100 Puisi Yuliani Kumudaswari Di Sastra Bulan Purnama

14 Apr 2016 Antologi puisi yang diberi judul ‘100 Puisi Yuliani Kumudaswari’ karya Yuliani Kumudaswari, penyair yang tinggal di Sidoarjo, akan di-launching di Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan Tembi Rumah Budaya, Jumat, 22 April 2016, pukul 19.30 di Pendapa Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Puisi-puisi karya Yuliani, meski tanpa judul, tetapi menyajikan beragam tema yang tidak berbelit-belit dalam memilih kosa kata. Metafor dalam puisinya serasa memberi kesegaran pada puisinya, dan rasanya puisi karyanya tidak berada ‘di ruang gelap’ yang orang susah untuk memahaminya.

Melalui puisi karyanya, seolah kita diajak mengerti terhadap Yuliani. Seolah kita diajak masuk dalam kehidupan dan dunia pribadinya, dan sesekali kita diminta  untuk mendengar cerita yang sedang dia sampaikan. Puisi dan Yuliani seolah dirinya yang mudah akrab dalam bersahabat. Kisah dalam puisi yang disampaikan seolah seperti dia sedang bertutur kepada orang lain. Coba kita simak satu puisi darinya:

                       [5]

jalan tol ini

membelah kabut

asap menyekap senyap pagi

matahari terkubur

mereka katakan ini kemarau

namun kemaruk membakar jidat segelintir

sepertinya Oktober tidak lewat disini

atau tanah ini kehilangan musim

Dari 100 puisi Yuliani, kita bisa tahu, bahwa dia suka menjelajah tempat-tempat, dan menikmati alam. Terlihat sekali Yuliani menyukai suasana alam, namun juga menikmati tempat-tempat, mungkin tempat belanja atau tempat-tempat lain yang bisa digunakan menikmati hidup, untuk sejenak mengusir kejenuhan. Maka, kata ‘eskalator’ pada puisinya bisa kita mengerti bahwa Yuliani tidak asing terhadap bangunan-bangunan modern.

Yuliani juga berkisah, saat di suatu tempat dia tidak bisa memberi kabar karena sinyal hp hilang. Kisah ini seperti memberitahukan bahwa dia tidak bisa jauh dengan orang lain, lebih-lebih suami dan anak-anaknya. Hanya karena sinyal. Yuliani mungkin sedang berada di tempat yang tidak ramah dengan sinyal, dan seolah seperti betul-betul dijauhkan. Coba kita dengarkan satu puisi lainnya:

[16]

aku ingin mengirimu kabar

tentang jentik jentik bermetamorfosa

menjadi ribuan kuda yang berderap

di lamunan

namun sinyal hilang tersapu banjir

padahal hujan belum tiba

rupanya hanya pecahan sungai

kerinduan sedalam teluk di Tanjung Perak

Puisi-puisinya seringkali dimulai dari kisah personal, namun sebenarnya dia sedang  bercerita hal-hal lain menyangkut kisah-kisah sosial, dan terkadang mengkritik, meski tidak heroik, namun terasa tajam,yang dalam bahasa dia ‘sinyal hilang tersapu banjir’. Yuliani seolah sedang menggugat,  bisnis telekomunikasi yang sering  ‘merugikan’ konsumen, malah menyalahkan alam sebagai penyebabnya.

Dalam launching antologi puisi ini, para pembaca perempuan diantaranya Annisa Hertami Kusumastuti, Ardi Susanti, Endah Raharjo, Endah Sr, Gendis Pawestri, Ida Fitri, Savitri Damayanti dan Watie Respati akan tampil membacakan puisi-puisi Yuliani. Selain itu Sri Krishna dan Jejak Imagi akan mengolah puisi karya Yuliani menjadi lagu puisi.

Ons Untoro

Buku antologi puisi karya Yuliani Kumudaswari yang akan dilaunching di Sastra Bulan Purnama, foto: dok Tembi Yuliani Kumudaswari, penyair yang kini tinggal di Sidoarjo yang menulis antologi puisi ‘100 Puisi Yuliani Kumudaswari, foto: dok Tembi Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 16-04-16

    Masuk Mangsa Kasebel

    Pranatamangsa masuk mangsa Kesebelas atau disebut Desta. Mangsa Desta ini umurnya 23 hari, mulai 19 April s/d 11 Mei. Candranya ‘Sotya Sinarawedi’... more »
  • 16-04-16

    Karya Seni Serba Bes

    Pameran lukisan Maman Rahman dan Dwi Martono yang dilaksanakan di Taman Budaya Yogyakarta  (TBY) 14-23 April 2016 menyuguhkan ukuran lukisan... more »
  • 16-04-16

    Baso Oen yang Gurih

    Kualitas baso tak pernah lepas dari kualitas dagingnya. Begitu pun dengan baso di warung Baso Oen di Jalan Parangtritis Km 7, Sewon, Bantul. Melihat... more »
  • 15-04-16

    Panyutra, Sejarah Ka

    Sejarah kampung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari warga yang menghuninya. Ia menjadi identitas, kebanggan, dan bahkan tali pengikat... more »
  • 15-04-16

    Belajar dari Kegigih

    Nama Dr Sardjito bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, tentu sudah tidak asing lagi. Karena nama itu, sekarang ini dijadikan nama Rumah Sakit... more »
  • 14-04-16

    Upaya Keras Melestar

    Judul    : Upaya Pelestarian Situs Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur 1983 – 1995 Penulis      :... more »
  • 14-04-16

    100 Puisi Yuliani Ku

    Antologi puisi yang diberi judul ‘100 Puisi Yuliani Kumudaswari’ karya Yuliani Kumudaswari, penyair yang tinggal di Sidoarjo, akan di-launching di... more »
  • 14-04-16

    Menu Vegan Serba Seh

    Makan sehat dan nikmat tentu menjadi dambaan semua orang. Nah, untuk bulan April 2016 ini secara khusus Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya... more »
  • 13-04-16

    Denmas Bekel 13 Apri

    Denmas Bekel 13 April 2016 more »
  • 13-04-16

    Pameran Keramik Tiga

    Pameran keramik di Tirana House yang berakhir pada 5 April lalu bisa dikatakan sebagai penegasan atas lahirnya sarjana perupa. Perupa yang dihasilkan... more »