Tiga Tahun Sastra Bulan Purnama Menampilkan Lima Penyair

Author:editorTembi / Date:15-09-2014 / Ternyata, Sastra Bulan Purnama yang sering disingkat SBP, bisa melampaui usia 3 tahun, dan sepanjang 3 tahun ratusan puisi sudah ditulis dan dibacakan. Ada penyair yang membaca lebih dari satu kali, ada yang baru sekali.

Masayu Ninda Arum membacakan puisi karyanya dalam acara Sastra Bulan Purnama di Amputheater Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono
Masayu Ninda Arum

Sastra Bulan Purnama, yang diselenggarakan  Tembi Rumah Budaya pada tiap bulan purnama, pada 10 September 2014 telah memasuki usia 3 tahun, atau memasuki edisi ke-36, dengan menampilkan lima penyair. Andreas Darmanto (Magelang), Seruni (Solo), Masayu Ninda Arum, Annie Izzatulkaromah dan Hazwan Iskndar Jaya (Yogyakarta) dan penyaji lagu puisi Ana Ratri dengan gitar akustik Yoyok.

Ketika pertama kali Sastra Bulan Purnama digelar di Ampytheater  Tembi Rumah Budaya, Oktober 2011, seorang penyair yang aktif menulis puisi sejak Persada Studi Klub , Tegoeh Ranu Sastroasmara sebelum membaca puisi mengatakan:

“Kalau hanya menyelenggarakan acara baca puisi sekali lewat gampang, yang susah acara bertahan sampai lama. Saya nggak tahu, apakah Sastra Bulan Purnama hanya sekali malam ini, atau akan diteruskan. Kalau saya berharap, diteruskan.”

Seruni dari Solo tampil membacakan puisi karyanya dalam acara Sastra Bulan Purnama di Ampytheater Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono
Seruni

Ternyata, Sastra Bulan Purnama yang sering disingkat SBP, bisa melampaui usia 3 tahun, dan sepanjang 3 tahun ratusan puisi sudah ditulis dan dibacakan. Ada penyair yang membaca lebih dari satu kali, ada yang baru sekali tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, dan lebih mengasyikan lagi, yang baru tampil sekali datang dari luar kota, seperti Seruni, yang tampil tepat di usia 3 tahun SBP.

“Saya merasa senang diberi kesempatan tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, yang sudah saya kenal event-nya,” kata Seruni sebelum membacakan puisi karyanya.

Seruni, di Solo aktif di Sastra Pawon, dan sudah sejak sore datang di  Tembi. Dari Solo ke Yogya berjarak 60 km, dan Seruni menempuh dengan bus jurusan Solo-Yogya. Rupanya, sebagai penyair selain mempunyai kemampuan menulis puisi, ia juga mampu membacakan puisi karyanya.

Sejumlah puisi karya Seruni, selain dimuat di media cetak, juga masuk dalam puluhan antologi bersama. Antologi puisi yang pernah ia terbitkan berjudul ‘Catatan Perempuan’.

Masayu Ninda Arum, penampil paling muda, tetapi penuh percaya diri, lahir tahun 1990. Pada SBP ke-36 dia tampil di awal dengan membacakan puisi karyanya berjudul ‘Sekedar’ dan kemudian diteruskan pembaca puisi lain yang membacakan puisi karya Arum, panggilan Masayu Ninda Arum.

Ana Ratri dan Yoyok tampil dengan melagukan puisi karyanya dalam acara Sastra Bulan Purnama di Ampytheater Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono
Ana Ratri dan Yoyok

“Beberapa kali saya melihat acara SBP dan senang melihat para penyair membaca puisi karyanya, dan malam ini saya lebih merasa senang, karena saya diberi kesempatan membaca puisi di Sastra Bulan Purnama edisi 36,” kata Masayu Ninda Arum.

Selain pembacaan puisi, tampil juga lagu puisi yang dibawakan oleh Ana Ratri dengan iringan gitar Yoyok. Dua puisi karya Ana Ratri berjudul ‘Kata’ dan “Malam’ mengalun. Suara Ana Ratri terasa enak didengar, sehingga puisi yang dilagukan menjadi semakin memiliki makna.

Pembaca yang lain. Hazwan Iskadar Jaya, Annie Izzatulkaromah dan Andreas Darmanto, masing-masing hanya membacakan satu atau dua puisi dan selebihnya dibacakan oleh pembaca lainnya, yang juga penyair, seperti Krishna Miharja, Budhi Wiryawan, Menik Sithik dan lainnya.

