makhluk yang lemah yang selalu punya salah dan dosa. Sudah sepantasnyalah kita saling memaafkan dengan ketulusan dan kedalaman hati,” tutur Rama Sindhunata.

Perdamaian, persaudaraan, lanjut dia, adalah sesuatu yang dicita-citakan atau dibutuhkan bersama. Perdamaian itu sendiri mengindikasikan bahwa di dalamnya ada perbedaan. Sedangkan perbedaan itu sendiri adalah sesuatu yang wajar dalam dunia kehidupan apa pun.

Untuk itulah BBY menghelat pameran bersama dengan tema Art Care. Intinya, kata Rama Sindhunata, agar kita sebagai seniman lebih peduli pada seni. Berani bicara melalui seni. Keprihatinan muncul akhir-akhir ini karena berbagai bentuk ekspresi mengalami represi sementara banyak pihak memilih diam. Art Care ingin menyatakan lebih peduli lagi kepada karya seni dan senimannya. Pameran kali ini pun dilaksanakan sebagai semacam bazar seni. Karya yang dipamerkan dijual kepada masyarakat yang berminat.

Pameran senirupa Art Care ini dimaksudkan sebagai penutup kegiatan pameran senirupa BBY di bulan Juli ini, yang diawali dengan workshop komik berlanjut dengan pameran fotografi analog. Oleh karena pameran bersama, maka seniman yang terlibat relatif banyak, baik itu seniman usia muda maupun seniman berusia lanjut. Untuk sekadar menyebut nama misalnya ada Djoko Pekik, Bayu Wardhana, Yuswantoro Adi, Andre Tanama, Edy Sunaryo, Bambang Herras, Budi Ubrux, Melodia, Hermanu, Susilo Edi Purwanto, Wayan Cahya, Theresia A. Sitompul, Lakshmi Shitaresmi, Erica Hestu Wahyuni, Laksmi Shitaresmi, Sulasno, dan lain-lain.

Oleh karena pameran ini melibatkan sekian banyak seniman, tentu saja gaya, karakter, dan tema karya seni rupa yang dipamerkan juga beraneka macam. Djoko Pekik menyuguhkan karya bertemakan Parangtritis dengan porsi besar pada sisi perbukitan, kebun kelapa di sisi utara pantai serta gerak kehidupan masyakaratnya yang kelihatan masih hidup dalam ketenteraman ala pedusunan sementara laut ditampilkan dalam porsi cukup sebagai aksentuasi akan suasana pantainya.

Sementara Laksmi Shitaresmi menyuguhkan karya patung berbahan kuningan dengan tema Wanita Kota. Wanita Kota digambarkannya dalam wujud manusia setengah binatang, yakni kepala berwujud wanita cantik dengan bando namun badannya berwujud unggas (ayam). Barangkali Laksmi memang menyampaikan simbol tentang kehidupan wanita kota yang hampir selalu bergelut antara keinginan, peran, atribut, fungsi, dalam belitan situasi yang menyebabkannya laksana manusia sekaligus ayam.

Melodia mempresentasikan lukisan dengan tema Pagi di Pematang. Sapuan kuasnya yang halus, perpaduan warnanya yang matang, tangkapan suasananya yang jeli, serta gambar bentuk realisnya yang sempurna menjadikan lukisan Melodia seperti sebuah seni foto. Detil konstruksi sepeda yang bertumpuk menjadi objek yang memikatnya untuk masuk ke dalam suasana pagi di pematang seperti yang dilukisnya. Pada karyanya kita seperti dibawa masuk pula dalam suasana pagi di tepi sawah yang mengesankan rasa romantik.

Naskah dan foto:a.sartono

Salah satu performing pembukaan pameran senirupa di Bentara Budaya Yogyakarta, difoto: Jumat, 24 Juli 2015, foto: a.sartono Parangtritis, 1988, 95 cm x 130 cm, oil on canvas, karya Djoko Pekik, difoto: Jumat, 24 Juli 2015, foto: a.sartono Wanita Kota, 2008, 16, 2 cm x 50 cm, bronze, edisi 4/7, karya Laksmi Shitaresmi, difoto: Jumat, 24 Juli 2015, foto: a.sartono Pagi di Pematang, 2014, 35 cm x 75 cm, oil on canvas, karya Melodia, difoto: Jumat, 24 Juli 2015, foto: a.sartono Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 03-08-15

    Sendang Kali Ayu Dod

    Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di... more »
  • 03-08-15

    Wayang Pesisiran Tam

    Ki Tri Luwih Wiwin Nusantara dari Kayen, Kota Pati, Jawa Tengah, mendapat kesempatan tampil mendalang, lengkap bersama rombongan pengrawit serta... more »
  • 01-08-15

    Hari Baik dan Hari J

    Orang yang lahir pada Selasa Kliwon, pada periode usia 0 s/d 12 tahun, adalah ‘PA’ Pandhita, baik. Usia 12 s/d 24 tahun, adalah ‘SA’ Sunan, baik.... more »
  • 01-08-15

    Tajong Samarinda Dib

    Tajong Samarinda pada mulanya dibawa oleh para pendatang Suku Bugis Wajo yang berpindah ke Samarinda karena tidak mau patuh pada perjanjian Bongaja... more »
  • 01-08-15

    UU Tata Niaga Gula d

    Di Perpustakaan Tembi tersimpan dengan baik buku lawas ini yang berisi tentang undang-undang tata niaga gula di Hindia Belanda. Peraturan ini... more »
  • 31-07-15

    Kue Cubit Kudapan Po

    Berawal dari makanan cemilan gerobak yang banyak dijual di sekolah-sekolah dasar, kue mungil berbahan dasar tepung ini semakin populer bahkan “naik... more »
  • 31-07-15

    mas Bekel

    mas Bekel more »
  • 28-07-15

    Masalah Ekologi Indo

    Buku ini berisi tentang masalah ekologi terutama di Indonesia dalam perspektif dekade 1950-an. Pertambahan jumlah penduduk mau tidak mau memang akan... more »
  • 28-07-15

    From The New World d

    Indonesian Youth Symphony Orchestra (IYSO) kembali tampil di Tembi Rumah Budaya dengan melibatkan banyak anggota Sri Aman Orchestra, Malaysia,... more »
  • 28-07-15

    Penggurit Dua Kota A

    Para penggurit dari dua kota, Yogyakarta dan Surabaya, akan tampil bersama dalam launching antologi geguritan karya masing-masing penggurit, Jumat 31... more »