Monolog Garingan dari Thomas Haryanto Soekiran

Author:editorTembi / Date:19-08-2014 / Meski monolog garingan, tetapi penampilan Thomas cukup bagus. Ia tampil sungguh-sungguh dengan penghayatan peran memikat. Sering kali ia bermain dengan membelakangi penonton.

Thomas Hariyanto Soekiran penyair dari Purworejo mementaskan lakon ‘Semar’ pada monolog garingan dalam acara Sastra Bulan Purnama di Pendapa Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono
Thomas Haryanto Soekiran

Pada Sastra Bulan Purnama edisi ke-35, yang diselenggarakan Selasa malam, 12 Agustus 2014 di  Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta, selain pembacaan puisi dari para penyair, dihadirkan pula pertunjukan monolog dengan lakon “Semar’ yang dimainkan Thomas Haryanto Soekiran, penyair dari Purworejo.

Thomas tampil tanpa kostum yang ribet. Mengenakan baju lurik, kancing bajunya tak dirapatkan sehingga kaos warna hijau terlihat kontras dengan warna surjan. Mukanya di make up warna merah, dan kepalanya, yang dipenuhi rambut panjang yang sudah mulai memutih, diikat dengan rafia warna putih.

Latar belakang panggung yang ditutup kain warna merah dan putih, melengkapi warna pada baju yang dikenakan, sehingga suasana kontras terbangun dan sekaligus sebagai properti. Di panggung hanya ada satu kursi warna biru dan tak ada properti lain. Tak ada pula iringan musik. Maka, pertunjukan Thomas bisa disebut sebagai monolog garingan.

Meski monolog garingan, tetapi penampilan Thomas cukup bagus. Ia tampil sungguh-sungguh dengan penghayatan peran memikat. Sering kali ia bermain dengan membelakangi penonton, karena di bagian belakang kepala mengenakan topeng, sehingga ia memiliki dua wajah. Jadi, bukan membelakangi sebenarnya, melainkan ‘wajah lain’ yang ditampakkan.

Wahadi Maharief, seorang penyair yang hadir dalam acara ini, memberi komentar atas pertunjukan Thomas melalui akun Facebook-nya: “Seniman penyair Thomas Haryanto Soekiran, mementaskan monolog melengkapi acara launching antologi puisi Negeri Poci di  Tembi Rumah Budaya. Pementasan monolog seniman Purworejo ini memukau para hadirin yang umumnya adalah penyair, penikmat puisi dan aktor”.

Lakon ‘Semar’ yang dia mainkan menyampaikan pesan kritis terhadap keadaan negeri, yang mengalami krisis tokoh, sehingga ketika ada tokoh baik yang mencul seolah semuanya hendak mengaku sebagai tokoh itu sendiri.

“Semua berebut ingin menjadi Semar. Namun tak satu pun yang mampu menyerupai Semar. Sebab Semar adalah Semar sebagai titisan dewa,” ujar Thomas Haryanto Soekiran.

Thomas mengenakan topeng dibagian belakang kepala untuk menunjukan dua wajah dalam peran yang sedang dia mainkan, foto: Sartono
Dua wajah Thomas

Puisi Thomas ikut masuk dalam Antologi 153 Penyair Indonesia ‘Negeri Langit’, yang di-launching dalam acara tersebut, tetapi Thomas tidak membaca puisi karyanya, melainkan memilih mementaskan monolog.

“Pertunjukan saya ini tidak sampai 15 menit,” kata Thomas sebelum mementaskan monolog.

Mungkin karena lakon yang dimainkan berjudul “Semar’, sehingga dalam pertunjukan, Thomas menari gagah. Sebelum menari, Thomas membuka baju luriknya, sehingga kaos warna hijau menjadi kostumnya.

Thomas memberi kisah pada lakon “Semar’ yang dia mainkan. Untuk menyebutkan lokasi anonim, dia menunjuk sebuah hutan, mungkin yang dimaksud negara. Semua manusia ingin menjadi semar, para tokoh mayarakat, eksekutif, legislatif dan lainnya. Semua ingin meniru Semar.

“Kalau pertunjukan saya dilengkapi iringan musik, akan menjadi tambah hidup,” kata Thomas Hariyanto Soekiran.

Pertunjukan tanpa musik pun, pementasan Thomas tidak mengecewakan, dan sekaligus mengakhiri Sastra Bulan Purnama edisi ke-35.

Nonton yuk ..!

Ons Untoro 
Foto: Sartono

Bale Karya Pertunjukan Seni

Latest News

  • 21-08-14

    Hendrawan Nadesul In

    Selain dikenal sebagai dokter, ia juga penyair. Sejak tahun 1970-an dia sudah menulis puisi. Dalam ‘peta penyair’ di Indonesia, Hendrawan tercatat... more »
  • 21-08-14

    Ukir Perak Kotagede

    Judul : Ukir Perak Kotagede.  Penulis : Dr. Widya Nayati, M.A., dkk  Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya + Pusat Sudi... more »
  • 21-08-14

    Ayam Goreng Sentolo

    Ayam yang diungkeb ini kemudian digoreng dengan waktu yang cepat sehingga tekstur daging dan kulit ayam tidak mengeras seperti ayam goreng pada... more »
  • 21-08-14

    Raya Indonesia Menga

    Raya Indonesia merupakan pertunjukan yang mengajak generasi muda untuk bangun dan meninggalkan ketidakpedulian akan bangsa dan Tanah Air-nya yang... more »
  • 21-08-14

    Faces Of Java, Puisi

    Faces of Java merupakan judul antologi puisi dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris karya Iman Budhi Santosa. Ia penyair yang aktif menulis puisi... more »
  • 21-08-14

    Sinta Ilang, Menghar

    Ki Faizal Noor Singgih menyampaikan pesan pada cerita ‘Sinta Ilang’ bahwa Sinta adalah manusia lemah, namun begitu berharga dan bernilai tinggi di... more »
  • 20-08-14

    Wayang Pusaka Kerato

    Setiap malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pusaka itu diberi berbagai macam sesaji berikut asap dupa ratus. Tujuannya supaya keadaan wayang terjaga... more »
  • 19-08-14

    Monolog Garingan dar

    Meski monolog garingan, tetapi penampilan Thomas cukup bagus. Ia tampil sungguh-sungguh dengan penghayatan peran memikat. Sering kali ia bermain... more »
  • 19-08-14

    Gending Djaduk Tanda

    Tidak muluk yang diharapkan Djaduk Ferianto sebagai seorang musisi di usianya yang sudah setengah abad. Lewat musik ia ingin berdialog dengan siapa... more »
  • 19-08-14

    Kunjungan SMK I Sewo

    Kunjungan ini dirasa perlu untuk melengkapi pengetahuan siswa tentang berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat yang ada di sekitarnya.... more »