Andreas Darmanto, yang datang dari Magelang, tampil membacakan puisi karyanya, tetapi yang tidak masuk dalam antologi yang diterbitkan untuk kepentingan Sastra Bulan Purnama, dia membaca puisi lain yang dia bawa dari rumah. Puisi yang ada dalam antologi Sastra Bulan Purnama dibacakan orang lain sambil diiringi gitar dan sekaligus dinyanyikan, sehingga satu puisi dihadirkan dalam dua model: dibacakan dan dilagukan.

Andreas Darmanto membacakan puisi karya dalam acara Sastra Bulan Purnama di Ampytheater Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono
Andres Darmanto

Berikut satu puisi karya Seruni, penyair perempuan yang tinggal di Solo, Jawa Tengah, berjudul: “Bengawan, Kampung Halaman”.

BENGAWAN, KAMPUNG HALAMAN

1/ 
Telah kutanam pohon amnesia di halaman 
Semenjak kerinduan ini tumbuh tanpa duga 
Menjalar, di lorong-lorong musim 
Seiring kecupmu meninggalkan kening 
Pulang ke dalam hening

Disini cinta terlelap, bapak 
Dengan apologia yang terus kanak-kanak 
Tak ingin beranjak

2/ 
Pinggiran kali; enceng gondok dan pohon bambu 
Menyimpan kebersamaan kita dengan ibu 
Sebelum peradapan beradu 
Menukari kenangan berdebu

Solo, 04 syawal 1435

Selama tiga tahun Sastra Bulan Purnama telah menampilkan puluhan penyair dan tidak hanya penyair Yogya, melainkan penyair dari sejumlah kota, Jakarta, Semarang, Pekalongan, Kendal, Solo, Tulungagung, Kediri, Jember, Surabaya, Bekasi, Tangerang, Temanggung dan sejumlah kota lainnya, serta telah me-launching beberapa antologi puisi serta pertunjukan musikalisasi puisi dan dramatisasi puisi.

Nonton yuk ..!

Ons Untoro

Bale Karya Pertunjukan Seni

Latest News

  • 17-09-14

    Parade Jus Sehat nan

    Selain menu makanan, untuk bulan September 2014 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi juga merilis menu minuman sehat segar. Ada pun jenis-jenis... more »
  • 17-09-14

    Perno bin Sopermono

    Ia adalah generasi ke-5 jurukunci petilasan Ki Ageng Tunggul Wulung. Ia pulalah yang menjadi salah satu motor bagi berlangsungnya Upacara Kirab Ki... more »
  • 17-09-14

    Een en Ander Over de

    Buku koleksi Perpustakaan Tembi Rumah Budaya ini berisi tentang aneka jenis wayang di Jawa, yang ditulis oleh Mr J Kunst dalam bahasa Belanda.... more »
  • 16-09-14

    Lukisan Prajurit Ker

    Niat baik untuk memublikasikan kekhasan Yogyakarta melalui lukisan prajurit Keraton Yogyakarta ini patut dihargai, namun ketepatan lukisan dan... more »
  • 16-09-14

    Saling Memengaruhi M

    Judul: “Rijsttafel”: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870—1942  Penulis: Fadly Rahman  Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama... more »
  • 16-09-14

    Haji Achmadi Umar In

    Selain tanjidor dan gambang kromong, tak banyak orang tahu bahwa kesenian Betawi lainnya yang sudah ada sejak dekade 1920-an, yakni musik samrah,... more »
  • 15-09-14

    Lawatan Sejarah Pela

    Lawatan Sejarah pelajar Bantul ini juga semakin menarik karena diikuti juga oleh Putra dan Putri Bantul sebagai duta budaya. Sudah sepantasnya Putra... more »
  • 15-09-14

    Malam Pembukaan ARKI

    Khusus untuk gelaran tahun ini, ARKIPEL mengangkat tema Electoral Risk yang mencoba melihat bagaimana sinema membaca demokrasi, aktivisme, politik,... more »
  • 15-09-14

    Tiga Tahun Sastra Bu

    Ternyata, Sastra Bulan Purnama yang sering disingkat SBP, bisa melampaui usia 3 tahun, dan sepanjang 3 tahun ratusan puisi sudah ditulis dan... more »
  • 13-09-14

    Ki Dr Suyanto Mengge

    Memang seperti itulah Ki Suyanto. Setiap ada kesempatan, baik di perkuliahan maupun di pegelaran, ia senantiasa menyampaikan kawruh-kawruh pakeliran-... more »