PNS Jawa Timur ini Melukis di Baju

Author:editorTembi / Date:13-03-2015 / Perupa dari Surabaya itu, yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, mengambil pilihan lain dari kecenderungan yang dilakukan oleh kebanyakan perupa yang memilih kanvas sebagai media untuk berkarya.

Baju Untuk Rakyat, salah satu karya Hendrik yang dipamerkan di ruang pamer Tembi Rumah Budaya, foto: Agus Ania
Baju Untuk Rakyat

Judul karya Hendrik “Baju Untuk Rakyat” berupa lukisan di baju, bukan di kanvas. Itulah salah satu karya Hendrik, yang dipamerkan di ruang pamer Tembi rumah Budaya 7-14 Maret 2015.

Perupa dari Surabaya itu, yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, mengambil pilihan lain dari kecenderungan yang dilakukan oleh kebanyakan perupa yang memilih kanvas sebagai media untuk berkarya. Tetapi bukan berarti ia menghindari kanvas, karena selain di atas baju, Hendrik juga melukis di atas kanvas. Hanya saja karya-karya yang dipamerkan ini adalah karya yang menggunakan baju sebagai media.

Pameran menghadirkan tajuk “Mikul Dhuwur Mendhem Jero”. Judul “Baju Untuk Rakyat” tersebut, menggunakan baju lengan pendek berwarna hijau sebagai media, dan menyajikan visual wajah Gus Dur. Melalui karya ini, Hendrik seolah hendak mengatakan Gus Dur adalah sosok pemimpin rakyat.

Karya Hendrik memang menyajikan kisah yang bermacam-macam. Ada karya yang menyajikan kritik sosial, misalnya pada karya berjudul “Hutanku Keputihan”, yang dibuat di baju ukuran L. Situasi hutan gundul, yang dominan warna putih seperti memberikan kisah yang pilu mengenai keadaan hutan kita.

Ada juga karya yang berjudul “Sketsa dan Nelayan”, yang menggambarkan nelayan sedang melaut. Melalui karya ini Hendrik menyajikan perjuangan nelayan tradisional yang sedang menangkap ikan di tengah laut.

Meski tidak terlalu istimewa, tetapi karya-karya Hendrik mencoba tidak sepi dari makna. Dia berusaha “berbicara” melalui karyanya kepada publik.

Suasana ruang pamer Tembi Rumah Budaya, para hadirin sedang menikmati pameran karya Hendrik, foto: Agus Ania
Suasana pameran karya Hendrik di Tembi Rumah Budaya

Hendrik terkadang menangkap lintasan kisah yang kemudian dia tangkap. Ia merasa tidak perlu memasuki lebih dalam dan lintasan itu. Sia ambil jejaknya, misalnya bisa dilihat pada karya berjudul “Jejak 14 Manusia Bersih”. Visual dari jejak itu berupa telapak kaki manusia, yang ukurannya berbeda-beda, bahkan ada jejak telapak kaki anak-anak.

Kata “Manusia bersih” pada judul karya ini, menunjukan sesuatu yang belum jelas, karena tanda dari sesuatu yang disebut bersih hanya berupa telapak kaki, dan warna-warna lain yang melengkapi pada karya. Warna putih pada semua jejak telapak kaki, tampaknya adalah upaya untuk menunjuk apa yang disebut sebagai ‘bersih’ itu.

Ada yang menarik dari salah satu karya Hendrik, yang diberi judul “Mbah Darmo”, yang dilukis dengan cat acrylic di baju ukuran L. Visual dari lukisan ini berupa wajah orang, yang memiliki kumis melintang, dan mengenakan pakaian tentara lengkap dengan bintang tiga dan perlengkapan lain laiknya yang digunakan pada pakaian tentara yang pangkatnya tinggi.

Dari karya-karya Hendrik, kita seperti diajak untuk memahami bahwa baju, tidak hanya sekadar dipakai, melainkan bisa digunanakan sebagai media karya seni. Padahal, baju yang dipakai melukis bukan baju bekas, melainkan baju baru.

Beberapa karya Handrik yang menggunakan baju sebagai media dipajang di ruang pamer Tembi Rumah Budaya, foto: Agus Anian
Beberapa karya Hendrik di atas baju

“Saya memang sengaja memilih baju baru agar orang tahu bahwa saya sungguh-sungguh berkarya seni menggunakan media baju,” ujar Hendrik.

Kisah Hendrik dengan lukisan di baju, kiranya merupakan narasi perjalanannya dalam berkarya agar apa yang dilakukan memiliki arti bagi langkahnya. Dia tahu, baju sebagai media seni lukis bukan sesuatu yang baru. Bedanya, Hendrik hanya membuat satu karya pada satu baju, sehingga karyanya termasuk sebagai karya seni, bukan sebagai kerajinan.

Ons Untoro 
Foto: Agus Ania

Bale Rupa Pameran

Latest News

  • 15-05-15

    Publikasi dan Promos

    Bagaimana caranya menarik masyarakat mau berkunjung ke museum, bisa dikemas dengan berbagai kegiatan yang melibatkan pengunjung, seperti pengunjung... more »
  • 15-05-15

    ‘Sang Nata’ Memaduka

    Sang Nata merupakan lakon ketoprak yang diadaptasi dari naskah ‘Oedipus’ karya Sophocles, yang biasa dipentaskan sebagai pertunjukan teater. Sang... more »
  • 15-05-15

    Festival Printemps F

    Rutin diadakan setiap tahun, festival seni budaya Printemps Français memasuki tahun ke-11. Berbagai kolaborasi seni Indonesia dan Prancis akan... more »
  • 15-05-15

    Cipuk Sang Peragawat

    Sri Setyawati Mulyani atau akrab disapa Cipuk sebelumnya telah akrab dengan dunia keperagawatian atau model di Yogyakarta. Keputusannya menjadi... more »
  • 13-05-15

    Sensasi Steak Nyamle

    Tampilannya yang “kebul-kebul” dengan kuah kental plus irisan kentang goreng, kacang buncis, kembang kol, bawang bombay, dan irisan wortel... more »
  • 13-05-15

    Pesta Anak “Indonesi

    Galeri Nasional Indonesia yang bertempat di Gambir Jakarta Pusat bekerja sama dengan Yayasan SEIBUBANGSA (Seikat Bakti Untuk Bangsa) menggelar acara... more »
  • 13-05-15

    Merti Dusun dan Seni

    Merti dusun adalah salah satu tradisi ritual sebagai rasa syukur setelah panen. Tradisi ini sempat menghilang di Dusun Krapyak Wetan, Pundong, Bantul... more »
  • 12-05-15

    Pameran Retrospektif

    Galeri Nasional Indonesia bekerja sama dengan Sanggar Ligar Sari ’64 Bandung menggelar pameran “Pada Cermin I On Mirror” pada 30 April – 12 Mei 2015... more »
  • 12-05-15

    Pameran Gerakan Komi

    Sebanyak 24 komikus dari Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya membawa karyanya untuk dipamerkan dalam rangkaian acara 10 Tahun... more »
  • 12-05-15

    Indahnya merekam dal

    Larik puitis ini bukan dalam acara pembacaan puisi namun pameran fotografi Unit Fotografi (UFO) Universitas Gadjah Mada (UGM). Dengan tema ‘Merekam... more »