Pameran Karya Hendrik Dibuka dengan Pembacaan Puisi

11 Mar 2015 Pembukaan pameran seni rupa karya Hendrik ini dimeriahkan pembacaan puisi oleh beberapa penyair Yogya, diantaranya Daru Maheldaswara, selain penyair dikenal juga sebagai pemain teater. Menik, seorang penyair perempuan asal Surabaya yang tinggal di Yogya dan Budhi Wiryawan, seorang penyair dan penulis esai.

Hendrik dan Sihono dalam pembukaan pameran seni rupa karya Hendrik di Tembi Rumah Budaya, foto: AgusAnia
Hendrik dan Sihono

Sihono, ketua PWI Yogya, termangu berdiri di atas panggung Pendapa  Tembi Rumah Budaya. Pasalnya, dia bukan hendak memberikan pidato jurnalistik, melainkan diminta memberikan pidato pembukan pameran seni rupa karya Hendrik, Sabtu malam 7 Maret 2015 di  Tembi Rumah Budaya.

“Aneh. Ini betul-betul aneh. Saya yang tidak bersentuhan dengan seni rupa diminta membuka pameran seni rupa. Keanehan kedua, karya lukis ini menggunakan media baju, bukan kanvas sebagai umumnya seni lukis menggunakanya. Tetapi jangan kaget, justru yang aneh inilah yang menarik,” kata Sihono dalam mengawali pmbukaan pameran seni rupa karya Hendrik.

Bagi Sihono, pameran seni lukis karya Handrik, yang menghadirkan tajuk “Mikul Dhuwur Mendhem Jero” ini menarik karena upaya perupanya untuk melakukan terobosan. Hendrik, kata Sihono, tidak hanya sekadar melukis, tetapi sekaligus melakukan kritik sosial melalui karya lukisnya.

Pembukaan pameran seni rupa karya Hendrik ini dimeriahkan pembacaan puisi oleh beberapa penyair Yogya, diantaranya Daru Maheldaswara, selain penyair dikenal juga sebagai pemain teater. Menik, seorang penyair perempuan asal Surabaya yang tinggal di Yogya dan Budhi Wiryawan, seorang penyair dan penulis esai.

Selain itu, tampil juga lagu puisi yang dibawakan oleh Giwang Topo and Friend’s. Giwang membawakan beberapa lagu puisi yang diiriringi gitar dan perkusi. Giwang sendiri memetik gitar sambil mengalunkan beberapa lagu, dan dilengkapi oleh seorang vokalis.

Giwang Topo and Friend’s mengalunkan lagu puisi dalam pembukaan pameran di Tembi Rumah Budaya, foto: Agus Ania
Giwang Topo and Friend’s

Menik, ketika tampil membaca puisi, selain puisi dibacakan dan diiringi musik, ada bagian-bagian dari puisinya dilagukan, sehingga Menik memadukan antara membaca puisi dan lagu puisi, yang juga diiringi ilustrasi musik yang sudah diolah melalui komputer, dalam hal ini komputer jinjing atau yang dikenal dengan sebutan laptop.

Hendrik sendiri, ketika memberikan sambutan pembukaan, mengaku belum lama memulai melukis, baru sekitar tahun 2000-an. Karena sehari-harinya, Hendrik adalah seorang pegawai negeri sipil di Provinsi Jawa Timur, lebih tepatnya di Dinas Kebudayaan.

“Saya mencoba mencari sesuatu yang lain dari melukis, bukan yang utama menjual lukisan karya saya, tetapi yang lebih penting karya saya diapresiasi oleh masyarakat,” kata Hendrik.

Pembukaan pameran lukisan karya Hendrik diiringi hujan deras sejak sore. Namun demikian, hadirin meluangkan waktu untuk datang, sehingga pembukaan pameran tidak terlihat sepi. Dalan hujan rintik yang tak kunjung reda, puisi dan lagu puisi memberikan kehangan tersendiri.

“Kalau pembukaan pameran hujan seperti ini, saya memang sengaja datang, supaya pembukaan pameran tidak sepi,” ujar Godot Sutejo, perupa seperti mengajak berkelakar.

Untung Basuki, seorang aktor teater dari Bengkel Teater, dan perintis lagu puisi di Yogya, bersama Japhen, seorang penyair tampak hadir bersama dengan para perupa dan hadirin yang lain. Hujan rupanya bukan halangan bagi seniman untuk memberi apresiasi seni rupa.

Menik dan Tolee membaca puisi diiringi gitar dalam pembukaan pameran seni rupa di Tembi Rumah Budaya, foto: Agus Ania
Menik dan Tolee

“Saya kaget, meski hujan yang datang pada pembukaan pameran karya saya cukup banyak, apalagi kalau tidak hujan, mungkin akan lebih banyak,” kata Hendrik terlihat terharu.

Hendrik, seorang pegawai negeri sipil baru pertama kali melakukan pameran di Yogya dan mengambil  Tembi Rumah Budaya sebagai tempat untuk memamerkan karyanya.

Ons Untoro

SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 03-08-15

    Sendang Kali Ayu Dod

    Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di... more »
  • 03-08-15

    Wayang Pesisiran Tam

    Ki Tri Luwih Wiwin Nusantara dari Kayen, Kota Pati, Jawa Tengah, mendapat kesempatan tampil mendalang, lengkap bersama rombongan pengrawit serta... more »
  • 01-08-15

    Hari Baik dan Hari J

    Orang yang lahir pada Selasa Kliwon, pada periode usia 0 s/d 12 tahun, adalah ‘PA’ Pandhita, baik. Usia 12 s/d 24 tahun, adalah ‘SA’ Sunan, baik.... more »
  • 01-08-15

    Tajong Samarinda Dib

    Tajong Samarinda pada mulanya dibawa oleh para pendatang Suku Bugis Wajo yang berpindah ke Samarinda karena tidak mau patuh pada perjanjian Bongaja... more »
  • 01-08-15

    UU Tata Niaga Gula d

    Di Perpustakaan Tembi tersimpan dengan baik buku lawas ini yang berisi tentang undang-undang tata niaga gula di Hindia Belanda. Peraturan ini... more »
  • 31-07-15

    Kue Cubit Kudapan Po

    Berawal dari makanan cemilan gerobak yang banyak dijual di sekolah-sekolah dasar, kue mungil berbahan dasar tepung ini semakin populer bahkan “naik... more »
  • 31-07-15

    mas Bekel

    mas Bekel more »
  • 28-07-15

    Masalah Ekologi Indo

    Buku ini berisi tentang masalah ekologi terutama di Indonesia dalam perspektif dekade 1950-an. Pertambahan jumlah penduduk mau tidak mau memang akan... more »
  • 28-07-15

    From The New World d

    Indonesian Youth Symphony Orchestra (IYSO) kembali tampil di Tembi Rumah Budaya dengan melibatkan banyak anggota Sri Aman Orchestra, Malaysia,... more »
  • 28-07-15

    Penggurit Dua Kota A

    Para penggurit dari dua kota, Yogyakarta dan Surabaya, akan tampil bersama dalam launching antologi geguritan karya masing-masing penggurit, Jumat 31... more »