Anak-anak Tim-Tim di Indonesia: Sebuah Cermin Masa Kelam

Author:editorTembi / Date:28-04-2015 / Metode yang digunakan Helena van Klinken untuk menyusun buku ini adalah dengan mewawancarai 90 sumber lisan. Berdasarkan hal ini penulis kemudian merekonstruksi sejarah. Metode ini ditempuh mengingat sulitnya menemukan sumber tertulis autentik tentang data anak-anak yang dipindahkan.

Ahmad Nashih Luthfi menunjukkan buku karya Helena van Klinken, difoto: Rabu, 22 April 2015, foto: a. sartono
Ahmad Nashih Luthfi menunjukkan buku karya Helena van Klinken (insert)

Hari Rabu, 22 April 2015 Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri Universitas Gadjah Mada (PKKH UGM) bekerjasama dengan Etnohistori kembali menggelar diskusi buku bulanan. Kali ini buku yang dikupas adalah buku karya Helena van Klinken yang telah diterjemahkan oleh Nugraha Katjasungkawa.

Edisi asli buku tersebut berjudul “Making Them Indonesian: Child Transfer out of East Timor.” PKKH UGM menghadirkan dua orang pemantik diskusi, yakni Victor da Costa (Asia Justice and Right, perwakilan Jakarta) dan Ahmad Nashih Luthfi (Etnohistori, Yogyakarta). Bertindak sebagai moderator dalam diskusi ini adalah Andhi Pandoyo (mahasiswa sejarah UGM).

Buku karya Helena yang diterbitkan pertama kali oleh Monash University Publishing, 2012 di Victoria, Australia, sedangkan edisi bahasa Indonesia diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Januari 2014, serta didukung oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) dan Umverteilen ini berkisah tentang pemindahan anak-anak Timor Timur (kini Timor Leste). Anak-anak tersebut umumnya berusia di bawah lima hingga belasan tahun.

Metode yang digunakan Helena van Klinken untuk menyusun buku ini adalah dengan mewawancarai 90 sumber lisan. Berdasarkan hal ini penulis kemudian merekonstruksi sejarah. Metode ini ditempuh mengingat sulitnya menemukan sumber tertulis autentik tentang data anak-anak yang dipindahkan.

Dari kiri ke kanan Ahmad Nashih Luthfi, Andhi Pandoyo (moderator), dan Victor da Costa, difoto: Rabu, 22 April 2015, foto: a. sartono
Dari kiri ke kanan Ahmad Nashih Luthfi, Andhi Pandoyo
(moderator), dan Victor da Costa

Konflik atau peperangan tidak semata-mata menimbulkan korban harta benda dan jiwa, namun juga orang-orang yang tidak berdosa, seperti anak-anak dan perempuan. Bahkan mereka itu sering digunakan sebagai sarana atau alat untuk menaklukkan lawan sekaligus merupana bentuk kekerasan terhadap kemanusiaan oleh penguasa terhadap mereka. Sejarah sosial anak-anak masih minim mendapatkan porsi perhatian dalam penulisan sejarah Indonesia. Buku karya Helena van Klinken ini merupakan salah satu dari karya yang membahas persoalan tersebut.

Pada galibnya bukan semata-mata penderitaan fisik dan jiwa yang dialami oleh anak-anak yang dipindahkan dari Timor Timur untuk “diindonesiakan”. Namun ketercabutan mereka dari kebudayaan, tanah air, dan hubungan kekerabatan mereka adalah bentuk penderitaan lain yang menyebabkan mereka “hilang” dan hidup dalam ketidaktentuan konteks, yang pada sisi ini mereka kehilangan “keberadaan” mereka.

Banyak dari anak-anak yang demikian itu ketika kemudian dikembalikan pada kampung halaman mereka, kepada kerabat mereka, mereka tidak lagi saling mengenali. Si anak tidak lagi merasa bahwa kampung tempat kelahirannya adalah kampung halamannya. Kerabat yang menerimanya justru terasa asing bagi mereka sementara orang-orang yang memindahkan dan memelihara mereka pun tetap dirasa asing oleh mereka. Hal ini pulalah yang dirasakan oleh Victor da Costa selaku pemantik diskusi dan sekaligus orang yang pernah merasakan derita pemindahan anak karena ia memang merupakan salah satu korban dari kasus tersebut.

Peperangan atau konflik memang menimbulkan luka di kedua belah pihak. Luka-luka semacam itu memang tidak mudah disembuhkan, terutama bagi mereka yang menjadi korban. Rekonsiliasi memang perlu dilakukan untuk saling memaafkan serta mengakui kesalahan di masa lalu untuk tidak lagi dilakukan atau diulang di masa mendatang.

Naskah dan foto: a. sartono

Berita budaya

Latest News

  • 02-05-15

    Kamila Andini: Film

    Membuat film pendek yang kisahnya diambil dari kehidupan pribadi temannya, Kamila Andini sukses merangkum cerita dengan baik. Kehidupan pribadinya... more »
  • 02-05-15

    Anak Yang Lahir Pada

    Tanggal 18 (Jawa) adalah ’dina Celeng’ hari itu Allah menciptakan Matahari dan bulan dan mempertemukan Nabi Yakub dan Nabi Yusup. Anak yang lahir... more »
  • 02-05-15

    Kiprah Paud Mekar Ga

    Mereka tidak didampingi oleh kedua orang tuanya. Hanya beberapa guru saja yang mendampingi mereka. Sengaja mereka dilepaskan untuk mencoba mandiri... more »
  • 30-04-15

    Pagelaran Busana “De

    Dewaraja menampilkan sebanyak 60 koleksi busana mayoritas untuk perempuan dalam bentuk high neck dress serta flowing coat dress dan sebagian kemeja... more »
  • 30-04-15

    Ini Buku Seni Suara

    Dibandingkan dengan buku keluaran baru, buku cetakan tahun 1956 dari Penerbit Yayasan Kanisius ini terkesan sungguh sederhana. Kertasnya warna coklat... more »
  • 29-04-15

    PGTK KHalifah Datang

    Kedatangan mereka masih dalam rangka peringatan Hari Kartini sehingga sebagian dari mereka mengenakan pakaian tradisional dan pakaian yang... more »
  • 29-04-15

    Membaca Jejak Chairi

    Dalam acara ini ditampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan pidato kebudayaan. Para penyair muda dan penyair senior bergabung menjadi satu... more »
  • 28-04-15

    Denmas Bekel 28 Apri

    more »
  • 28-04-15

    Anak-anak Tim-Tim di

    Metode yang digunakan Helena van Klinken untuk menyusun buku ini adalah dengan mewawancarai 90 sumber lisan. Berdasarkan hal ini penulis kemudian... more »
  • 27-04-15

    Kearifan Lokal yang

    Dengan membaca buku ini, Anda akan mengetahui berbagai kearifan lokal masyarakat Lombok, sebagai media pendidikan antikorupsi. Juga berbagai bentuk... more »