Aku Rapopo: Jokowi Berdiri Para Mantan Presiden Duduk

Author:editorTembi / Date:20-11-2014 / Pameran seni rupa tiga dimensi dengan tajuk ‘Aku Rapopo’ ini mencoba merespon gejala sosial politik tanpa heroisme, namun sangat artistik. Para perupa dari Kelompok ‘Buto Cakil’ ini tidak mengajak marah melihat gejala sosial politik yang ruwet, tapi malah mengajak tersenyum dan tidak menghilangkan sikap kritis.

Anak-anak sapi karya Amboro Liring dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro
Anak-anak Sapi karya Amboro Liring

Para mantan Presiden Republik Indonesia (alm) Soekarno, (alm) Soeharto, BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono sedang duduk melingkar, dan di luar area mantan presiden itu, Presiden Joko Widodo berdiri dengan posisi tangannya ngapurancang, sambil tersenyum.

Adegan tersebut merupakan visual dari karya seni rupa dalam bentuk patung yang diberi judul “Sapta Pesona’ karya Budi Barnabas yang dipamerkan pada 11-19 November 2014 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto 2, Kotabaru. Selain karya ini, masih ada 3 karya patung lainnya yang dipamerkan.

Pameran seni rupa tiga dimensi dari kelompok ‘Buto Cakil” dengan menyajikan tiga karya rupa yang diberi tajuk ‘Aku Rapopo’, tampaknya merespon situasi politik negeri kita. Kisah Jokowi dan para mantan presiden yang sedang duduk adalah salah satu bentuk dari respon kultural dari situasi politik.

Mungkin, sambil tersenyum, Jokowi berbisik pada para mantan presiden bahwa dia ‘ora popo’ (tidak apa-apa) berada di luar mereka. Karena Jokowi akan mengambil langkah lain dari apa yang (sudah) mereka lakukan. Maka, pilihan Jokowi berada di luar area sambil berdiri, mungkin menandakan ia akan meninggalkan para mantan itu.

Sangkan Paran karya Martopo dipemarkan di Bentara Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro
Sangkan Paran karya Martopo

Sedangkan ‘Sangkan Paran’ karya Martopo menyajikan visual seorang perempuan hamil sedang tidur. Mungkin hendak melahirkan. Posisi tidurnya melayang sehingga terlihat bahwa perempuan hamil tersebut tidak menyentuh tempat tidur. Antara tubuh dan tempat tidur ada jarak yang memisahkan.

Barangkali, melalui karya ini, perupanya hendak menyampaikan sesuatu hal mengenai kehidupan, yang memiliki jarak antara yang tampak dan tidak tampak, tetapi keduanya menyatu. Persis seperti bayi dalam kandungan, yang menyatu dengan ibunya, tetapi sesungguhnya berjarak: bayi dan kehidupan di luar kuasa perempuan yang mengandung.

Dalam kata lain, ‘Sangkan Paran’ berkisah mengenai misteri kehidupan yang tak pernah bisa dimasuki, tetapi orang selalu berusaha untuk mengenalinya, dan setiapkali akan memasukinya, selalu saja tak ada ruang yang bisa dimasuki. Karena itu, Martopo menyajikan karya dalam jarak antara manusia dan bumi.

Karya yang lain berjudul ‘Anak-anak Sapi’ oleh Amboro Liring, menyajikan seekor sapi dan anak-anak sedang menetek sapi. Jadi, anak-anak sapi yang disajikan bukan berupa pedhet, nama anak sapi, melainkan beberapa bocah yang akrab dengan seekor sapi. Agaknya, Amboro sedang berbisik, bahwa anak-anak zaman sekarang dibesarkan bukan dengan ASI, melainkan susu pabrik.

Pameran seni rupa tiga dimensi dengan tajuk ‘Aku Rapopo’ ini mencoba merespon gejala sosial politik tanpa heroisme, namun sangat artistik. Tak ada gejolak dan kemarahan, tetapi tidak sepi dari sindiran. Para perupa dari Kelompok ‘Buto Cakil’ ini tidak mengajak marah melihat gejala sosial politik yang ruwet, tapi malah mengajak tersenyum dan tidak menghilangkan sikap kritis.

Sapta Pesona karya Budi Barnabas dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, Foto: Ons Untoro
Sapta Pesona, karya Budi Barnabas

Karya-karya yang dipamerkan ini sarat dengan kritik sosial, tetapi tidak jatuh dalam sinisme. Mengambil formula tema yang akrab dan dikenal luas, yakni ‘Aku Rapopo’ adalah upaya untuk menunjukkan bahwa permasalahan yang digulirkan merupakan milik kita bersama, termasuk misteri hidup pada “Sangkan Paran’.

Melalui karya seni kritik bisa disampaikan dengan penuh estetis dan orang akan merasa nyaman melihatnya serta tidak merasa diprovokasi dan ‘Aku Rapopo’ rasanya mengena dari segi itu.

Naskah dan foto: Ons Untoro

Berita budaya

Latest News

  • 22-11-14

    Watak Orang Minggu L

    Watak orang Selasa Pon : tenang, konsisten, murah senyum dan kasih kepada saudara, mudah menyerap ilmu yang diajarkan, tidak suka ditanya untuk... more »
  • 22-11-14

    Pangot, Alat Spesial

    Pangot adalah jenis pisau dapur yang bagian pucuknya runcing. Dalam penggunaan sehari-hari, pangot digunakan untuk mencukil daging kelapa yang hendak... more »
  • 22-11-14

    Petruk Dadi Guru Wa

    Lakon “Petruk Dadi Guru” persembahan Wayang Orang Sriwedari Solo akan digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta 29 November 2014.... more »
  • 21-11-14

    Daya Pikat Waosan Ce

    Pembacaan cerkak dan geguritan (cerita pendek berbahasa Jawa dan puisi Jawa) dalam kemasan yang bersahaja ternyata mampu menyuguhkan kualitas... more »
  • 21-11-14

    ‘Kulepas Dia Terbang

    Lagu puisi tersebut dipentaskan di acara Sastra Bulan Purnama edisi ke-38, yang diselenggarakan Senin malam 10 November 2014 di Amphytheater Tembi... more »
  • 20-11-14

    Aku Rapopo: Jokowi B

    Pameran seni rupa tiga dimensi dengan tajuk ‘Aku Rapopo’ ini mencoba merespon gejala sosial politik tanpa heroisme, namun sangat artistik. Para... more »
  • 20-11-14

    Keris sebagai Warisa

    Keris bukan hanya unggul pada sisi fisik dan teknologi metalurgi, namun juga dalam di sisi filosofinya. Mengenakan keris dengan berbagai posisi pun... more »
  • 19-11-14

    Membatik, Tahap Demi

    Buku ini adalah salah satu sumber untuk belajar membatik. Isinya sederhana dan ringkas. Menerangkan tentang alat dan bahan untuk membatik, tahapan-... more »
  • 19-11-14

    Denmas Bekel 10 Nove

    more »
  • 19-11-14

    Klasikanan Mengenalk

    Awal terbentuk Klasikanan ini berasal dari kebiasaan latihan rutin bersama setiap minggu para musisi string itu sejak awal tahun 2014. Kemudian... more »